Tampilkan postingan dengan label Ngutip Blog Tetangga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ngutip Blog Tetangga. Tampilkan semua postingan

22 Jan 2013

Cerita Tentang Angin dan Daun

Malam ini, satu dari sekian banyak daun di dunia terjatuh. Daun yang mencoba terus tegar dari segala terpaan angin yang ingin menjatuhkannya, akhirnya layu juga dengan sisa tenaga yang ada.
Rapuh karena termakan angin yang membuatnya ingin melayang. Berharap melayang, namun yang ada justru ditendang.

Beginilah hidup, misteri bagi semua orang yang percaya akan kebesaran Sang Penyayang.
Untuk angin yang menjatuhkan daun. Percayalah angin itu adalah kamu. Angin yang begitu nyata bagiku. Angin yang mampu membuat ku melayang dan terjatuh dalam waktu yang bersamaan, dan mungkin aku adalah tanya bagimu. Kamu nyata sebagai orang yang ku harapkan, dan aku adalah tanya sebagai orang yang tak pernah kamu rindukan.

Aku terasa dininabobokan dengan panggilan kata sayang, semuanya melayang. Yakin benar bahwa kamu adalah orang yang tak akan pernah hilang.
Sampai detik ini, aku pun masih bertanya apa benar nama tengah dari ku adalah pecundang?
Merasa semua orang ingin mentertawakan. Merasa jadi orang yang paling bersalah dari sebuah titik beku yang tak bisa kita cairkan. Merasa waktu tak pernah mampu bersahabat akan sebuah pertahanan hati yang tak pernah ditabahkan.

Ah! Semua pengharapan akan habis pada waktunya bukan? Semua perjalanan akan berhenti pada waktunya. Semua orang akan jatuh pada waktunya. Dan semua orang akan bangkit pada waktunya.
Sebelum ku sudahi. Ada satu fakta yang patut kamu ketahui.
Di keheningan paling senyap ini ada satu hal yang paling suka aku simpan dan atas namamu itu ku alamatkan. Yaitu rindu. Satu patah kata itu sungguh berarti ketika rindu memuncaki tahta bisu.
Semoga titik jatuh ini, bukanlah titik dimana kita tak akan mengenal lagi meskipun hati kita tak pernah bisa bersatu.
Sampai Jumpa dalam dimensi rindu yang berbeda. Angin-

Sumber: Ryan

Mimpi Yang Tertunda

Hari itu aku pernah bermimpi, ketika kamu datang dengan segenggam canda tawa dan kamu sengaja menaruhnya di hati ini.
Aku salah, terlalu cepat untuk merangkai sebuah mimpi dengan mu. Karena memang, aku mengaggumi mu sejak dulu. Melihat tawa mu, senyum di atas sebuah dagu merefleksikan jelas bahwa ada jutaan warna dalam hidup mu.
Malam itu, ribuan hari telah berlalu. Kita berjumpa dan saling berbagi rindu. Dengan tatapan menahan senyum yang masih membuatku tersipu malu. Rasa yang lama ku pendam itu, tak berkurang meski usang dihantam pukulan yang dinamai waktu.
Kamu! Orang yang membuatku terjatuh dan meninggalkanku untuk belajar memahami apa itu waktu.
Kamu! Orang yang mengajarkanku dikala tersesat di sebuah labirin penantian, untuk memahami hujan adalah memar senja tanpa kepastian.
Kamu! Orang yang ku kenal dulu, kini telah berevolusi dengan pendewasaan yang masih terus ditemani sebuah arogansi.
365 hari dikalikan dua dan ditambah setengahnya, serumit itu memang pertemuan kita.
Sebut saja aku kalah. Bukan karena kita yang selalu mengalah pada rindu. Apa daya, waktu telah lebam membiru. Aku manusia yang takut kepada waktu. Waktu yang kupunguti di kursi kayu, yang mengejekku, karena aku masih menunggu.
Tapi aku juga percaya akan waktu, aku percaya pada jiwa-jiwa yang terus mencari jawab. Memunguti pengertian hidup pada sang pekat. Kepatuhan sujud menghamba kepada yang paling dekat.
Harapku. Semoga esok mentari berkunjung lagi pada kita. Melanjutkan lembaran itu hingga waktu lenyap dalam kepatuhan kepada Tuhan yang aku sebut sebagai mimpi yang tertunda.


Sumber: Ryan :)

*Baguss baguss tulisannyaa~~ Sukaaaa semuaa :D

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...