Dari sebuah keniscayaan hari, proses itu menggelayuti.
ketika aku terbangun dari mimpi, kusadari suatu hal.."Inikah sebuah
janji?", mimpi itu benar-benar membuat berbagai pertimbangan mulai muncul
kepermukaan. Disini, sedang ada yang berperang. Jiwa-jiwa sang pemikir,
jiwa-jiwa sang pembelajar. “Inikah sebuah janji?”. Lagi! Kalimat tanya itu
menggelayuti. Sanubari mulai bersimpati memilih apa yang menjadi pilihan, jiwa
mempertimbangkan berbagai ragam kemungkinan ini dan itu. Lalu, siapa berikutnya
yang berhenti di perhentian terakhir?
Remuk tatapku menatap layar monitor. Mata ini terlalu lelah,
hampir sepuluh jam menatap layar biru ini diruang kerja. Dan selebihnya pun
masih harus menatap monitor biru ini saat seharusnya tubuh ini di
istirahatkan. Ada yang mengganggu
memang. Mimpi itu! Bukankah tak perlu dikhawatirkan perihal mimpi? Ada benarnya
pasti. Namun, ini bukan seperti biasa. Bukan nafsu yang mencakrawala, bukan
pula kecemasan langit seperti saat petir
menyambar dengan coretan putih kilat yang menggelegar. Ini mimpi-mimpi yang
ditanyai dipenghujung sujud dan air mata. Jubah putih itu, tatap mata itu tidak
berdosa..., senyum tulus itu... setulus janji yang ingin kutepati dipenghujung
sanubari. Benar aku mengenal sosok itu, sosok yang pernah tersenyum menghibur
kala luka terbuka menganga. Sosok yang memberi beribu dukungan semangat ketika
perih mampir menyandra diri.
Lalu aku bertanya lagi, “inikah sebuah janji?”
Medan, 29.5.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^