Tampilkan postingan dengan label Pagi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pagi. Tampilkan semua postingan

5 Jan 2013

Sepotong Pelangi untuk Pagi


Selamat datang pagi, apa kabarmu? Kuharap kau baik disana. Begitupun denganku disini. Sudah lama aku tak mendengar kabarmu, tentunya ada cerita yang berbeda diantara kita sepanjang perputaran waktu yang menyembunyikan wujudmu dari hari-hariku. Padahal dahulu kita selalu bersama, ya . . . hampir selalu bersama-sama. Hanya beberapa jeda saja kita berpisah sejenak. Tapi nyata, tidak untuk saat ini.

Genap satu dekade perpisahan itu terjadi, kau pergi tanpa memberi kabar sedikitpun untukku. Yang kuingat malam itu kau mengetuk jendela kamarku berulang-ulang. Dan bodohnya, aku lebih memilih bersembunyi didalam selimut tebalku. Malam itu sungguh sangat dingin. Benarkan itu kau yang mengetuk? Feelingku berkata itu kau.

Hei  . . . tahukah kau? Pohon kelapa yang dahulu pernah kita tanam, kini sudah bertumbuh menjadi besar, bahkan kini ia telah berbuah menjadi banyak. Mungkin sama seperti rinduku, bertumbuh seperti pohon kelapa kita. Tak tergesa, tapi ia ada. Tak kubiarkan sesiapapun memetiknya. Bukankah siapa yang menanam, ia yang menuai?!  Bukankah kau sangat ahli memanjat pohon kelapa? Aku ingin kaulah orang pertama yang memetik kelapa itu. Untuk kita nikmati bersama atas apa yang pernah kita tanam.

Waktu perlahan membunuh kesegaran kelapa hijau itu. Satu persatu buahnya jatuh sendiri, alam yang kini memetiknya. Layu, membusuk jadi bangkai diatas tanah. Namun setelahnya tumbuh tunas baru, begitu juga dengan rindu. Adakah kau akan kembali? Bersama kita menuai jerih payah kesabaran kita pada arti kata menunggu. Aku ingin segera menikmati segarnya air kelapa hijau, mengolah kelapanya menjadi penganan makanan, dan kau mengukir batoknya menjadi kerajinan tangan sebagaimana keahlianmu.

Hari ini, lewat dari hari yang pernah kita prasastikan. Mungkin artiku adalah tak lagi menunggu. Mungkin pun kau telah lupa pada janji yang pernah kau baitkan dalam sajak malammu. Atau hanya aku yang menganggap itu sebuah janji? Entahlah. Dimensi kita berbeda sekarang. Seperti kicauan alam, aku yang tetap setia pada laut, dan kau yang berubah menjadi gunung. Dan jeda itu benar-benar membuat kita pada akhirnya terpisah pada jarak sedemikian ini.

Denting bergenting. Gumamku hanya menambah sendu diantara gurat malam yang kian mengejewantah lewat pekatnya jingga diujung senja. Kembali malam ke peraduannya. Dan kembali pula aku membawa pupus setelah seharian menunggumu di gerbong kereta. Dan sosok itu, mungkin selamanya takkan pernah kulihat lagi disini. Meski aku tak pernah berhenti untuk berharap bersitatap denganmu lagi setiap kali melewati Stasiun Kereta ini.

Pagi . . . Apa kabar? Adakah kau akan kembali untukku? Sedang malam malam yang kulewati terasa begitu pekat tanpa hadirmu disini. Dan aku teramat ingin menyapa pelangi pada pagi di dekat istana pasir milik kita di pinggir pantai. Angin, ombak, laut biru, riak-riak bangau, dan semilir nyiur melambai. Akankah?


"Kau ciptakan asa sedemikian rupa, hingga menyesak dalam dada. Lalu ketika ku ingin menguraikannya lewat makna, semua terendap dalam selaksa. Seperti pohon kelapa, bertumbuh menahun tiada tergesa. Berbuah, jatuh membusuk hingga bertumbuh tunas yang baru. Menebangnya hanya akan membuatnya benar-benar mati. Tapi tak kau sadari ada tunas-tunas lain yang kan bertumbuh kembali. Jika bangkainya ibarat kebencian, maka itu hanya sesaat. Sebab tunasnya telah bertumbuh lewat celahnya. Tinggal menunggu waktu saja."

#Chapter

5.1.13


24 Des 2012

Pelangi Pagi

Rinai hujan basahi bumiku pagi itu. Setelah sebelumnya aku begitu kelelahan menjalani hari-hari yang kulewati. Pada-Nya aku mohonkan kebahagian, meski hanya secuil untuk menghapus butiran-butiran keringat lelahku. Aku teramat lelah malam itu, dan langit-Nya sudah cukup mewakili perasaan lelahku. Di luar langit hujan.

Pagi. Sempat aku merasa kehilanganmu, saat tubuhku benar-benar kaku dipenghujung senja-Nya. Saat aku harus bertemankan malam dipenghujung aktivitasku. Malam, lagi-lagi kau yang membersamaiku. Dinginmu benar-benar menusuk hingga ke tulang-tulangku. Dan benarlah tubuhku menjadi remuk.

Pagi. Hujan mulai reda perlahan. Pelangi sehabis hujan, batinku. Ini masih pagi, hujan tlah diakhiri dengan rintikan-rintikan kecil. Firasatku diluar ada pelangi. Secara tak sengaja memandang ke langit, meski lagi-lagi aku telat menyaksikannya. Pelangi itu tak lagi separuh lingkaran, tapi tetap saja warnanya masih begitu indahnya. Siapapun tak menolak untuk meyakini bahwa warna-warni pelangi memang begitu indah. Mejikuhibiniu~

Pelangi Pagi. Pelangi kedua yang kusaksikan di kotaku setelah sekian lama :)
Allaah menghadiahkannya untuk menghibur lelahku semalam.

O Allah, I wanna thank you
I wanna thank you for all the things that you've done
You've done for me through all my years I've been lost
You guided me from all the ways that were wrong
I wanna thank you for bringing me home

Pelangi Pagi
(Tiang antenanya miring, jadi agak merusak pemandangan gambar ^^)

11 Des 2012

Selamat Pagi Semangat (^o^)/"


Pagi-pagi dapat rezeki :) Alhamdulillaah . . .
Pesannya Ust. Yusuf Mansur kudu terus dilakonin nih, biar Rezekinya makin semakin semakin lancar kayak air terjun. Hehehe . . .

13 Apr 2012

Mendung



Tak berirama untuk pagi yg kusapa
Jauh berlalu sang langit cerah
Pagiku mendung tak bermentari
Seperti saat ini...
Ia pun pergi meninggalkan mimpi.
Luruh,tersudut di ujung sendu

-Sudut ruang, 11 Juni 2011-

29 Nov 2011

Antara aku, kau dan dia



Sekarang kita berasa diatas tanah yang sama. diatas bumi kita berpijak. Rata TengahDan asaku masih sama seperti kemarin. hanya saja mungkin berbeda dirasa. Jika dulu aku begitu ingin menemuimu, namun kali ini aku hanya melihatmu dari sisi gelapku. Agar tak kau lihat aku disini. Meskipun mungkin kau melihat bayangku.
Bukan aku ingin bertemu, aku hanya ingin melihatmu. Seperti apa wujudmu yang pernah memberikan kekhawatiran terakut dalam hidupku. Ah... aku tau kau bukan siapa-siapa. Bahkan aku hampir tak lagi mengenangmu. Bukan, bukan hampir, tapi benar "Tak lagi".
Lalu dia... apa kabar dengannya? aku pernah mengatakan padanya bahwa aku ingin bertemu, aku ingin memeluknya. Tapi, ketika dia selalu saja menceritakan tentangmu, tentang mimpimu dan mimpinya, aku rasa berada didepannya bukanlah hal terbaik, setidaknya untukku! Aku mendengarkan celotehnya tentang impian yang kan ia ukir sementara aku juga pernah memimpikan hal yang sama?
Namun, asaku sudah patah! kali ini benar2 telah patah. dan aku biarkan ia patah. Takkan kuperbaiki. sama halnya ketika kau dan dia menawarkan persahabatan padaku, lalu tiba-tiba menikamku perlahan, memblokade rumah-rumah maya. kau tau rasanya? (*Retorik kurasa)
Terkadang, dalam renunganku, aku berfikir, "Kenapa harus sampai seperti ini?"-"Tidak bisakah kita bersikap sewajarnya? bersikap biasa?" Hmph...mungkin jawabnya memang tidak.
Ketika mereka bertanya, "Apa kau baik-baik saja?", sampai saat ini aku masih bisa mengangguk pasti. "Ya, aku lebih baik dari yang kalian tau!"

Kau...
Menjauhlah! jangan pernah sekalipun mencariku, mencari tau tentang kabarku, membaca tulisan-tulisanku. Bersikaplah untuk tidak peduli padaku. Sedikitpun untuk tidak peduli.
Anggap saja kita tak saling mengenal. Karna aku pun menganggapnya begitu. Antara aku, kau dan dia - kita tak (lagi) saling mengenal.

2 Nov 2011

Pagi ... (2)

di 2 November, kembali menuliskan cerita, kisah, atau apalah, yang penting merangkaikan kata jadi kalimat jadi paragraf, dan ditulis di Blog sederhana ini. Seperti biasa, belum bermanfaat buat orang lain. tapi setidaknya bermanfaat untuk diri sendiri, agar kelihaian menulis tetap terjaga dan terus terasah. Toh nanti ada saatnya dimana tulisan-tulisanku menjadi tulisan yang luar biasa.
Pagi ini tak biasa, sarapannya Ind*mie goreng, dikasih bawang+saos+telur. hehehe... tak lupa secangkir cappucinno extra granule, dengan backsound "Letto- Truth, cRy and LiE". Hm...menikmati pagi dengan cara yang berbeda. yup...sedang meresapi detik-detik terakhir di kota ini, karena sesaat lagi aku akan meninggalkannya.
"Menyendiri lagi, menyendiri lagi....disaat kau tinggalkan diriku pergi, tak pernah ada yang menghiasai hariku, disaat aku terbangun dari tidurku...." (Dadali band-back Sound tulisanku yang ini :p - sampai di ketikan yg ini)

Hem...Pagi tadi dapat berita duka dari Medan, iin, sahabat baikku, Ayahnya meninggal dunia, sedih karena aku gak berada didekatnya :(, tadi juga sempat nangis.
Membayangi, bahwa kehilangan orang yang kita sayangi itu amat menyakitkan, menyedihkan, setidaknya untuk saat itu sakit dan kepedihan yang dirasakan teramat dalam.
OooOOooowwwWw.... :'( im really so sad!!!

setahun yang lewat, saat ayah dari adik angkatku meninggal, aku juga tak berada disisinya. Sedang dia saat itu butuh bahu untuk bersandar, butuh tangan untuk menghapus air matanya dan menggenggam tangannya.

Ya Rabb.... semoga segala amalan ibadah mereka yang telah lebih dulu pergi, Engkau terima disisi-Mu. dan jadikanlah kematian tiap kami adalah kematian yang baik (Khusnul Khotimah) Aamiin........

Ketika pagi tak membersamai cahaya,
Langit mendung tak merona,
Tak sebenarnya seperti itu
Sebab qalbu lah yang mendung
Aku pun pernah merasakannya,
Birunya langit berubah kelabu
Putihnya awan terlihat menghitam
Dunia seolah gulita,
namun setidaknya itu untuk saat itu.
Mungkin karena Qalbu yang tergores luka
atau karena qalbu yang tak lagi merona.
Mungkin ini tentang kehilangan,
tentang perpisahan dari sebuah pertemuan.
Kenapa harus ada pertemuan?
Ini takdir namanya.
Jika kau tak menginginkannya
Seharusnya sebelumnya tak perlu kau ciptakan.
Yang terjadi, sudah kehendak Tuhan.
Dia... Ar Rahmaan.
Maka Nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...