Tampilkan postingan dengan label Tarian Pena Langit Senja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tarian Pena Langit Senja. Tampilkan semua postingan

21 Mar 2013

Menyapa Hujan

Hai, apa kabarmu?
Bumiku gersang tanpa sapamu beberapa waktu belakangan ini. Kau dimana? Tak berhasratkah sejenak untuk mampir di teras rumahku yang sudah penuh dengan totol tanah kering? Hey . . . tahukah kau, aku rindu. Entah sejak kapan ia terus mengikutiku.

Kau tau, aku selalu senang saat kau datang di senja itu. Itu artinya aku tak perlu mengangkut air dari belakang ke depan dengan tergopoh-gopoh untuk menyirami tanaman-tanaman hijau di teras rumahku. Itu artinya, kau bersamaku saat itu. Kau yang selalu menanyakan padaku, "Apa sudah kau siram bunga-bunga itu?" --- Belum, jawabku. Aku malas sekali melakukannya. Dan kau tau persis bukan itu alasanku, tapi kaulah. Karna aku ingin kau yang menyirami ladang hijau kecil yang terhampar di teras rumahku. Aku ingin terus bersamamu, dalam rinai hujan yang membasahi bumiku yang kering.

Malam ini, sumuk sekali. Tanpamu cuaca malam seakan mengamuk. Sedikit tak bersahabat dengan suhu tubuh yang masih tak tentu. Aku ingin kau tau, bahwa aku selalu rindu. Aku rindu pada tanya lembutmu yang dulu, yang sekarang tak lagi terdengar disudut ujung ruang dengarku. "Apa sudah kau siram bunga-bunga itu? --- Nanti ayahmu marah jika kau tak melakukannya." --- Ocehanmu membuatku rindu. Rindu pada teduh mataku memandangmu, rindu pada sosok yang kulihat dari sandaranku dipangkuan ibu. Hujan itu kau. Rinai yang selalu menemani saat senduku. Bulir yang selalu mengaliri tiap aliran resah dan rinduku.

Kau ingat kata yang selalu kubisiki ditiap riuhmu? --- "Aku mencintaimu apa adanya kau, karna aku sang pecinta hujan". Seperti sekarang, meski kau tak terlihat, aku tetap pada hati yang pernah kutitipkan padamu. "Aku mencintaimu apa adanya kau". Dan setelah kata itu terucap, biasanya kau akan menyapaku ditiap harinya.. Dan terkadang lewat embun pagi, kau titip salammu untukku sang Pencinta Hujan. Hey,... maukah esok kau hadir disaat fajar? Lalu tinggalkanlah seberkas benih beningmu di telaga biru. Agar saat mentari menelisik tinggi, ia paham tuk menyerakkan tujuh warna lewat spektrum pelita yang merekah. Merah jingga ku, Hijau biru nila untukmu. Kau aku menyaksikan Pelangi.

#Kepada Hujan yang Kurindukan :)

10 Mar 2013

Menulis Semangat ^_^

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan sahabatku Lastri, yang sepertinya mulai terpengaruh sama ocehan-ocehan berhargaku tentang tulisan. Great!!! Tahun ini kutemukan lagi orang yang kelak kan menemaniku menulis, setelah sebelumnya berhasil menyalurkan virus-virus motivasi dari Penulis berbakat yang belum juga punya satu buku ini. Hehe. . . seneng deh dipuji dan disanjung-sanjung gitu. Serasa terbang mencapai bintang. Tapi Hushhh . . . bukan terlena loh ya. Pujian itu akan menjadi positif jika kita mampu menempatkannya dengan benar. Apalagi si Introvert, bagi mereka pujian itu akan membangun kinerja, memberi vitamin semangat yang dobel. Terlebih pujian (baca: semangat) itu datangnya dari orang terdekat yang benar-benar berarti dalam hidup. Orang yang selalu mengamati tulisan-tulisanku, meski tulisan yang tidak ada unsur ilmunya sekalipun. Hehe . . .

Mungkin sempat ada yang pernah tersirat dan komen seperti ini "Tulisan-tulisan Galau, Gak jelas, dsb" pada tulisan yang pernah saya tuliskan. Nah, jika dinilai dari sisi negatif, tentu saja komen itu yang akan muncul, tapi coba deh nilai dari sisi yang lebih positif. Tulisan-tulisan Galau dan Gak jelas itu justru sebenarnya adalah inspirasi. Bagi saya menulis apapun itu, meski mungkin orang lain tidak melihat manfaat apapun dari tulisan tersebut-- tulisan saya tetap bermanfaat bagi diri saya sendiri. Kenapa? Karna saya terus menulis, terus mengasah ketajaman kata per kata yang saya rangkaikan. Dan hal itu tentu saja efeknya buat saya pribadi. Nah . . . orang lain bisa menirukan hal itu. Ada yang bilang, "Banyak-banyaklah menulis agar menjadi penulis" --- tau itu kata-katanya siapa?-- Itu kata-kata saya sendiri. hehe . . . :D

Untuk Lastri sahabatku di Pulau seberang, rajin-rajinlah menulis. Nanti aku pun akan sering mampir pula ke rumah mayamu. Saling berbagi sedikit ilmu kita ya kan?! Buat amal jariyah :)

Oke. . . Keep Writing ^^9

25 Des 2012

Mengapa Menulis?


Mengapa menulis? ---Karna ingin menjadi penulis. BUKAN. Itu lain cerita.
Kau tau?! Menulis itu menyenangkan :) Bagiku menulis adalah kegiatan yang paling menyenangkan diantara kegiatanku yang lain. Bahkan bisa mengabaikan makan kalau sudah menjadi begitu autis menulis sesuatu, apapun itu. Seperti yang pernah kuungkapkan sebelumnya, menulis bagiku adalah seperti pelarian ketika kata tak mampu tersampaikan secara verbal. Melampiaskan kata lewat tulisan juga bisa membuat kemahiran menulis kian terasah. Secara natural, membiarkannya mengalir begitu saja. Benar-benar dibaca dan dipahami bahkan setelah tulisan itu sendiri selesai.

Mengapa menulis? --- Ali Radhiallahu'anhu pernah mengatakan "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya", Sebab kita manusia itu fitrahnya selalu khilaf/ lupa, tak terkecuali saya :)
Tulisan-tulisan saya di blog ini pun masih selalu saya buka (red: baca), jangankan diwaktu luang, diwaktu sempitpun saya upayakan untuk membacanya ulang.
Karna benarlah apa yang dikatakan oleh Imam 'Ali yang diatas, dengan menuliskannya lalu kita membaca kembali apa yang pernah kita tuliskan, itu menjadi pengingat bagi diri sendiri.

Ketika saya kehilangan motivasi, saya kembali membuka tulisan-tulisan saya yang dulu. Ada di Tag "Motivasi, Motivasyifa, Inspirasi, Hope, SOH, Semangat, dsb". ^^
Tentu saja yang memberikan motivasi terbesar bagi kita adalah diri kita sendiri. Itu juga yang selalu saya sampaikan kepada sahabat-sahabat saya. Karna peran orang lain hanyalah sebagai pendorong.
Saya pernah mengatakan kepada sahabat saya, "Sebanyak apapun saya memberikan motivasi pada kamu, tapi kalau dari diri kamunya gak berubah (red: tidak memotivasi diri sendiri) maka motivasi yang saya berikan, bahkan sampai mulut saya berbusa sekalipun, tidak akan ada apa-apanya, tidak akan merubah apapun untuk kamu dan hidupmu.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” [QS Ar Ra'd:11]

Mengapa Menulis? --- Menulis itu bagian dari jiwa saya. Saya bukan termasuk orang yang "Vocal" dalam bicara, saya bukan ahli debat (karna saya menghindari perdebatan), saya juga bukan pembicara yang baik. Karena itulah segala apa yang ada dalam gagasan dan pemikiran saya, saya tuangkan kedalam bentuk tulisan. Saya sendiri mulai menulis itu sejak dibangku SMP. Awalnya hanya tulisan-tulisan biasa, curhat tentang perasaan saya, meskipun tidak selalu. Ketika SMP pulalah untuk pertama kali saya membuat puisi. Tapi, awal mula saya menulis itu justru sebenarnya saat dibangku SD. Saat SD, saya terbiasa surat menyurat. Entah itu dengan teman-teman, guru (tentu saja saat momen tertentu), juga untuk Bapak saya yang saat itu merantau ke Negeri Jiran untuk mencari sesuap nasi. Untuk membiayai kehidupan kami keluarganya :')

Dahulu, saya terinspirasi dari kakak saya yang pertama. Tulisan-tulisannya bagus-bagus. Apalagi kalau dia buat puisi. Lantas saya pun menjadi sebegitu tertariknya untuk ikutan menulis juga. Sebagai penulis pemula, tentu saja tulisan saya masih acak adut. Bahasa tulisan saya masih "anak bawang", gak ada sastranya sama sekali. Tapi, hal itu tidak menyurutkan saya untuk menulis. Saya terus saja menulis dan menulis. Saya juga mulai rajin membaca puisi-puisi dari berbagai media. Saat saya SMA, saya rajin membaca puisi yang ada di majalah Islam Sabili. Sudah jadi bacaan rutin saya kalau puisi di majalah itu, tapi tidak untuk yang bagian Politiknya yaa ^^ (Karna politik, bukan dunia saya).
Saya juga menargetkan berapa puisi yang saya tuliskan perbulannya. Intinya terus mengasah tulisan, masalah bagus enggaknya tulisan saya, itu urusan belakangan. Bukankah jika terus diasah, maka pisau yang tumpul sekalipun bisa menjadi tajam?! :) *Retorik kurasa. Bahkan parang/ pedang yang berkarat sekalipun mampu membelah kayu jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Ingat . . ."MAN JADDA WA JADA"!! ^^9

Jika dahulu saya begitu kesulitan untuk menulis, lihatlah sekarang, jemari saya begitu lihai melompat-lompat dari kata yang satu ke kata yang lainnya hingga membentuk sebuah cerita. Namun, tentu saja semua itu dilalui lewat berbagai tahap. Karna "Pohon tumbuh tidak tergesa-gesa", semuanya berproses. Dan sampai sekarangpun saya masih menjalani proses itu. Terus mengasah dan mengasah.

Mengapa menulis? --- Saya bukan si Kutu Buku yang begitu autisnya melahap bacaan-bacaan apapun. Saya ini si "Pemilih", saya memilih buku apa saja yang ingin saya baca. Karna saya tau dengan baik siapa diri saya, maka saya pun memilih apa apa yang saya baca. Demi kebaikan pemikiran saya tentunya. Hehehe . . .
Sebab saya lebih cenderung banyak mendengar, banyak mendengarkan cerita orang-orang disekitar saya. Mereka lah yang memberikan inspirasi yang begitu besarnya terhadap saya. Saya lebih cenderung untuk menuliskan apa yang saya lihat, dengar dan juga rasakan. Karna dengan begitu, saya mampu menulis dengan natural, mengalir begitu saja dengan tanpa paksaan atau tekanan. Karna menulis itu menyenangkan, menyenangkan bisa berbagi lewat tulisan, menyenangkan karna sadar bahwa tulisan ini hadir karna diri sendiri bukan karna "faktor lain", sebab diri kitalah yang memgang kendali atas apa-apa yang kita ingini.

Mengapa menulis? --- Hem . . . Agar blog ini terisi semakin penuh sesak, lalu pengunjung blog ini terus membaca tulisan-tulisan aneh saya, lalu mengambil manfaat yang ada didalamnya :)

Mengapa menulis? --- Udah ah nanyanya, yang penting ambil yang baik dan buang yang gak baik ^_^
dan teruslah menulis, Karna menulis itu menyenangkan

21 Des 2012

Perjalanan Ini


Masihkah jauh perjalanan?
Sedang peluh tak lelah mengaliri cawan
Sedang sendu berkali hadir bak hujan
Sedang lelah terus menyapa tiada jeda.
Dan saat ku ingin berhenti
Kereta telah jauh berjalan
Kukutip doadoa yang terabaikan
Menjadikannya ada diantara tiada.
Kubungkus sukmaku lalu kubawa pulang
Meremuknya diantara kepalan tangan yang mengeram
Cukup panjang perjalanan,
Kususuri peron-peron tanpa tanda
Dimana aku berhenti?
Mungkin belum saatnya,
Hingga lelah ini sendiri benar-benar telah lelah.

Dibawah Langit Senja,
8.11.12

17 Des 2012

~Luka

Terkadang, tak hanya cukup satu luka untuk membuat kita benar-benar mengerti dan menyadari bahwa bukan itu seharusnya jalan yang kita pilih. Ada banyak keberagaman dalam hidup, dan kita masih bisa memilih selama yang dihadirkan adalah pilihan. Tetap bertahan ataukah membuat rencana-rencana baru yang lebih matang dengan sedikit resiko didalamnya.

Jika kita cerdas, maka cukup sekali ujian itu mampu kita lewati. Dan kalaupun hasilnya remedial, maka haruslah pula kita mengulang ujian kembali. Dan harusnya pula kita belajar dari kesalahan yang lalu, belajar dari ujian yang sebelumnya. Memahami dimana letak kekurangan serta kesalahan yang kita lakukan. Keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama bukan?!

Adalah belajar dari kesalahan, adalah belajar dari pengalaman kisah silam, adalah belajar menemukan kebenaran, bukan pembenaran. Hidup adalah belajar dan terus belajar. Meski luka, tapi kita tau, bahwa luka adalah bagian dari pelajaran kehidupan yang kita lalui.

*Semoga selalu menjadi pribadi yang baru, dengan semangat menantang menyeru ^^9

27 Sep 2012

~Isyarat

Tanpa ragu tentukan nada lagu
Melantun perlahan senandungkan kata qalbu
Tentang jiwa yang merindu
Pada perjumpaan simpuhku pada yang dituju
;disepertiga malam itu
Meski biru langit kini kelabu
Tanpa rembulan yang meramu
Senyumku jadi bahagiamu
Tangisku jadi selimutmu
Hebat beradu padu
Demi jiwa yang menyatu pada malam yang meluruh

Rabb. . . , peluklah jiwajiwa kami yang rapuh
Agar tiada pernah setitikpun menjauh dari cahaya-Mu
Agar tiada dusta kami mencintai-Mu
Agar tiada jenuh kami merintih belai lembut-Mu
Agar kami belajar makna hakiki
Agar kami sadari arti kata memiliki
Engkau satu kami yakini.
Allaahu Rabbi...

~Bumi Madani~
27.9.12
 

20 Sep 2012

Mari bicara tentang Alam (Bag. 1)

Rabb Yang Maha menciptakan telah menyajikan kita dengan pandangan yang sungguh "Subhanallaah" indahnya, Betapa kita akan sangat kagum ketika melihatnya. Tiada yang mampu sesiapapun yang menandingi ciptaan-Nya tersebut. Bahkan diantara kita manusia, sangkin kagumnya dengan karya-karya Allaah tersebut, lantas kita pun menggunakannya menjadi jati diri kita. Dan tak terkecuali saya :) Hehe . . .

Senja,
Entah sejak kapan kata "Senja" itu melekat pada diri saya. Bermula dari blog ini sepertinya atau karena saya dilahirkan pada saat senja, 24 tahun yang lalu. hehe.
Hem . . . jika dirunut kebelakang, saya memang pengagum senja. Sejak kecil saya menjadi pemerhati senja. Dan hal itu baru saya sadari semenjak saya kuliah malah. Semenjak menyadari hal ini, saya pun selalu mengabadikan tiap-tiap senja yang saya saksikan dengan kamera Hp yang selalu saya bawa kemana-mana. (Smoga suatu saat bisa punya kamera DSLR^^)
Banyak filosopi yang terangkum oleh kata "Senja". Bagi saya dan semua orang penikmat senja lainnya, Senja itu "Istimewa". Ya, tentu saja dia istimewa. Keistimewaannya membawakan kedamaian bagi yang menatap keteduhan jingganya. Bagaimana menurutmu? :)

Bintang
Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya paling antusias kalau sudah membicarakan tentang bintang. "Gubuk Peceng dan Layang-layang", itu rasi bintang yang paling saya hapal. Dan sewaktu itu pun, guru saya tidak terlalu sulit untuk menjelaskan bentuknya. Sama seperti senja, saya terbiasa menatap bintang sejak saya masih kecil. Sinarnya berkilauan, bertabur dilangit hitam, anak kecil mana yang tidak terpesona melihatnya? Bagi saya menatap bintang itu menenangkan. Dahulu, ketika dimarahi ayah kalau saya berbuat salah, saya langsung lari kebelakang, hanya untuk melihat bintang. Memperbaiki mood yang saat itu sedang tak enak. Dan kilauannya memang cukup menenangkan. Perhatian saya tersedot menatap sinarnya.

Rembulan
Untuk rembulan, saya sangat suka pada Bulan Purnama atau Bulan Sabit. Pantulan cahaya matahari membuntuk siluet indah pada lingkaran rembulan. Namun menatap rembulan tak semudah menatap bebintang. Sebab rembulan selalunya bersembunyi dibalik awan, atau bahkan ketika cuaca hujan bahkan tak bisa sama sekali menatapnya dengan penuh kehangatan. Bagiku, teduhnya rembulan menyampaikan pesan kesederhanaan.

Embun
Sebening embun dipagi hari tentu saja membuat daun-daun setiap tanaman menjadi begitu hijau dan adem untuk dipandang. Bagaimana tidak? tetesan-tetesan embun justru membuat setiap tanaman menjadi begitu lebih indah. Embun ibarat perhiasan yang berkilauan diantara genggaman daun. Teringat ketika dahulu masih duduk dibangku sekolah dasar, saat guru saya memperkenalkan ciptaan Allaah tentang embun. Pagi-pagi sekali saya sudah disibukkan untuk keluar rumah hanya untuk melihat tetesan-tetesan embun diatas daun. Menyejukkan bukan? Tapi sayangnya saya belum pernah berhasil mengambil "Foto" Embun dengan kamera Hp saya. Butuh kamera DSLR nih untuk mendapatkannya :D (*maunyaa...)
Yak . . . Sama seperti senja, kecintaan saya pada embun akhir-akhir ini saya jadikan sebuah nama di blog saya ini "Qotrunnada" yang artinya tetesan embun. Filosopinya, ibarat tetesan embun dipagi hari, Menyejukkan sekaligus lambang keoptimisan juga keikhlasan. Seperti hari-hari yang dijalani, akan lenyap bagai embun yang menguap dalam genggaman daun. Tapi kehadirannya esok hari slalu saja dinanti :)

Pelangi
Mejikuhibiniu. Itulah bias warna dari spektrum cahaya. Kenal pelangi yah sejak kecil. Anak kecil mana coba yang gak tau lagu "Pelangi"? Inget banget ketika dahulu lagi dirumah nenek bareng kakak, kita ngeliat pelangi. Selagi ngeliat Pelangi, kita nyanyiin bareng-bareng itu lagu. Sampai akhirnya pelangi itu hilang sendiri. Pelangi melengkung paling indah yang pernah lu liat itu ketika masih SD, sekitar tahun 1999. Sewaktu itu ngeliatnya bareng-bareng teman-teman di madrasah sekitar pukul jam 3 sore. Kita melihatnya dari depan kelas kita yang di lantai 2. Nah, sekarang jadi sering berburu pelangi. Hanya untuk mendapatkan foto terbaik :) (*Secara saya hobby sama dunia fotography, meski masih amatiran ^^). Untuk saat ini bagi saya negeri Pelangi itu adanya di Batam. Karena sudah berulang kali saya menyaksikan pelangi disana. Nah, pelangi tercantik yang pernah saya lihat itu sewaktu saya berada di Bayah, Banten. Waktu itu masih pagi banget, dan kita lagi jalan-jalan ke Pantai.


Sekian dulu uraian sederhana ini. Sebenarnya masih ada beberapa yang lainnya lagi. Tapi akan saya paparkan lain waktu.
Bicara tentang alam memang tiada akan pernah habisnya bukan?! Sebab karya Allaah ini adalah Inspirasi yang tak berbatas :)
"Maka nikmat Rabb kamu yg manakah yang kamu dustakan"? - Q.S Ar Rahmaan

16 Sep 2012

Galau Nikah

Pagi yang cerah diselimuti dengan awan mendung terarah. Dan entah kenapa tiba-tiba pagi ini ingin membahas tentang "Galau Nikah", Galau karena gak nikah-nikah. Yang pasti bukan saya yang galau lhoo ya :D.

Beberapa waktu belakangan ini saya serasa dikelilingi oleh orang-orang galau karena belum nikah-nikah juga. Ada yang karena belum nemu sama sang pujaan hati, ada yang masih ngegantung, ada juga yang nungguin kekasihnya yang udah sejak lama dijanjikan tapi gak terealisasi juga. Ckckckc . . . . ada-ada aja deh kelakuan orang jaman sekarang.

Pernah ada yang nanya sama saya, "Kamu kok biasa aja lu?". Simple saja, "Yakin" cuma itu jawabannya. Kita kudu yakin akan ketentuan Allaah buat kita. Yakin bahwa Allaah udah mengatur semuanya. Yakin bahwa Allaah akan memberikan yang terbaik buat kita. Urusan keyakinan ini sendiri ujung-ujungnya nyambung ke "Tauhid". Nah . . . Kalau "Yakin" kita aja masih belum terkoneksi juga ke Allaah, berarti ada yang salah dengan "Tauhid" kita, yaitu Tauhid ilallaah, keyakinan kita akan qada dan qadarnya Allaah.

Semua dalam kehidupan kita sudah tercatat di Lawul mahfudz. Dan janji Allaah pasti benar. Maka, berharaplah dengan keimanan. Agar tiada kekecewaan melanda ihsan. "Harapan tanpa iman hanyalah kekecewaan", katanya Bang Salim A. Fillah penulis best Seller "Agar Bidadari cemburu Padamu". Bagaimana maksudnya Harapan Tanpa Iman tersebut? Mudah saja, Jika kau berharap pada sesuatu, dan ketika sesuatu itu tak sesuai bayanganmu, lalu kau kecewa, itu artinya kau beraharap bukan kepada-Nya, tapi kepadanya. Karena, ketika kita benar-benar hanya berharap pada Allaah maka ketika semua yang berjalan tak sesuai dengan kehendak kita maka kita bisa menerimanya dengan berlapang dada. Bersabar atas ketentuan-Nya, karena kita menyadari bahwa Allaah sedang mempersiapkan hal lain yang lebih baik untuk kita. Karena Allaah tak pernah butuh persetujuan kita atas ketetapan yang akan diberikan-Nya kepada kita.

Berharap sama manusia? Silahkan! Dan selamat mendapatkan kata "Kecewa". Kenapa? Bcoz No Body's Perfect, Gak ada manusia yang sempurna didunia ini. Kita begitu besarnya menggantungkan harapan kita kepada manusia, sedang ia belum tentu bisa memberikan apa yang kita mau dan inginkan. Dan Allaah lah yang MahaMenentukan. Sehebat apapun kita membuat suatu rencana, namun jika Allaah tidak berkehendak, pasti rencana itu tidak akan terjadi. Begitupun sebaliknya, Sejauh apapun kita menghindari sesuatu (Yang tak kita rencanakan) namun Allaah menghendaki itu terjadi, maka ia akan terjadi. Allaah berkata "Kun Fayakun", dan terjadilah ia.

Kalau ditanya, apakah saya pernah khawatir? Tentu. karna saya manusia biasa. Namun kekhwatiran saya dulu adalah ketika saya tidak terpikir untuk menikah. Disaat orang lain justru sedang digalaukan dengan "Belum nikah-nikah juga", saya justru berada dalam kondisi yang tak terpikir untuk menikah. Hehe. . . awalnya saya cuek. Tapi lambat laun saya jadi resah juga, khawatirnya hal tersebut malah akan berlanjut terus menerus. Sedang menikah itu adalah salah satu sunnah Rasul yang harus kita jalani. Kalau sampai usia lanjut saya gak terpikir untuk menikah, kan bahaya. Bisa habis generasi kita umat islam. (Hihi . . . agak lebay gitu)

Diluar sana, banyak para akhwat-akhwat yang belum nikah, sementara usia mereka sudah sangat lanjut. Sudah sangat terdesak untuk menikah. Sudah wajiblah. Nah disisi lain ada sebagian orang yang justru membuat "Jugdement" yang tidak enak didengar ke akhwat2 yang belum nikah-nikah tersebut. Kalau menurut saya sih, mereka mereka yang mengaum ini adalah "Ikhwan dibarisan sakit hati karena pernah ditolak" hehehe . . . (Pisss wan :D). Kata-kata yang sering terdengar biasanya seperti ini, "Akhwatnya kebanyakan milih sih, atau Akhwatnya sok idealis, atau Akhwatnya banyak maunya, Sok perfect, dan lain-lainnya. Sahabat, ketahuilah bahwa setiap orang itu pasti punya alasan ketika dia melakukan sesuatu. Dan inilah yang banyak tidak disadari oleh kita. Allaah sudah merencanakan setiap kejadian yang ada. Jika ada sampai sekarang seorang akhwat yang belum nikah-nikah juga, maka kita jangan terlalu cepat untuk men-judge mereka. Karna ada hal-hal yang tidak pernah kita tau sebagai orang luar. Dan. . . cerita "Cinta Suci Zahrana" (Smoga gak salah judul, hehe) Punyanya Kang Abik, adalah salah satu hal yang bisa kita ambil pelajaran darinya. Cerita yang dipaparkan merupakan salah satu dari sekian banyak alasan kenapa sampai saat ini banyak akhwat yang belum nikah-nikah juga. This is Real, realita yang ada pada jaman sekarang emang seperti itu.
(*Ini bahasan kok jadi serius gini ya, ckckck

Simpulannya, Just Positive Feeling n Positive Thingking aja sob. "Allaah sesuai persangkaan hamba-Nya". Berprasangka dan berpikirlah yang baik, agar mendapat yang baik pula. Hidup kita bukan untuk bergalau-galau ria. Kita dilahirkan dalam keadaan islam, maka bersyukurlah. Kalau ngakunya islam, katakan tidak pada Galau. Karena kita adalah ummatnya Muhammad, kita ummat terbaik daripada ummat sebelumnya. Kalau urusan hati aja gak kelar-kelar kita menanganinya, dan masih saja kita bergalau-galau ria karenanya, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ummat???
(*dan saya mulai sok idealis :p)

Takkan lari gunung dikejar, sob. Begitu pepatahnya. Kalu jodoh gak akan kemana, kamu akan menikah diwaktu yang sudah ditentukan Allaah, dengan orang yang telah dipilihkan Allaah untukmu. Dan satu hal lagi yang harus kita sadari, Bahwa Tulang Rusuk tidak akan tertukar. Semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Sesuai dengan kehendak-Nya.

Baiklah, sekian dulu sharing saya pagi ini ^^, tulisan kali ini saya tutup dengan kata-kata hikmah. Semoga memberi pencerahan kepada kita semua.

"Ketika kehendakmu tak sejalan dengan kehendak-Nya, biarkan kehendak-Nya yang berjalan atas hidupmu, karena kehendak-Nya adalah kebaikan untukmu. Ketika inginmu tak sesuai dengan ingin-Nya, biarkan ingin-Nya menjadi skenario terbaik bagi hidupmu. karna Allaah Mahatahu segala hal tentang dirimu. Biarkan tangisan mengobati kekecewaanmu, Bukan kecewa pada Rabb-mu. Tapi kekecewaan pada dirimu sendiri karna tak mampu berdiri diatas ingin-Nya. hidup harus tetap dijalani, sesakit apapun itu. Siap ataupun tidak. Karena Rabb-mu tidak pernah butuh persetujuanmu atas kehendak-Nya. Karena Allaah tau apa yang tidak kita ketahui."
Keep Fighting ^^9

(Repost) P.U.I.S.I

Ada jiwa yang selalunya mengitari
Masuk dari celah jendela
Yang dibiarkan terbuka pasrah
Lembut memasukinya.
Membawa kesejukan angin dari luar sana
Ada tatap yang harinya diselimuti
Jauh bayangan dari pijakan hati
Lalu menoleh kearah yang tak dimengerti
Melangkah pergi dari lorong sunyi
Hilang dibawah mentari
Yang tak mampu mengusik balutan lirih
harian waktu pasti musnah tanpa pusaka di qalbu
Atau biarkannya tetap menari diatas ragu
Sampai tiba waktu yang separuh.

Medan, 8-12-2007

*Nemu puisi ini di buku memo kecil punya saya dulu. Ada beberapa puisi lainnya lagi sebenarnya. Dan sepertinya puisi yang ini juga udah pernah di publish di postingan2 dahulu. Hehe . . . mumpung sedang tidak bisa berpuisi, jadinya puisi2 lama di posting kembali. Kali aja bisa menginspirasi lagi. Karna gak inget puisi ini judulnya apa, jadilah saya hanya membuat judul seperti diatas. Soalnya seringnya buat puisi itu tanpa judul. Kebiasaan deh -___-'

11 Sep 2012

September Imaji

Semua seolah berjalan begitu lamanya
Tanpa ada aba-aba
Pun suara seolah menggurita
Senyap dalam kesunyian
Sapa dalam kesendirian
Tawa dalam kekosongan
Kita bercerita diantara jurang tanpa dasar.
Lewat isyarat yang mungkin telah penat.

~Sebelas. Sembilan. DuaBelas


*Akhirnya kembali berpuisi, meski sajak ini patah dalam imajinasi

4 Sep 2012

~Ge

Aku mengenalmu lewat tulisan, lewat irama kata dalam nada-nda tanpa suara. Mengenalmu adalah suatu keberuntungan. Mengenalmu adalah suatu keniscayaan takdir Allaah yang tak bisa kuelakkan. Mengenalmu, mengantarkanku untuk mengenal yang lainnya, hingga kami bersahabat begitu dekat.

Jika menurutmu perpisahan yang terjadi adalah keinginanku, maka kau salah berpikir begitu. Inilah takdir dari Dia Yang Mahamenentukan. Takkan aku sesalkan tiap kejadian karena setiap peristiwa dalam kehidupan mengajarkanku akan arti perjalanan kehidupan itu sendiri. Kau tentu tau, bahwa harapan tanpa iman hanyalah kekecewaan.

Dan keikhlasan kan mengajarkan kita arti maaf yang sesungguhnya. Bukan hanya dalam kata, tapi meyakini dalam hati. Tak perlu kata mengucapkan "Aku memaafkanmu", tapi iringilah, ajarkanlah hatimu untuk mengungkapkan itu. Keikhlasan itu memang tidak mudah, pun ia juga bukan hal yang sulit.

Dan tiap-tiap orang pasti punya alasan ketika melakukan sesuatu, meski tanpa penjelasan yang membuatmu mengerti akan "hal" itu.

Ge ~GudLuck
Ge ~GudBye

*Sapaku beberapa hari lalu hanya ingin mengabarkan bahwa aku baru saja kehilangan salah satu orang yang paling aku sayangi dalam hidupku. Yaitu abangku, namun maaf jika sapa itu justru membuatmu risih. Tiada sedikitpun maksud utk hal yang lain. Ketenaranmu sekarang pun aku baru tahu akhir-akhir ini. Selamat untukmu, atas impian yang telah kau capai. Dan kabar duka itu pun kurasa tak perlu kusampaikan padamu.

26 Jun 2012

Tulisan dan Tinta tanda tanya?


Punya hobby nulis?? Nulis lhoo ya... nulis diatas kertas. Heheh... kalau aku, Ya! Namun sekarang sudah tak memungkinkan lagi untuk menulis diatas kertas. Dahulu punya kebiasaan nulis dibuku catatan Langit Senja Asy Syifa, namun sekarang sudah tak pernah lagi. Sudah sejak lama meninggalkan kebiasaan menulis dibuku itu. Sekarang lebih ke pengaplikasian komputerisasi, nulis di word, copas, posting. Hehe.... padahal nulis di buku itu penting. Tau sendiri bahwa kalau nulis di word atau bahkan langsung nulis di blog itu ada lebih dan kurangnya. Kurangnya yaitu kita jadi tidak memiliki perngarsipan pribadi, kalau blog kita terdeteksi spam oleh admin blog kita malah bisa dihapus (ini bagian seremnya looh yaa ^^), trus kalau ada orang iseng ngambil karya kita lalu ternyata karya kita itu bernilai, dan ia mendapatkan fee untuk itu dan kita tidak bisa melakukan apa-apa karna tidak memiliki bukti yang kuat selain di blog kita itu, yaahh... akhirnya (heheh kok agak lebay yah :p)

Actually, bukan mau bahas bahasan yg diatas. Kok jadi agak menyimpang ya dari yg ingin disampaikan? Okey lah, mulai...
Tadi, hampir saja hendak menulis. Karna kebiasaanku menulis diatas kertas mulai muncul kembali. Lalu apa masalahnya? Masalahnya adalah, aku teringat bahwa pulpen yang ada didepanku adalah milik kantor. Sedang aku ingin menggunakannya bukan untuk urusan kantor. Melainkan untuk kesenangan pribadi. Yaitu M-E-N-U-L-I-S. Untung saja tadi segera teringat, heheh... karna kalau tidak.. waaah gimana urusannya nanti yaa.

Semenjak awal bekerja, aku selalu berusaha untuk tidak menggunakan milik kantor untuk hal pribadi. Hal ini terinspirasi dari kisah Umar bin Abdul Aziz yang memadamkan cahaya ketika ada sanak keluarganya datang kekediamannya untuk membicarakan urusan pribadi. Dengan serta merta sang khilafah memadamkan cahaya yang menerangi ruangannya pada saat itu. Ketika sanak saudara beliau sudah kembali pulang, lalu salah satu jajaran kabinet beliau pun bertanya kepadanya perihal cahaya yang dipadamkan sang khilafah tersebut. Dengan bijak sang khilafah pun menyatakan bahwa sesungguhnya sanak saudaraku datang kepadaku hendak membicarakan masalah pribadi kepadaku, sedang cahaya yang ada diruanganku adalah milik negara, dan aku hanya akan hendak mempergunakan cahaya itu dalam urusan negara pula.
Subhanallaah......  Teladan yang sangat luar biasa bukan :)

Masih terang dalam ingatan siluet kisah sang khilafah Umar bin Abdul ‘Aziz dalam hal penggunaan harta pribadi maupun yang bukan. Jika dibandingkan dengan sekarang... hm, tentu saja berbanding terbalik. Kenyataan yang ada sekarang fasilitas negara digunakan untuk pribadi, untuk kesenangan diri sendiri, dsb. Kelak diakhirat nanti..... (sereeemm ngebayanginya T_T)

Sebelum nunjuk hidung orang lain, mending nunjuk hidung sendiri dulu deh. Untuk perbaikan –Intropeksi diri. Semoga selalu menjadi baik.^^

*Bingung ngasih judul, jadi judulnya agak2 maksa dikit ya =D


Medan. 26.6.12

9 Jun 2012

Jika Aku Menjadi....

Judul diatas bukanlah bagian dari salah satu acara reality show yang diputar disalah satu stasiun televisi swasta di negeri ini, melainkan sebuah pertanyaan atau pun pernyataan tentang apa cita-cita atau harapan aku yang pernah aku tuliskan dibuku catatan Langit Senja Asy Syifa milikku. ^^ (*Buku diary aja pake dinamain sepanjang inii oleh saya :p).

Saat kemarin sedang buka-buka lagi catatan lama, catatan jaman kuliah dulu,  terlihatlah olehku sebuah tulisan yang mengingatkanku akan sebuah cita-cita lama yang ingin ku tuntaskan. Apakah itu??? Yaq.. tulisan itu adalah.....>>>>> Cekidot<<<<<



Nah... Sudah lihat gambarnya kan ^^, sengaja aku foto sebagai dokumentasi pribadiku. sekalian megingatkan bahwa dahulu aku pernah punya cita-cita untuk menjadi seorang penulis. Lalu, sudah terwujudkah? Hm... samapai saat ini tentu saja sudah terwujud, tapi untuk bagian yang penulis aja. heheh... penulis blog^^, kalau untuk sampai punya buku sendiri mah belum, masih harus banyak belajar lagi. Boleh dikatakan kalau saya ini penulis lepas, yang bebas, hehhe.... Menulis apa aja yang mau saya tulis. Yang gak dikejar deadline, yang penting mah nulis.

Masalah dipublikasi ke media cetak dan sebagainya mah, saya masih belum PeDe. Banteran paling jago dalam dunia tulis menulis milik saya sendiri cuma sampai kepada beberapa puisi saya yang dimuat disalah satu Majalah Islam Nasional. hehe... ~Alhamdulillah, itu peluang pertama sebenarnya untuk bisa terus bergerak lebih maju. Asal ada kemauan saja. Pasti ada jalan :) #MAN JADDA WA JADA#
Tapi belum saya lakukan ^^

Untuk sementara mah, rajin tulis menulis aja dulu, itung-itung mangasah ketajaman pena saya. Agar kata-kata yang ditumpahkan sang tinta lebih bermakna dan lebih asik untuk dibaca. Sekalian mau cari pengalaman sebanyak-banyaknya, belajar darinya dan memetik hikmah yang terkandung didalamnya. karena dengan begitu, tulisan akan menjadi lebih menyentuh dan lebih terasa taste-nya. Berbagi pengalaman dalam kebaikan, menebar manfaat lewat tulisan. Kan bisa jadi Amal jariyah juga ^^
Semoga... :)

Kota Madani,
9.6.12

22 Mei 2012

Kabut Senja ~Belajar Tentang Kehidupan

Belajar tentang kehidupan. Kumulai dari fase kabut senja. Pertanyaannya, kenapa dari fase tersebut? Sederhana saja, mungkin karna ia proses akhir dari pencarian penghidupan. Lalu, kenapa harus kabut? Mudah saja, itu karena beberapa hari ini aku tak melihat jingga menggantung pada langit biru ketika sore hari beranjak petang mengganti malam. Hanya kelabu, kelabu yang berkabut. Tapi dari sana pun aku memperoleh banyak pelajaran dari kehidupan yang berjalan. Meski singkat, namun aku cukup mampu mengambil ibroh dari setiap waktu yang berjalan.

Tentang apa saja?
Hm... tentu saja banyak, hingga aku sulit menguraikan yang bagian mana terlebih dahulu aku paparkan. Baiklah, kita mulai dari kuliah. Tiba-tiba aku teringat seseorang yang bertanya padaku beberapa waktu lalu, “Masih ingin kuliah, lu?”, tanyanya padaku. Masih, jawabku. Tapi... kata “tapi” tentu saja akan menghapus pernyataanku yg sebelumnya. Hhehe.. mau tau “tapi kenapa?” singkat. Masalah biaya. Damn! Teringat, pernah menuliskan dibuku catatan “Langit Senja”ku, usia 24 targetku mendapat gelar S1. Tahun ini, usiaku akan genap mendarat di angka dua empat. Ya, dua-empat. Lalu, bagaimana? S1nya dapatkah? Yah, seperti yang terlihat. Sampai hari ini aku belum melanjutkan kuliahku. Beasiswa? Adakah? Tentu saja sampai saat ini tidak ada, atau mungkin belum ada untuk program D3 ke S1. Eh, jadi teringat, pernah ada yang mengatakan, mereka orang dari dunia maya, “Salah sendiri milih D3”. Cuma bisa tersenyum. Tentu saja, karna yang mengatakan hal tersebut tidak mengetahui proses yang aku lewati, mereka tidak atau mungkin belum memahami bahwa kita memang tak bisa memilih ketika sesuatu itu sudah jelas garis takdirnya.

Kembali melanjutkan potongan tapi..., yup! Kuliah- masih ingin lu? Jawabnya, singkat! Sudah kukubur keinginan itu. Kenapa? Menyerah? Mungkin itu sebagian pertanyaan orang-orang. Jawabku, aku justru sedang berjuang untuknya. Kuliah. Ya! K-U-L-I-A-H. Meski bukan untukku. Lalu? Untuk adikku. Menguliahkan adikku masuk kedalam salah satu list targetku. Sudah 5 tahun ia menjadi pengangguran mahasiswa. Alias belum kuliah. Keinginanku kukubur untuk membangun keinginan lain, aku ingin adikku juga merasakannya. Kenapa bukan orangtuaku saja yang menguliahkannya? Mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu. Hey.. jika kau kuliah atas biaya orang tuamu sepenuhnya, maka bersyukurlah karna kau punya orangtua yang kaya karna mampu menyekolahkanmu, so..jangan pernah sia-siakan itu!

Tiba-tiba aku kembali kefase beberapa tahun silam, saat teman es em pe ku mampir kerumah. “Rumahnya gini-gini aja lu?!”, retorik menurutku. Lalu ia melanjutkan lagi celotehnya sambil bercerita tentang keadaan rumahnya yang sudah berubah menjadi lebih bagus. Mungkin dia tidak paham, bahwa aku menjadi sangat sensitif ketika penilaian orang-orang hanya dari segi materi. Materi lagi materi lagi. Aku bosan ketika segala hanya diukur dengan uang. Huh.. padahal aku orang keuangan! Hahaha..

Saat hijrah ke Pulau seribu pelangi dulu, niatku ingin mengumpulkan biaya untuk melanjutkan kuliahku. Namun, jalannya memang tidak seperti apa yang aku bayangkan. Seiring berjalannya waktu, ada saja hal-hal yang membuat sesuatu tidak menjadi sesuatu, namun ia justru menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang memang sudah digariskan seperti itu kejadiannya. Sesuatu yang akan kita mengerti setelah kita mampu melewati fasenya dengan baik.

Sekarang pun begitu, aku sudah kembali kerutinitasku yang dulu. Bekerja. Ya! Be-Ker-Ja. Hal yang dulu tak pernah terpikir olehku. Karna memang aku sendiri tak ingin menjadi pekerja aktif hingga sampai usia tuaku. Namun, selama aku menjadi seorang yang mandiri, tentu saja aku masih butuh untuk bekerja. Hasil dari pekerjaankupun kelak akan kusisihkan sebagian untuk membiayai kuliah adikku. Semoga ada jalan. Aamiin ya Rabb..
Lalu bagaimana dengan keinginanku yang sebenarnya? Ya! Kupendam dulu sejenak, pasti ada jalan atas niatan yang baik. Bukankah Allaah itu MahaMengetahui lagi MahaBijaksana?! Retorik lagi. Tak perlu ada kekhawatiran untuk semua. Semua sudah ada jalannya masing-masing. Segala kekhawatiran dan kecemasan sesungguhnya tidak nyata, hanya sebentuk perasaan yang ragu atas nikmat Rabb dan penjagaan-Nya atas apa yg kita khawatirkan.

Hm.. tiba-tiba aku teringat akan orang-orang disekitarku yang takut kehilangan atas sesuatu. Entah apapun itu, sesuatu yang mungkin sangat berharga dalam hidup mereka. Pernah kau merasa kehilangan? Aku pernah. Dan dijalan itu aku kembali bermuhasabah. Dari sana aku justru menemukan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dapatkan. Ketika kau kaehilangan sesuatu, banyak kemungkinan-kemungkinan yang menjadi sebab akibat darinya. Bagiku, ketika aku merasa kehilangan, saat itu Allaah hendak mengajariku untuk menjadi sederhana dalam langkahku, hendak mengajariku bahwa keimanan-ketauhidan adalah kunci dari setiap penjabaran kehidupan. Ya, aku hebat sekali dulu ketika membicarakan tentang keyakinan, ketauhidan. Karna ia adalah pokok dari keimanan. Materi ketauhidan ala ilmuku yang masih seadanya.

“Kamu kan pintar, lu”, seru seseorang. Tidak! Jawabku fasih. Hahah.. enatah kenapa, aku tidak pernah merasa begitu. Ilmuku yang secetek begini saja sudah dibilang pintar. Tau dari mana ini orang-orang?? Ngawur sajaa kalian. Apakah disebut pintar ketika ditanya dan aku menjawab tidak tau?! Tapi masih mending lah dari pada ditanya trus akunya sok tau. Itu sih namanya sok pintar. Hehehee :p

Kembali belajar tentang kehidupan. Siklus kehidupan menimbulkan hukum sebab akibat dari setiap manusia kepada manusia yang lainnya. Contoh kecilnya, kehadiranku dikantor menjadi sebab bagi hadirnya sahabatku juga disana. Jadi ceritanya kami ini satu kantor, setelah sebelumnya melanglang buana nyari kerja dimana-mana. Hingga akhirnya saat aku mulai Stuck dengan cari mencari pekerjaan, aku dapat info lowongan kerja dari ustadzahku disalah satu perusahaan milik temannya. Alhamdulillaah, lalu melalui aku, kukabarkan berita yang sama seperti yang pernah disampaikan oleh ustadzahku kepada sahabatku perihal lowongan kerja di kantorku. Dan akhirnya, kami pun bersama. Bekerja ditempat yang sama, mengaji pun ditempat yang sama pula. ~Alhamdulillaah ya
 
Belajar tentang kehidupan. Aku suka langit sore yang slalu kutatap saat akan kembali pulang ke gubuk sederhanaku. Langit yang berwarna warni. Selalu, hampir selalu warna-warni itu menghiasi langit kotaku yang indah. Warna warna yg terbentuk pada saat matahari berada di posisi tinggi, lebih tinggi dari 58 derajat dari garis horizon. Ketika cahaya melewati awan cirrus yang tinggi, terkadang awan ini akan dapat menampilkan proses pemecahan cahaya yang membentuk fenomena yang mirip dengan pelangi. Nama lainnya Pelangi api, atau bisa juga disebut awan halo. Hey.. lihat! Kotaku memang bertuah. Sepekan belakangan ini, aku sudah berkali-kali menyaksikannya. Keren.



Belajar tentang kehidupan. Malam semakin menggantung tinggi, gelapnya menggulita. Bintang-bintang tak nampak, pun rembulan. Mungkin kini saatnya ku menidurkan celoteh kecilku, kembali ke senandung alam mimpi. Bercengkrama dengan penduduknya, hingga esok kuterbangun dengan sisa-sisa cerita yang tersisa darinya.

~Semusim Pengharapan
Medan,
20.5.12

14 Jan 2012

Aku dan Tulisanku (Repost)



Menulislah jika kau ingin menulis. Bahkan ketika kau tak tau apa yang harus kau tulis. Aku sangat ingin menulis. Tapi aku tak tau hal apa yang harus aku tulis. Cerita apa yang harus aku uraikan disini. Pastinya dalam hidup, ditiap harinya banyak cerita yang bisa dituliskan. Namun, tak semua cerita pula harus dijabarkan didalam tulisan. Sebab ada banyak cerita yang hanya kita tuliskan disuatu tempat yang pastinya hanya kita dan Dia yang tau. Cerita yang kita tuliskan disuatu tempat yang mungkin takkan bisa kita hapus. Waktu pun hanya bisa menyembunyikannya dari kita, tak bisa menghapusnya. Seperti yang pernah kunyatakan sebelumnya. Ibarat sketsa pensil, meskipun dihapus ia akan tetap meninggalkan bekas, goresan-goresan huruf yang pernah kita torehkan.

Setiap tulisan pasti punya arah dan tujuan. Dibalik tulisan, kita akan menemukan maksud dari tulisan tersebut. Meskipun terkadang kita sendiri tak mengerti maksud dari tulisan itu. Seseorang menulis dan membuat tulisannya tersebut menjadi bermakna ambigu bermaksud agar sasaran atau objek tulisannya tersebut tidak mengetahui secara pasti apa makna yang tersembunyi dibalik tulisannya tersebut.

Menulis itu menyenangkan. Disaat kataku tertahan dan keberanianku berbicara tak tersalurkan, maka lewat tulisanlah aku berkata. Melalui tulisan, aku hendak menyampaikan pesan. Meskipun terkadang, pesan itu sendiri mungkin tak sampai pada orang-orang yang dituju. Tapi setidaknya, telah ada usahaku untuk sekedar menyuarakan suara hatiku. Hehehe...

Bagiku, tulisan adalah isyarat pesan yang disampaikan oleh perasaan. Aku sering menuliskan apa yang aku lihat, dengar dan rasakan lewat tulisan. Terkadang aku menggambarkan suasana hariku saat itu lewat puisi atau syair-syair sang pemimpi^_^. Melalui tulisan, aku berbicara. Melalui tulisan aku hendak menyampaikan pesan.melalui tulisan, aku hendak mengajak orang-orang untuk menyelami makna terdalam seperti yang kurasakan.

Entah sejak akapan aku suka menulis. Karna memang semuanya mengalir begitu saja. Semua mengalir apa adanya. Tapi yang aku ingat, aku mulai rajin (sering ) menulis puisi itu sejak SMA. Kemudian, ketika kuliah. Aku pun jadi semakin seiring menulis. Tak hanya puisi, tapi juga essai dan juga yang lainnya. Ya..meskipun tulisanku belum begitu banyak bisa memberikan manfaat buat orang lain J.

Saat SMA, aku pernah satu kali mengikuti lomba karya puisi, tapi tidak sampai menyabet juara. Hehehe... kala itu memang masih belum PeDe buat mempublikasikan karya sendiri. Lebih banyak ditulis di binder, trus...kadang diJIPLAK abis sama temen2. Hohoho...kasian kali mereka yang tukang jiplakin karya gue.

Duduk dibangku kuliah, hm..ada tempat untuk nyalurin tulisan. “BLOG”. Awalnya pengen ikut2an aja. Coz kayaknya seruu. Tapi..emang dasar gaptek, jadinya gak bisa buat sendiri. Jadilah blogku dibuatin oleh temanku. Hm...masih sama seperti sebelum-sebelumnya, masih belum PeDe buat mempublikasikan tulisan. Jadilah blog itu hanya aku, temanku dan Tuhan yang tau. Hehehe... coz gak berani ngasih tau ke temen alamat blog sendiri.

Mulai dari blog tersebut, aku sering menulis apa yang aku rasakan. Misalnya lagi kesel, lagi seneng, lagi bingung, abis liat langit, abis liat bintang, lagi ngamati langit ngarepin munculnya pelangi. Hoho.... unic deh pokoknya. Setiap tulisanku punya history cerita yang mengagumkan (menurutku lho ya...). ada puisi yang tercipta saat lagi nyuci piring, lagi masak, lagi ngamati kolam ikan, lagi main air dibelakang rumah, lagi nangis (hahah..), lagi berdiri ngamati pohon dari depan pintu rumah, wuuiihh..pokoknya banyak deh.

Nah... awal april 2008, aku ada ngikuti lomba karya cipta puisi islami yang diadakan oleh BKM FKG USU, dimana terakhir ngnumpul puisinya, disitu pula baru ikutan lombanya, dan ngumpul tuh puisi. Mendadak sangat. Senin, tanggal 7 April 2008-nya, aku dipanggil sama pihak Humasy BP2M FE USU, ada yang mau dikasih katanya, Hm...apaan ya???? Ternyata...jeng..jeng... sebuah piala dan sebuah buku^_^. Sempat bingung ini apa maksudnya? Coz sama sekali gak inget ada ngikuti lomba. (hoho..dasar pelupa!!)

Ternyata akunya nyabet juara 1 eeuuy. Alhamdulillah..dapat piala juga setelah sekian lama (hahah...). coz dulu SD pernah dapat piala juga, tapi pialanya buat sekolah. Yah..tak apalah, setidaknya ada yang kutingglkan untuk sekolahku tercinta J.

Kemudian, Mei 2009. Ada lomba lagi, yang diadakan oleh KOPISUSU (Komunitas Penulis USU), lomba puisi dengan tema “Pendidikan”. Sempat gak mau ikut, coz ngerasa gak produktif kalo tulisan dikasih tema2 segala. Karna emang akunya gak pernah buat puisi dengan tema tersebut., jadi gak punya stok apapun. Saat itu, 3 hari lagi, pendaftaran ditutup. Aku masih belum membuat sebarispun kalimat dilembar kertas putih. Masih ragu..ikut gak ya?! Mulailah aku menyetel televisi, mencari inspirasi untuk sebuah tulisan sederhanaku. Yaq..alhamdulilah dapat, kucoba kembangkan kata2ku, kucoba mengingat bagaimana potret buram pendidikan negri ini. Yaq..dapat. Puisi pun selesai dalam waktu 2 hari. 1 hari mau penutupan, barulah kemudian aku mengirim karyaku via post seperti persyaratan yang diminta oleh mereka (KOPISUSU). Sebenarnya, yang membuatku sangat tertarik untuk ikutan adalah hadiahnya..hehehe^_^. Kebetulan saat itu lagi butuh bgt sama yang namanya duit. Coz waktu itu emang lagi ngumpulin uang buat nambahi biaya kuliah. Hm..pokoknya pasrah aja deh, kalo emang rezeki gak akan kemana deh. Gak akan meleset. Meskipun saat itu juga gak yakin2 amat bakalan bisa menang.

Nah..disuatu pagi dihari minggu, sebenarnya saat itu adalah hari dimana ada seminar tulisan sekaligus pengumuman pemenang lomba karya cipta puisi. Tapi akunya gak ikutan karna emang gak ada duit buat ikut seminarnya. Tapi..saat sedang asik nyapu rumah, tiba-tiba dapat Sms dari k’agung, yang tak lain dan tak bukan adalah ketua KOPISUSU. Beliau memintaku untuk hadir di seminar pagi itu. Hm..ada apa ya?? Apa aku dapet juara?? Hehehe..perasaan mulai gak karuan jadinya. Bahkan ketika sampai dilokasi pun, kebetulan kaka gung yang duduk dimeja penerima tamu. Asli..grogi bgt. Secara..akunya ikut seminar tapi gak pake bayar. Hehehe..emang rezekiJ. Setelah akhirnya dipersilahkan masuk, dan mengikuti seminarnya meskipun telat 1jam setengah, dipenghujung acara, mulailah diumumkan pemenang lomba karya cipta puisi dengan tema pendidikan. Eh...masih inget lho..waktu itu kaka gung ngomongnya gini.

“Ya... inilah yang kita nanti2kan, pemenang kedua lomba karya cipta puisi, apakah ada disebelah kanan saya, ataukah ada di sebelah kiri saya, langsung saja, kepada”........”, (sambil menyebutkan nama lengkapku). Aku yang lagi duduk di kubu sebelah kanan terperanjat, trus mata memandang iin dan adiez sahabatku yang saat itu juga menghadiri seminar kala itu. Dengan langkah yang malu-malu segan, aku pun maju kedepan. Alhamdulillah....emang, kalo kita udah yakin akan pertolongan Allah, Allah pasti akan menunjukkan kuasa-Nya pada kita.

Sangat bersyukur bgt kala itu. Allah pernah bilang , “Aku sesuai persangkaan hambaKu”. Hm...selama rentan waktu mengikuti lomba itu, aku emang selalu berprasangka baik padanya, aku yakin, sangat yakin padanya. Sesuatu yang aku yakini itu akhirnya membuahkan suatu kebaikkan. Disaat itu, aku benar2 merasakan hasil dari apa yang telah aku usahakan, pasrahkan....wuuiihh..bener2 bersyukur sama Allah.

Dalam masa itu, aku benar-benar bisa merasakan proses ikhtiar, doa, tawakkal, dan hasil dari apa yang sudah aku ikhtiar-doa-tawakkal-kan pada-NYa. Dari situ, aku telah belajar tentang sesuatu yang ada dalam kehidupan ini. Terimakasih ya Rabb....


*Bersambung:)

(Kembali semangat menulis^^8

28 Mei 2010

Selembar kertas senilai 45 juta…

“jika setiap menitnya sama dengan satu juta, maka kertas selembar itu bernilai empat pulih lima juta”

Malam ini aku prepare barang-barang yang mau di bawa besok kekampus. Termasuk satu lembar kertas binder yang berwarna pink-putih yang memang sejak kemarin telah aku letak didalam tas, tepatnya diselipan memo kecilku. Karna sebelumnya aku telah menghubungi adik kelasku untuk meminjam laptopnya esok hari. Karna tulisan itu ingin segera aku ketik-lalu aku publikasikan. Namun, apa yang tak kuharapkan terjadi. Kertas itu hilang. Raib entah kemana. Semua ini disebabkan karna keteledoranku sendiri.

“jika setiap menitnya sama dengan satu juta, maka kertas yang selembar itu bernilai 45 juta”.

Kenapa 45 juta? Mungkin sahabat akan bertanya seperti itu. Baiklah, akan saya jelaskan…

Dalam waktu yang cukup lama, mungkin hampir sekitar 2-3 bulan aku tidak aktif lagi menulis, belakangan ini waktuku tersita oleh kesibkan yang lain. Lalu, kemarin aku mencoba untuk menulis lagi, membuat suatu karya tulis berupa artikel sederhana yang kuselesaikan dalam waktu 45 menit-yang mana sekarang kertas itu hilang. Aku kelimpungan mencari kertas yang selembar itu. Seluruh isi tasku bongkar, memo tempat aku menyelipkan kertas itu berulang kali aku buka, begitu juga dengan buku yang ada didalamnya, tapi hasilnya nihil.

Di hati, ada rasa kehilangan yang cukup berarti. Kehilangan sesuatu yang dengan segena hati kita mengukirnya, namun sesuatu itu hilang entah kemana.

Bagimana tidak? Tulisan itu dibuat setelah sekian lama jemari ini tak menarikan suatu karya tulis yang baru. Tulisan itu merupakan satu-satunya tulisanku selama ini yang pembuatannya dari awal hingga akhir (selesai) menggunakan ukuran waktu.

Benar-benar sangat berarti, tulisan itu tulisan yang berarti. Meski bukan buatmu, setidaknya buatku. Bukan hal yang mudah untuk membuat tulisan yang sama lagi. Ditulis ulang pun, pasti tidak akan sama. Dan aku harus rela kehilangan 45 juta dari genggamanku.

Tapi setidaknya, kehilangan “tulisan” memberikanku sebuah pelajaran baru, hikmah baru. Dan karena kehilangan tulisan itu pula, lahirlah tulisanku yang ini.

Meski mungkin tidak terlalu banyak manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini. Mungkin perasaan ini sama seperti yang mereka asakan, saat aku memutuskan untuk pergi. Maaf…

Kini aku tau bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang benar-benar berarti dalam hari-hari yang dilalui.

Mari, menulis lagi….!!!!

Jum’at, 26 maret 2010; 21:59

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...