Hai, apa kabarmu?
Bumiku gersang tanpa sapamu beberapa waktu belakangan ini. Kau dimana? Tak berhasratkah sejenak untuk mampir di teras rumahku yang sudah penuh dengan totol tanah kering? Hey . . . tahukah kau, aku rindu. Entah sejak kapan ia terus mengikutiku.
Kau tau, aku selalu senang saat kau datang di senja itu. Itu artinya aku tak perlu mengangkut air dari belakang ke depan dengan tergopoh-gopoh untuk menyirami tanaman-tanaman hijau di teras rumahku. Itu artinya, kau bersamaku saat itu. Kau yang selalu menanyakan padaku, "Apa sudah kau siram bunga-bunga itu?" --- Belum, jawabku. Aku malas sekali melakukannya. Dan kau tau persis bukan itu alasanku, tapi kaulah. Karna aku ingin kau yang menyirami ladang hijau kecil yang terhampar di teras rumahku. Aku ingin terus bersamamu, dalam rinai hujan yang membasahi bumiku yang kering.
Malam ini, sumuk sekali. Tanpamu cuaca malam seakan mengamuk. Sedikit tak bersahabat dengan suhu tubuh yang masih tak tentu. Aku ingin kau tau, bahwa aku selalu rindu. Aku rindu pada tanya lembutmu yang dulu, yang sekarang tak lagi terdengar disudut ujung ruang dengarku. "Apa sudah kau siram bunga-bunga itu? --- Nanti ayahmu marah jika kau tak melakukannya." --- Ocehanmu membuatku rindu. Rindu pada teduh mataku memandangmu, rindu pada sosok yang kulihat dari sandaranku dipangkuan ibu. Hujan itu kau. Rinai yang selalu menemani saat senduku. Bulir yang selalu mengaliri tiap aliran resah dan rinduku.
Kau ingat kata yang selalu kubisiki ditiap riuhmu? --- "Aku mencintaimu apa adanya kau, karna aku sang pecinta hujan". Seperti sekarang, meski kau tak terlihat, aku tetap pada hati yang pernah kutitipkan padamu. "Aku mencintaimu apa adanya kau". Dan setelah kata itu terucap, biasanya kau akan menyapaku ditiap harinya.. Dan terkadang lewat embun pagi, kau titip salammu untukku sang Pencinta Hujan. Hey,... maukah esok kau hadir disaat fajar? Lalu tinggalkanlah seberkas benih beningmu di telaga biru. Agar saat mentari menelisik tinggi, ia paham tuk menyerakkan tujuh warna lewat spektrum pelita yang merekah. Merah jingga ku, Hijau biru nila untukmu. Kau aku menyaksikan Pelangi.
#Kepada Hujan yang Kurindukan :)
Tampilkan postingan dengan label Soul. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Soul. Tampilkan semua postingan
21 Mar 2013
17 Mar 2013
Sisi Emosi
Emosiku memendam, tertanam, dan lebih baik aku diam agar ia teredam dalam-dalam.
Agar tiada kau tau remuk redam yang kurasa menghujam.
Agar tiada pernah kau sadari luka perih yang menikamku perlahan. Kembali dan pergi, silih berganti.
Kau takkan pernah tau . . .
Maaf, Ku tak pernah berterus terang.
(*Hehe . . .sesekali buat postingan lebay yak. Habisnya saya bingung mau nulis apa. Tulisan ini juga tulisan beberapa hari yang lalu punya dan baru saya tikkan disini.
^^ Semangat Menulis :)
18 Feb 2013
Simfony Langit
Di pelataran senja yang merona, aku menari basah. Gelisahnya hujan menghardik pesonaku kala bercengkrama lewat jingganya. Melalui irama nada layang-layang aku bertitah: ini bahagiaku!
Senyum simpul terkulum tanda takzim yang tak lazim. Mengurai runut peristiwa sewindu dalam pancaran wewarna kelabu, atau mejikuhibiniu. Lukisan didinding itu kian gontai menggantung. Mungkin angin hebat menerpa kokoh ruangnya.
Perlahan waktu memberi jeda untuk mengurai masa, mengenang simfony nada yang pernah tercipta. Mungkin sesaat lagi, sedang aku masih terasing dalam diamku. Menunggu. Entah, apa kelak cukup masaku, berbagi cerita lewat butiran-butiran air mata bahagia atau mungkin lewat tawa yang berduka. Sedang potongan-potongan puzzle itu kian berkurang dari utuh. Satu persatu meluruh bersama waktu yang terus membunuh.
Aku butuh waktu. Menunggu atau terus berlabuh di dermaga bisu. Esok pasti kan menjelang, tentu saja dengan pengertian dan pemahaman yang berbeda. Jika pada akhirnya potongan-potongan puzzle itu kian meluruh, aku yakin kan ada yang datang menyusunnya kembali utuh. Bila nada-nada itu kian hilang, kelak kan ada yang memainkan nada-nada baru untukku. Meski ketukkannya tidak sama, tidak akan pernah sama. Selamanya . . .
Pergilah, sebagaimana keinginan Rabb atas jalan hidup kita.
9 Feb 2013
Melodi Pelangi
Hari ini, mentari hadir bersama pelangi.
Menghiasi mahkota langit di penghujung biru.
Menata cakrawala kelabu jadi pusaka rindu dalam tahta qalbu.
Mewarnai pagi lewat bias wewarna me-ji-ku-hi-bi-ni-u.
Memberai jingga jadi wewarna lelangit.
Membiru, berdawaikan senar rindu awan putih.
Menari-nari lewat kekata mesra penghujung senandung hujan.
Berlari-lari, bagai anak-anak kecil mengejar layangan.
Bersautan, bagai siulan burung dara diantara kemegahan pesta pernikahan si jantan dan si betina berbulu putih.
Hari ini, mentari hadir bersama pelangi.
Lewat celah daun pintu menelusup masuk bagai udara bebas tanpa batas.
Mengurai wewangi sinar embun fajar kala mentari beranjak sepenggalahan.
Tunaikan kewajiban, ditengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan.
Menjelujur doa doa hingga ke langit ke tujuh.
Hari ini, mentari hadir bersama pelangi.
Lalu pergi berganti.
***
22 Jan 2013
Di Ujung Senja Rindu itu Membunuh
Seperti senja yang ku eja pada jingga. Warnamu hadir memberi keindahan pada separuh duniaku. Meski rindu kian pongah bergaduh. Sebab asaku jatuh terjerembab jauh melumpuh. Sempat ku sesalkan sesak rindu yang malu-malu. Kini bercendawan menyisakan luka haru. Berjalan, masih harus beribu waktu hingga sampai ke tempatmu. Berlari, masih harus berburu peluru hingga bersarang di dadamu. Takkan kau dengar sedikit petuahku. Duniamu - duniaku, berbeda itu jelas tak jemu. Sedang jenuh membunuh perlahan dalam diamku.
Langit masih bisu menertawakan tatap memelasku. Sampai sayu rindu itu membunuh. Dan tak terdengar lagi detak-detak irama qalbu. Nada biru kian kelabu bersama dawai yang pecah karna rubuh. Daun pintu menggesek perlahan menutup buku. Selaksa kian berjelaga dalam syair-syair bisu. Mimpi mimpi meluruh, bagai pasir tersapu ombak pasang. Kencang angin menerpa prahara layar perahu laju.
Lagu itu kian sumbang dari merdu. Jelas menyisakan luka yang merindu. Tawa yang kucipta dulu, musnah dalam debu. Canda yang kau riakkan lalu, hancur dalam semerbak kesturi yang meluluh. Kukirimkan lewat kekata embun kala pagi menyapa daun, kukirimkan lewat kekata hujan kala mendung memuntahkan rinai, kukirimkan lewat kekata mentari kala sengatnya menyapa pagi, kukirimkan lewat kekata angin kala hembusannya menerpa pepohonan di beranda rumah tuaku, kukirimkan kekata senandung senja kala pelangi hadir dalam biru jingga, kukirimkan pilu rindu yang masih tak habis dalam duka nestapa.
Diamku adalah melodi dalam remuk sepekat senja. Yang menjarah bahagia dalam sepersekian masa. Melebur dalam kehambaan. Melerai serbuk jingga dalam makna kehidupan. Deras, mengaliri cawan kemanusiaan. Gontai, tersudutkan kenyataan tak bertuan.
Lagu itu kian sumbang dari merdu. Jelas menyisakan luka yang merindu. Tanpa suaramu dalam sisi gelap terangku . . .
Di ujung Senja Rindu itu membunuh.
21 Jan 2013
Cukupkanlah . . .
Hingga akhirnya kau paham, benar-benar paham dalam pemahaman yang tak lagi perlu dijelaskan.
Hingga akhirnya kau mengerti, benar-benar mengerti dalam pengertian yang tak lagi perlu dijabarkan.
Tak pula mesti berjuta pernyataan mengudara lewat langit-langit agar kau menjalankan apa yang kau pahami. Cukup isyarat jadi saksi, sebab bukanlah ini pertama bagimu. Berjuta kesempatan tlah benar dilewati, berkali peluang tlah disiakan, cukuplah isyarat itu sebagai bukti.
Bahwa benar, berlari adalah satu tujuanmu. Tak lagi untuk menemani, atau sekedar mampir menghampiri, pun pelampiasan sunyi yang menimpa diri.
Cukup-cukupkanlah, biar-biarkanlah, tak pela pula untuk peduli. Diam dan renungi. Jika kemarin tlah mati, maka tak ada hari ini, esok, ataupun nanti. Meski tlah kau pahami benar, tiada tertukar apa yang benar kan dimiliki nanti. Cukup renungi, pahami, pelajari, dan berhenti pada titik ini. Jangan lagi ulangi kesilapan yang lama.
Masa lalu hanyalah tumpukan-tumpukan kesalahan untuk kita belajar darinya. Perbaiki, sebelum ia menghancurkan masa sekarang dan masa depanmu.
14 Jan 2013
Sang Penjaga
Kan ku jaga ruang ini tetap kosong
Sampai benar ada yang layak untukku dan aku layak untuknya
Kuharap begitu juga denganmu teman.
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling
menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya
menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).
cc: +Lastri Smart
10 Jan 2013
Menunggu
Menunggu, tidak harus menggunakan momentum.
Pergipun nanti untuk apakah?
Sebuah ketulusan kah?
Atau berharap keajaiban terjadi.
Inikah jalan abadi itu?
Sedang kita teramat larut dalam ribuan pilihan di ujung mata
Sedang kesempatan mungkin tak datang untuk yang kedua
;bersabar untuk kesekian kali
Sebab dunia ini tak berbatas
Berjalan mengitarinya akan mengembalikan langkah ketempat semula.
Rabbi, . . Kau segalanya.
Ruang Bisu,
10.1.13
Pergipun nanti untuk apakah?
Sebuah ketulusan kah?
Atau berharap keajaiban terjadi.
Inikah jalan abadi itu?
Sedang kita teramat larut dalam ribuan pilihan di ujung mata
Sedang kesempatan mungkin tak datang untuk yang kedua
;bersabar untuk kesekian kali
Sebab dunia ini tak berbatas
Berjalan mengitarinya akan mengembalikan langkah ketempat semula.
Rabbi, . . Kau segalanya.
Ruang Bisu,
10.1.13
8 Jan 2013
Secangkir Teh
Seperti malam, bergelayut pada gulita langit tua. Menjelajah lewat denting masa yang meraba maya. Dunia ini fana, penuh kefanaan yang durja. Selarut malam, kurangkai mega diatas kanfas maya, mengukir dengan indahnya, kuharap begitu.
Lalu lelah, menyapa perlahan dengan tegasnya, merubah suasana suka menjadi jengah. Entah mengapa. Lagi-lagi ia hadir dengan sendirinya, dua bayangan dalam satu cermin. Kenapa bisa? Entahlah.
Secangkir teh ini menemaniku dalam kebimbangan. Antara ragu atau meragukan keraguan itu. Nyatanya kebaikan hanya mampu dilihat oleh mereka yang berhati bersih. Sedang aku? Aku begitu kotor saat ini.
Bercerminlah dengan khusyuk, maka kau akan menemukan dirimu sendiri. Suara yang entah darimana itu terus mengiang-ngiang di kepala saya. Seolah ia terus mengingatkan diri saya. Dan suasana ini tak pernah sehening saat suara itu mengiang-ngiang di telinga.
Lagi-lagi, orang-orang bertanya dengan pertanyaan "Kenapa?", sedang saat diperjelas alasannya, jawaban itu tak pernah membuat mereka puas untuk berhenti bertanya. Kita terkadang begitu pongahnya dengan pengetahuan kita yang terbatas. Ah, tak lepas juga aku, si manusia yang sok tau dengan ilmu ala kadarnya. Harusnya belajar, belajar dan terus belajar untuk mendewasakan diri, untuk mnerima takdir tanpa air mata. Tapi apa mungkin tanpa air mata? Sedang menangis begitu menenangkan, meski tidak menyenangkan.
Aku sakit, katamu. Hendak meminta sedikit simpati atau perhatian dariku? Cukuplah Allaah bagimu. Panas suhu tubuhku hanya akan membuatmu mengumpatku atau menilai miring tentangku. Tak mengapa bagiku, Asal Dia tak murka padaku, itu sudah sangat cukup membuatku tenang.
Dan berjalanlah dengan ketegasan, kepastian, keyakinan, dengan pegangan yang menguatkan langkahmu. Bukankah keyakinanmu ibarat mata pedang tajam yang baru diasah?
Ragu itu pasti hilang, kuatkan azzam pasrahkan pada-Nya. ---Faidza azzamta fatawakkal 'alallaah
4 Jan 2013
Rindu~
Malam semu menggantung, menyisakan butir-butir kehidupan ditengah lelapnya jiwa-jiwa yang penuh peluh. Kuuraikan makna langit ditengah persembunyian bebintang, rembulan pun tiada. Sedang aku begitu merindu purnama. Bias cahaya mentari membuat terangnya kian indah dan rupawan. Dan malam selalu temankan kilau permatanya bak di istana raja.
Baru saja kemarin kulihat ia menyapa, namun tetiba hilang tanpa kutahu dimana arah terbitnya. Ingin sejenak berceloteh dengannya, tentang malam yang selalu menyejukkan tubuh hingga merasuk ke tulang-tulangku, tentang harapan yang kucipta saat hujan menghujam di langitku.
Kau tau apa itu rindu? Ia umpama garis yang membentuk huruf, lalu huruf-huruf tersusun menjadi kekata, dan kekata bersambung menjadi kalimat, hingga kalimat itu saling mengait menjadi sebuah paragraf, mengalun lembut, bersambungan, berkaitan, berirama, bercerita dan entah dimana ujungnya. Hanya titik abadi yang dapat menghentikan alur cerita itu. Begitu juga dengan rindu.
Dan rinduku sudah sampai dimana ia? Entah!
Kuharap rindu itu tau kalau aku membutuhkan titik. Karna hingga sampai detik ini rindu itu tak pernah mampu kubunuh. Hm . . . maaf ya, ini bukan tentang "kau". Ini tentang "Rindu".
Jauh kuserak pandanganku ke atas langit. Indah bukan? Melihatnya ibarat melampiaskan segala rindu. Rindu yang hanya terpendam dalam selaksa. Seperti pagi dan senja. Dua langit yang sama memiliki jingga tak terkira indahnya. Meski sejenak, namun tetap memberimu warna kedamaian, memberimu hikmah kehidupan, tentang keoptimisan dan keikhlasan.
Senja. Ada rinduku pada senja. Selalu kubisikkan padanya tentang selaksa yang tertanam menahun ini. Dan pekat jingga di ujung senja selalu memberi kepastian tentang hadirnya malam. Malam bersama rembulan. Suatu kisah kehidupan perjalanan anak manusia, tentang pengorbanan, tentang kesungguhan, tentang perjuangan dan segala berakhir pada kata perpisahan.
Gulita malam membuat rindu mengerang kesakitan. Kuharap pagi segera datang, agar tiada merintih tubuh sebab linu menahan sesak menahun.
Dan rindu . . . Istirahatlah sejenak, aku pun teramat lelah untuk membiarkanmu dalam bisu. Esok pasti akan baik-baik saja. Istirahatlah di dalam gubuk sederhana yang selama ini kita bangun bersama.
--------------------------------
Ruang Rindu
4.1.13
Baru saja kemarin kulihat ia menyapa, namun tetiba hilang tanpa kutahu dimana arah terbitnya. Ingin sejenak berceloteh dengannya, tentang malam yang selalu menyejukkan tubuh hingga merasuk ke tulang-tulangku, tentang harapan yang kucipta saat hujan menghujam di langitku.
Kau tau apa itu rindu? Ia umpama garis yang membentuk huruf, lalu huruf-huruf tersusun menjadi kekata, dan kekata bersambung menjadi kalimat, hingga kalimat itu saling mengait menjadi sebuah paragraf, mengalun lembut, bersambungan, berkaitan, berirama, bercerita dan entah dimana ujungnya. Hanya titik abadi yang dapat menghentikan alur cerita itu. Begitu juga dengan rindu.
Dan rinduku sudah sampai dimana ia? Entah!
Kuharap rindu itu tau kalau aku membutuhkan titik. Karna hingga sampai detik ini rindu itu tak pernah mampu kubunuh. Hm . . . maaf ya, ini bukan tentang "kau". Ini tentang "Rindu".
Jauh kuserak pandanganku ke atas langit. Indah bukan? Melihatnya ibarat melampiaskan segala rindu. Rindu yang hanya terpendam dalam selaksa. Seperti pagi dan senja. Dua langit yang sama memiliki jingga tak terkira indahnya. Meski sejenak, namun tetap memberimu warna kedamaian, memberimu hikmah kehidupan, tentang keoptimisan dan keikhlasan.
Senja. Ada rinduku pada senja. Selalu kubisikkan padanya tentang selaksa yang tertanam menahun ini. Dan pekat jingga di ujung senja selalu memberi kepastian tentang hadirnya malam. Malam bersama rembulan. Suatu kisah kehidupan perjalanan anak manusia, tentang pengorbanan, tentang kesungguhan, tentang perjuangan dan segala berakhir pada kata perpisahan.
Gulita malam membuat rindu mengerang kesakitan. Kuharap pagi segera datang, agar tiada merintih tubuh sebab linu menahan sesak menahun.
Dan rindu . . . Istirahatlah sejenak, aku pun teramat lelah untuk membiarkanmu dalam bisu. Esok pasti akan baik-baik saja. Istirahatlah di dalam gubuk sederhana yang selama ini kita bangun bersama.
--------------------------------
Di daun yang ikut mengalir lembut terbawa sungai ke ujung mata.
Dan aku mulai takut terbawa cinta menghirup rindu yang sesakkan dada.
Ruang Rindu
4.1.13
29 Des 2012
T.E.G.A.R
Berjalan perlahan, setelah berlari dan kelelahan
Mengumpul bekal pulang
Yang kan disandang menghadap Ilahi Rabbi.
Taukah kau kawan?
Perjuangan ini masih belum berhenti
Meski peluh membasahi
Meski lelah menghampiri
Meski sakit menjamahi
Meski luka menodai
Meski penat menyelimuti
Meski hampir patahpatah langkah kaki
Meski caci maki dihadiri
Meski sumpah serapah menghakimi
Meski, meski dan meski yang lainnya.
Kau hanya perlu terus berjuang
Melawan aral dan rintangan.
Melawan berat yang kau pikul
Melawan hingga akhirnya menang.
Kau hanya perlu terus berjuang
Dengan kesabaran
Dengan kesyukuran
Dengan kemaafan
Dengan keteguhan
Dengan kesungguhan
Agar jadi pemenang
Hingga akhirnya kau menang
Menyaksikan senyumannya di Telaga Kautsar.
*Shollu 'alaik
Allaahuma sholli 'ala Muhammad
Mengumpul bekal pulang
Yang kan disandang menghadap Ilahi Rabbi.
Taukah kau kawan?
Perjuangan ini masih belum berhenti
Meski peluh membasahi
Meski lelah menghampiri
Meski sakit menjamahi
Meski luka menodai
Meski penat menyelimuti
Meski hampir patahpatah langkah kaki
Meski caci maki dihadiri
Meski sumpah serapah menghakimi
Meski, meski dan meski yang lainnya.
Kau hanya perlu terus berjuang
Melawan aral dan rintangan.
Melawan berat yang kau pikul
Melawan hingga akhirnya menang.
Kau hanya perlu terus berjuang
Dengan kesabaran
Dengan kesyukuran
Dengan kemaafan
Dengan keteguhan
Dengan kesungguhan
Agar jadi pemenang
Hingga akhirnya kau menang
Menyaksikan senyumannya di Telaga Kautsar.
*Shollu 'alaik
Allaahuma sholli 'ala Muhammad
S.I.S.A - S.I.S.A
Hatiku pergi,
Meninggalkan debu sisasisa semangat
Menorehkan luka sisasisa perjuangan
Sungguh aku lelah,
Hingga akhirnya yang menghampiri benar menyerah setelah kuperjelas semua.
Ini tentang hati yang kurindukan damainya
Tentang hati yang bersahaja dengan bijaknya
Tentang hati yang penuh motivasi saat rapuh menjamah diri
Aku hanya sedang teramat lelah
Dan ingin mengakhiri semusim pengharapan ini
Lewat jejakjejak yang mungkin tertinggal jauh
Rabbi, Hapus peluh ini.
Hingga akhirnya kutemui yang benar memahami.
*Bekerja hingga terkadang mengabaikan kesehatan itu tak baik, aku teramat tau. Namun membiarkannya hingga ketika benar-benar kelelahan, menangis selalu menjadi pilihan. Melepas penat, merajut Pelangi dipenghujung badai ini. Dan kan selalu jadi penghibur hati Firman Allaah ini "Bersama kesulitan ada kemudahan"
Meninggalkan debu sisasisa semangat
Menorehkan luka sisasisa perjuangan
Sungguh aku lelah,
Hingga akhirnya yang menghampiri benar menyerah setelah kuperjelas semua.
Ini tentang hati yang kurindukan damainya
Tentang hati yang bersahaja dengan bijaknya
Tentang hati yang penuh motivasi saat rapuh menjamah diri
Aku hanya sedang teramat lelah
Dan ingin mengakhiri semusim pengharapan ini
Lewat jejakjejak yang mungkin tertinggal jauh
Rabbi, Hapus peluh ini.
Hingga akhirnya kutemui yang benar memahami.
*Bekerja hingga terkadang mengabaikan kesehatan itu tak baik, aku teramat tau. Namun membiarkannya hingga ketika benar-benar kelelahan, menangis selalu menjadi pilihan. Melepas penat, merajut Pelangi dipenghujung badai ini. Dan kan selalu jadi penghibur hati Firman Allaah ini "Bersama kesulitan ada kemudahan"
27 Des 2012
Simfony Kehidupan
Kita masih akan terus berjuang
Dengan sisasisa keyakinan yang terpancang kuat di hati
Dengan sisasisa keberanian yang kita miliki
Dengan sisasisa usia yang kita miliki
Kita masih akan terus berjuang
Dengan tekad semangat yang membara di jiwa
Dengan keteguhan sanubari di dada
Dengan kekuatan dari Sang Raja Semesta
Kita masih akan terus berjuang
Bersama menjadi pemenang
*Bulan Tiga Bulan
Dengan sisasisa keyakinan yang terpancang kuat di hati
Dengan sisasisa keberanian yang kita miliki
Dengan sisasisa usia yang kita miliki
Kita masih akan terus berjuang
Dengan tekad semangat yang membara di jiwa
Dengan keteguhan sanubari di dada
Dengan kekuatan dari Sang Raja Semesta
Kita masih akan terus berjuang
Bersama menjadi pemenang
*Bulan Tiga Bulan
Selaksa Kehidupan
Dan malam menghadirkan kesenyapan
dipenghujung hiruk pikuk euforia kehidupan.
Ini sudah larut bukan?!
Namun masih dengan nada yang sama kudengarkan
Syahdu, mengalun merdu
Lewat nada Selaksa Pelangi
Yang hadir mengisi cawan hari.
Cukuplah kemarin tatapan langit begitu sendu
Warnanya kelabu menutup biru.
Riak-riak itu kini meredup
Tertutup hitam dalam gelapnya hidup.
Mungkin kini kita tengah mencintai apa yang dulu kita benci.
Mungkin kini kita tengah belajar bijak agar tak menyakiti.
Mungkin kini kita tengah bangkit dari keterpurukan diri.
Tiap-tiap kesakitan hari ini, akan diganti dengan kebahagiaan di esok hari.
"Bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al Insyirah)
dipenghujung hiruk pikuk euforia kehidupan.
Ini sudah larut bukan?!
Namun masih dengan nada yang sama kudengarkan
Syahdu, mengalun merdu
Lewat nada Selaksa Pelangi
Yang hadir mengisi cawan hari.
Cukuplah kemarin tatapan langit begitu sendu
Warnanya kelabu menutup biru.
Riak-riak itu kini meredup
Tertutup hitam dalam gelapnya hidup.
Mungkin kini kita tengah mencintai apa yang dulu kita benci.
Mungkin kini kita tengah belajar bijak agar tak menyakiti.
Mungkin kini kita tengah bangkit dari keterpurukan diri.
Tiap-tiap kesakitan hari ini, akan diganti dengan kebahagiaan di esok hari.
"Bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al Insyirah)
20 Des 2012
Maka Renungkanlah . . .
Maka cukuplah, tiap-tiap kejadian yang menyakitkan adalah sebagai teguran dari Dia- Allaah. Agar kita memahami dan menyadari, segala apa yang terjadi adalah sudah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tiap-tiap perbuatan baik kita, kelak akan dibalas kebaikan pula. "Hal jazaa ul ihsan illal ihsan". Begitupun sebaliknya, segala perbuatan jahat kita kelak akan kembali lagi kepada kita. Semua telah tertulis dalam kitab-Nya. Maka renungkanlah sejenak sebelum melakukan sesuatu. Agar tiada luka yang kita toreh pada hari yang dijalani.
Tadi Malam
Riuh rimbun tanah basah
Gemerlap oleh hujan lelangit mengejawantah
Tubuhku remuk tertindih bau sengat mentari
Sudahkah aku boleh menyerah?
Atau masih terus berkelana dengan arus waktu yang menua?!
Lalu aku bicara pada Dia dalam redupnya mata
Meminta-minta dengan harap segera terijabah doadoa
Menyeret-nyeret rasa dengan percuma tanpa jeda
Sungguh Dia lebih tau apa-apa.
Dan pada-Nya kusandar segala lelah
;segala masalah, segala asa, segala masa
Sebab tiada dayaku tanpa-Nya.
Medan
20.12.2012
*Padang-Bukit Tinggi, Jogja-Bromo ~Semoga
Gemerlap oleh hujan lelangit mengejawantah
Tubuhku remuk tertindih bau sengat mentari
Sudahkah aku boleh menyerah?
Atau masih terus berkelana dengan arus waktu yang menua?!
Lalu aku bicara pada Dia dalam redupnya mata
Meminta-minta dengan harap segera terijabah doadoa
Menyeret-nyeret rasa dengan percuma tanpa jeda
Sungguh Dia lebih tau apa-apa.
Dan pada-Nya kusandar segala lelah
;segala masalah, segala asa, segala masa
Sebab tiada dayaku tanpa-Nya.
Medan
20.12.2012
*Padang-Bukit Tinggi, Jogja-Bromo ~Semoga
19 Nov 2012
~Jeruji
Tak harus bicara
Cukup lewat doa-doa
Kujabar lewat kekata yg patah-patah
Asa ini mengalun indah
Tariannya seirama nada rintikan hujan
Bersemi, mekar, kembali . . .
Uji ini masih belum berhenti.
Innallaaha ma'ana.
19.11.12
1 Nov 2012
Proposal = Omong Kosong
Entah kenapa, kertas bernama Proposal buat saya itu "omong kosong"
Salah kah?
Pemikiran seseorang tak selalunya salah, juga tak selalunya benar bukan?! Termasuk saya ini.
Saya juga punya alasan kenapa menurut saya proposal itu omong kosong, sebenarnya hal ini sendiri ditujukan buat saya, karna kenapa? saya terbiasa nulis, bukan hal yang sulit buat saya nulis isi proposal itu sendiri menjadi spektakuler, sangat wah, n bersahaja. Namun hal itu jadi pertanyaan sendiri bagi saya? Benarkah tulisan ini? Jujurkah? Sedang saya bukan orang yang suka memaparkan baik buruk hidup saya diatas kertas. Takut berlebihan, atau malah ini sama sekali bukan saya. Saya tau siapa saya, dan rasanya gak cukup untuk menuliskan sejuta keburukan saya diatas kertas yang maksimal banyaknya hanya tiga lembar.
Pasti ada solusi lain bukan, dari pada hanya lembaran-lembaran proposal?! :)
*Ini postingan sepintas pemikiran, yang mana bisa saja pemikiran itu sendiri suatu saat bisa berubah.
Just thingking-feeling-Writing . . . (mungkin pun sebagian orang akan mencerca saya karna pemikiran saya hari ini. hehehe . . . )
Salah kah?
Pemikiran seseorang tak selalunya salah, juga tak selalunya benar bukan?! Termasuk saya ini.
Saya juga punya alasan kenapa menurut saya proposal itu omong kosong, sebenarnya hal ini sendiri ditujukan buat saya, karna kenapa? saya terbiasa nulis, bukan hal yang sulit buat saya nulis isi proposal itu sendiri menjadi spektakuler, sangat wah, n bersahaja. Namun hal itu jadi pertanyaan sendiri bagi saya? Benarkah tulisan ini? Jujurkah? Sedang saya bukan orang yang suka memaparkan baik buruk hidup saya diatas kertas. Takut berlebihan, atau malah ini sama sekali bukan saya. Saya tau siapa saya, dan rasanya gak cukup untuk menuliskan sejuta keburukan saya diatas kertas yang maksimal banyaknya hanya tiga lembar.
Pasti ada solusi lain bukan, dari pada hanya lembaran-lembaran proposal?! :)
*Ini postingan sepintas pemikiran, yang mana bisa saja pemikiran itu sendiri suatu saat bisa berubah.
Just thingking-feeling-Writing . . . (mungkin pun sebagian orang akan mencerca saya karna pemikiran saya hari ini. hehehe . . . )
~Sajak Daun
Pesta belum dimulai, namun jauh disudut ruang sudah ada yang begitu gelisah. Ingin pergi, tapi kemana? Seolah semua pijakan sama saja. Selalu mencari tujuan baru, mengenal orang baru, meski itu tak sepenuhnya mengobati. Lagi, terdiam ditempat yang baru. Padahal seharusnya disana adalah saat-saat yang menyenangkan. Bukankah disana hanya pelarian? hingga tak perlu hingar bingar dengan riuhnya suara-suara para penjual di pasar.
Jika bumi yang kupijak saat ini tidak memberikan ketenangan, itu karena ada ruang disudut qalbuku yang menggelegar. Kenapa? Entah. . .
Beginilah hidup, seharusnya aku lebih bijak. Dan menyadari bahwa diam tak selamanya emas, bahwa diam berarti melepas kesempatan, karena diam bukan menunggu, tak semua orang dapat berlaku seperti itu. Diam adalah beku.
Dan saat menyadari sepenuh arti, embun tlah menguap dalam genggaman daun. Esok pagi, kan kujelang kembali embun yang lain. Semoga akhirnya kuraih tarian sang embun diatas daunku.
*Rabb. . . masih bolehkah harap ini pada-Mu?
~Season Of Hope~
30 Okt 2012
#Chance
Tidak ada yang harus disesali, bahkan ketika kita kehilangan satu kesempatan baik saat pintunya pernah terbuka lebar dihadapan kita. Cukup dijadikan pelajaran yang berarti, untuk kelak tak kembali menyia-nyiakan kesempatan yang terbuka didepan mata. Pahami bahwa kesempatan itu tak hadir dua kali. Pahami bahwa itu memang kesempatan baik, bukan hanya tawaran sepintas lalu. Sadari bahwa kesempatan itu harus diraih, tidak untuk dibiarkan begitu lama samapai akhirnya keputusanmu menjadi terlambat. Pahami dan sadari :)
Langganan:
Postingan (Atom)
Dua beda
Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta. Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana. Me...
-
aku belum melakukan iniiii >>> Lapor pajak tahunan, buat Neraca 2012, ngoreksi hutang piutang, Ngoreksi nilai buku aktiva, pengarsi...
-
Setangguh Elang Yang mengepakkan sayapnya saat terbang. Lalu hilang Dibalik rimbunan dedaunan 09 January 2011
-
“Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi. Tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkannya....