Tampilkan postingan dengan label Suara Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Suara Hati. Tampilkan semua postingan

28 Des 2019

Bumiku

Kamu...
Adalah cakrawala yang menembus dimensi diamku
Adalah sukma yang menelisik masuk lewat nadi derapku
Adalah pijar yang menerangi sisi pekat gelapku
Adalah awan lembut yang meneduhkan gegap langkahku.

Kamu...
Yang diamdiam menyimpan rasa menahun
Yang diamdiam membaca kekata jemariku
Yang diamdiam mengamati, lalu memohon pada Dia Sang penggenggam hati.
Berliku, hingga bermuara di dermaga tambatan hati.

Apa jadinya aku tanpa sabarmu?
Apa jadinya aku tanpa rasa mengalahmu?
Bersamamu aku mampu, tanpa perlu menjadi orang lain di sisimu.

Semoga selamanya, hingga ke Jannah Sang pencipta.

Uhibbuka fillaah, wa hubban lillaah 💜

12 Sep 2012

Rinduku Memar dihantam Batu

Jika embun yang menguap laksana kerinduan yang kuharap terbang hingga ia lelap, maka biarkan embun itu jatuh meski tak kuinginkan diwaktu yang tak tepat. Namun Rabb... kuharap rindu ini lenyap, selenyap kehadirannya dalam kehidupan kami. Secepat kepergiaannya dari perjalanan hari-hari kami.
Maafkan aku Rabb, jika nyatanya rinduku menjadi begitu mabuk dipenghujung sisa usiaku. Dan aku menjadi begitu cengeng dintara senja yang masih kelabu seperti senja yang lalu.

Aku kuat di depan ibu, di depan ayahku, di depan saudara-saudaraku. Namun aku tak cukup kuat di depan bayanganku sendiri.
Dan rinduku mengantarkan lelehan airmata yang tak kusadarkan saat jatuhnya. Aku rindu, rindu... hanya itu yang aku tau. Sedang batinku berbisik sendu, Adakah abang yang akan mengantarkan kue tart esok hari saat senja tiba? Adakah boneka kelinci berwarna merah jambu yang kan kuperoleh lagi? Atau sekotak coklat dan teh rasa srawberry? ----- Tidak. Tidak ada jawabannya. Sedang aku terus mengulang-ulang tanya dimana takkan pernah lagi kutemukan jawabannya disini.
Rabbi.... aku rinduuu, rinduuu, kenapa air mata ini tak mau berhenti. Sedang pusara abang masih basah disana oleh air hujan, sedang kebersamaan terlalu singklat kurasakan.

Tidak, tidak akan ada yang mengerti. Sedang rasaku kian memar dihantam batu kerinduan. 
Dan disini, hujan masih tak henti membasahi asaku yang kosong.

17 Jul 2012

Gerbang Penantian

Menjelang Ramadhan....
Harapkan kesempurnaan menghampiri
Hingga bias kebaikan terpenuhi dengan hakiki
Lewat doadoa ditiap hembusan nafas yang mengaliri
Perlahan,
Doadoa terus dijabarkan.
Memuja keagungan Tuhan,
Bersambut bening daun mata yang berjatuhan
Ramadhan kali ini,
Beda!!

Kota Madani,
17.7.12

28 Jun 2012

#Stuck

Semua terasa berjalan begitu lamban. Sedang kau tau begitu banyak kewajiban yang harus diselesaikan. Bahkan sesuatu yang bukan menjadi kewajibanmu pun harus juga kau yang menyelesaikan. Hingga akhirnya merasakan "Stuck". Usahamu terhenti karna suatu keadaan. Kau tau bahwa kau tak mampu bekerja sendiri. Ini bukan hal yang mudah bukan?! Sedang yang seharusnya memikul tanggung jawab yang saat ini ada dipundakmu, mengacuhkanmu dengan segala alasan yang dibunuh. Kau butuh jawaban pasti, namun sampai detik ini tiada seujung kuku jawabanpun kau dapati. Dan semua seakan terasa amat menyesakkan.

Kau pun sadar sepenuhnya, bahwa kau tak boleh menyerah. Kau masih harus terus memperjuangkannya. Berusaha membuatnya menjadi lebih baik, meskipun disisi lain kau harus mengorbankan waktumu. Kau tau, bahkan teramat tau, disini... didada ini... terasa amat sungguh menyesakkan.
Kau butuh jawaban, tapi lagi-lagi ia mengabaikanmu. Seolah kau ingin berteriak, menyapanya lembut, mengingatkannya tentang betapa Allaah akan memudahkan urusan hamba-Nya, jika hamba-Nya itu tulus memudahkan urusan orang lain.

Kali ini kau benar-benar berteriak. Berteriak tanpa suara yang menemani. Namun aku bisa membacanya dari guratan garis diwajahmu. Dari garis-garis tulisanmu. Kau tau bahwa amarah itu percuma, lalu kau coba untuk meredamnya. Kau tau bahwa menangis pun tak menyelesaikan masalah, lalu kau coba menghalaunya jatuh  dari mata.

Kau sudah mencoba untuk mengerti keadaannya, namun ia tak juga mengerti keadaanmu. Ia mengabaikanmu dengan alasan yang dibunuh. Bungkam tanpa sebait penjelasan. Menghindar, tanpa secuil pertemuan. Berkali-kali kau diabaikan, berkali2 pula kau terus mencoba untuk tak mengabaikannya. Mereka pun telah mengingatimu, bahkan berbuah amarah atas tingkahnya kepadamu. Kau masih saja tak bisa marah. Kau terus mencoba mengerti keadaannya. Dan tanpa kau sadari, diam-diam ia telah menciptakan kekesalan dihatimu.


And I'm stuck, in a space that you make dumb

29 Mei 2012

Proses


Dari sebuah keniscayaan hari, proses itu menggelayuti. ketika aku terbangun dari mimpi, kusadari suatu hal.."Inikah sebuah janji?", mimpi itu benar-benar membuat berbagai pertimbangan mulai muncul kepermukaan. Disini, sedang ada yang berperang. Jiwa-jiwa sang pemikir, jiwa-jiwa sang pembelajar. “Inikah sebuah janji?”. Lagi! Kalimat tanya itu menggelayuti. Sanubari mulai bersimpati memilih apa yang menjadi pilihan, jiwa mempertimbangkan berbagai ragam kemungkinan ini dan itu. Lalu, siapa berikutnya yang berhenti di perhentian terakhir?


Remuk tatapku menatap layar monitor. Mata ini terlalu lelah, hampir sepuluh jam menatap layar biru ini diruang kerja. Dan selebihnya pun masih harus menatap monitor biru ini saat seharusnya tubuh ini di istirahatkan.  Ada yang mengganggu memang. Mimpi itu! Bukankah tak perlu dikhawatirkan perihal mimpi? Ada benarnya pasti. Namun, ini bukan seperti biasa. Bukan nafsu yang mencakrawala, bukan pula kecemasan langit seperti  saat petir menyambar dengan coretan putih kilat yang menggelegar. Ini mimpi-mimpi yang ditanyai dipenghujung sujud dan air mata. Jubah putih itu, tatap mata itu tidak berdosa..., senyum tulus itu... setulus janji yang ingin kutepati dipenghujung sanubari. Benar aku mengenal sosok itu, sosok yang pernah tersenyum menghibur kala luka terbuka menganga. Sosok yang memberi beribu dukungan semangat ketika perih mampir menyandra diri.


Lalu aku bertanya lagi, “inikah sebuah janji?”

 gambar di unduh dari Google images :)

Medan, 29.5.12

8 Mei 2012

Senandung senja

Sepertinya begitu mudah segalanya terlantun merdu. Membisik suara alam, imajinya kian menari dalam relung-relung kehidupan. Dalam tiap hembusan nafas yang beriramakan syukur. Kemarin, hari ini, esok, dan lusa.... Masih kugenggam asa dalam dimensi cita dan cinta yang kian membahana untuk-Nya. Berucap syukur akan karunia dan nikmat-Nya... Masih... semua terlantun merdu dalam simfoni sunatullaah. Biarkan mengalir, berjalan adanya... hidup ini hanya kumpulan syukur dan sabar. Sedang ikhlas berada diantara keduanya. Subhanallah walhamdulillaah... *Seorang hamba yang terus belajar menjadi ikhlas

7 Apr 2012

Rinai Rindu


"Ketika jauh rindu rasanya menangis dipelukan ibunda. Tapi setelah dekat menyentuhnya saja kita tak bisa." [Lastri Smart]


Kalimat sederhana diatas begitu menyentuh sisi lain dari diri. Sebuah kata-kata dari seorang sahabat yang mampu membuat embun dimata ini tak mampu lagi tertahan oleh kelopak daun mata yang sendu. Sebuah kalimat sederhana dengan makna terdalam, sebuah ungkapan kerinduan seorang anak yang merindukan pelukan ibunya, yang ingin dan berharap bisa seperti kebanyakan oranglainnya, bisa begitu dekat dan akrab dengan sosok wanita yang pernah melahirkannya, menyapihnya dan merawatnya hingga dewasa. Sebagai seorang anak yang ingin menyentuh dan disentuh bunda, namun tak mampu. Dan tak tau lagi hendak berbuat apa. Seperti ada dinding pemisah yang membuat jarak dekat itu terhalang, sebuah tembok yang menjulang tinggi. Semakin mencoba untuk memanjat dinding pemisah itu, semakin tinggi pula dinding itu menjulang. Lalu terjatuhlah ia, lagi...

Dan hidup tak hanya sekedar kata-kata, sama seperti rindu. Ada baiknya kita harus mengalah dengan keadaan yang ada, meski tembok itu terus saja semakin meninggi. Dan kita bisa melihatnya hanya dari tempat yag lebih tinggi, namun jauh... mungkin seperti itu cukup. Seperti melihat terang dari sisi kita yang gelap. Cukup kita yang tau.

Dan kita hanya mampu menunggu waktu...

28 Okt 2011

Miss U so Bad Sist....

Tahukah kau sist.....???
I miss U so Bad, aku merindukan kehadiranmu disisiku. dihari2 yang biasa kita lewati bersama.
Kau yang menguatkan aku saat lemah iman menyertaiku.
Aku rindu omelanmu, celotehanmu, aku rindu sapa sanjungmu, aku rindu, rindu kau memelukku, menghapus air mataku, mengukir senyumku, rindu akan tingkahmu yang sengaja membuatku cemberut, ngambek, lalu kau mencubit pipiku.
Sist... I've missing to you, sangat kehilangan....
Aku cemburu ketika kau selalu menceritakan teman barumu, seakan kau melupakan dan mengabaikan aku. Ya, mungkin aku yang salah. mungkin aku yang kurang memperhatikanmu, lalu apa hak ku menuntut kau untuk peduli padaku?
Tidak, aku tidak sedang menghakimimu. aku hanya rindu...
Rindu kau mendengarkan ceritaku, rindu kau menyimak setiap bait gelisahku, rindu kau menatap mata senduku dengan syahdu.
Sist... malam ini aku menangis, banyak hal dihidupku yang telah kau lewatkan ceritanya. Banyak kisah yang kulalui tanpa kuuraikan rentetannya padamu.
Sist... Rindu ini menekan di dada. dan sesak kurasa.
Aku ingin berlari kearahmu, lalu menghamburkan tubuhku kepelukanmu.

Saat beberapa waktu yang lalu, dimana pesawat yang kau tumpangi mampir dikota kecilku ini, aku mencoba mengejarmu. Aku meminjam motor temanku, melajukannya dengan kecepatan yang tak biasa. Aku mengejarmu untuk bertemu, setidaknya beberapa masa aku bisa menggenggam tanganmu, bersalaman, dan saling mendoakan. Saat itu rintikan hujan menemaniku, tak aku pedulikan ia menari2 diatas tubuhku, tujuanku satu, yakni bertemumu.
namun, diseparuh jalanku.... Ternyata aku kehilanganmu. Pesawatmu sudah harus berangkat menuju kota kenangan kita. Hm... Mana waktu itu aku belum hapal jalan, sehingga aku tersesat jauh dari tempat tujuanku. Kau tidak lihat, dan kau tidak melihat bagaimana usahaku menemuimu....
Kutahan egoku ketika kau menceritakan tentang sahabat barumu, dia yang selalu menemani hari2mu.
Saat bersamaku ditelpon saat itu, kau tak henti-hentinya bercerita tentangnya. Aku harus apa?
Aku cemburu, bukan karna kau bersamanya. tapi karna kau mengabaikanku... aku disini. ini aku... aku yang merindukan kisah lalu bersamamu.
waktu itu... 9 Oktober 2007. Aku cuma ingat tanggal itu, disana ada kita.
Tapi sekarang, disini aku menangis. merindukanmu...merindukan baitmu,...


Small Island,
28 Oktober 2011

8 Okt 2011

Separuh Oktober

Hai, apa kabar? apa kau baik? kuharap begitu. Kemarin aku lewat didepan rumahmu. Tapi kau tak ada disana. Ada yang berubah disana. Kemana kaktus yang pernah kutitipkan padamu? apakah ia telah tumbuh bunga? atau malah ia telah layu?
Sudah beberapa waktu kita tak pernah bertemu. Di ruang itu. Ruangan yang pernah aku terangi dengan lampu pijar milikku. masihkah ruangan itu kau kunci? Seingatku dulu, aku pernah memintanya untuk kau kunci, dan jangan membiarkan siapapun mengusiknya. kecuali jika kau mengabaikan pesanku...
Lihatlah sekarang, ada apa dengan ruangan itu. berantakan sekali. Aku ingin bertemu kau, untuk meminta kuncinya. Beri aku waktu untuk membenahinya menjadi seperti semula. Setelah itu, aku akan kembali pergi menyusuri jejak senja. Mencari kedamaian, menebarkan langkah di Bumi Allaah. Aku ingin mencari-Nya.
Hei, kau...
aku ingin bertemu.

5 Agu 2011

Lisan........


Maaf. Mungkin benar aku tersinggung. Atas ungkapan yang seharusnya tak ku serap ke dalam hati. Tapi kata-kata yang di ucap itu justru menyakiti...
kau bilang "Seandainya waktu dapat diputar, aku berharap tak mengenal LiPi dan YiPi"
Ah...Naif sekali dirimu kawan.
Lalu ku tunjukkan sebuah "Mutiara Islam hari ini" yang bertengger di blogku. Saat itu isinya tentang,


"Sungguh aneh! Seorang manusia bisa mengendalikan dirinya dari berbagai perkara yang diharamkan, akan tetapi amat berat baginya mengendalikan ucapan lisannya. Anda melihat seorang yang dipandang alim agamanya, zuhud terhadap dunia dan ahli beribadah, namun ia berbicara dengan kata-kata yang tanpa disadarinya mendatangkan kemurkaan Allah Subhaanahu Wata'ala dan menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka sejauh jarak antara timur dan barat. (Ibnul Qayyim) "
kata2 itu pas menurutku buatmu kawan. Aku hanya mencoba sedikit mengingatkan. Bukankah kau adalah orang yang selalu banyak mengingatkan orang lain dengan tausyah2mu??
Baiklah, mungkin kau lupa. Aku bisa memaklumi, Ustad juga manusia bukan?!

Maaf jika ada kata2 kami yang salah.
Mungkin kini saatnya lagi untuk kita berbenah.

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...