Punya hobby nulis?? Nulis lhoo
ya... nulis diatas kertas. Heheh... kalau aku, Ya! Namun sekarang sudah tak
memungkinkan lagi untuk menulis diatas kertas. Dahulu punya kebiasaan nulis
dibuku catatan Langit Senja Asy Syifa, namun sekarang sudah tak pernah lagi.
Sudah sejak lama meninggalkan kebiasaan menulis dibuku itu. Sekarang lebih ke
pengaplikasian komputerisasi, nulis di word, copas, posting. Hehe.... padahal
nulis di buku itu penting. Tau sendiri bahwa kalau nulis di word atau bahkan
langsung nulis di blog itu ada lebih dan kurangnya. Kurangnya yaitu kita jadi
tidak memiliki perngarsipan pribadi, kalau blog kita terdeteksi spam oleh admin
blog kita malah bisa dihapus (ini bagian seremnya looh yaa ^^), trus kalau ada
orang iseng ngambil karya kita lalu ternyata karya kita itu bernilai, dan ia
mendapatkan fee untuk itu dan kita tidak bisa melakukan apa-apa karna tidak
memiliki bukti yang kuat selain di blog kita itu, yaahh... akhirnya (heheh kok
agak lebay yah :p)
Actually, bukan mau bahas bahasan
yg diatas. Kok jadi agak menyimpang ya dari yg ingin disampaikan? Okey lah,
mulai...
Tadi, hampir saja hendak menulis.
Karna kebiasaanku menulis diatas kertas mulai muncul kembali. Lalu apa
masalahnya? Masalahnya adalah, aku teringat bahwa pulpen yang ada didepanku
adalah milik kantor. Sedang aku ingin menggunakannya bukan untuk urusan kantor.
Melainkan untuk kesenangan pribadi. Yaitu M-E-N-U-L-I-S. Untung saja tadi
segera teringat, heheh... karna kalau tidak.. waaah gimana urusannya nanti yaa.
Semenjak awal bekerja, aku selalu
berusaha untuk tidak menggunakan milik kantor untuk hal pribadi. Hal ini
terinspirasi dari kisah Umar bin Abdul Aziz yang memadamkan cahaya ketika ada
sanak keluarganya datang kekediamannya untuk membicarakan urusan pribadi. Dengan
serta merta sang khilafah memadamkan cahaya yang menerangi ruangannya pada saat
itu. Ketika sanak saudara beliau sudah kembali pulang, lalu salah satu jajaran
kabinet beliau pun bertanya kepadanya perihal cahaya yang dipadamkan sang
khilafah tersebut. Dengan bijak sang khilafah pun menyatakan bahwa sesungguhnya
sanak saudaraku datang kepadaku hendak membicarakan masalah pribadi kepadaku,
sedang cahaya yang ada diruanganku adalah milik negara, dan aku hanya akan
hendak mempergunakan cahaya itu dalam urusan negara pula.
Subhanallaah...... Teladan yang sangat luar biasa bukan :)
Masih terang dalam ingatan siluet
kisah sang khilafah Umar bin Abdul ‘Aziz dalam hal penggunaan harta pribadi
maupun yang bukan. Jika dibandingkan dengan sekarang... hm, tentu saja
berbanding terbalik. Kenyataan yang ada sekarang fasilitas negara digunakan
untuk pribadi, untuk kesenangan diri sendiri, dsb. Kelak diakhirat nanti.....
(sereeemm ngebayanginya T_T)
Sebelum nunjuk hidung orang lain,
mending nunjuk hidung sendiri dulu deh. Untuk perbaikan –Intropeksi diri.
Semoga selalu menjadi baik.^^
*Bingung ngasih judul, jadi judulnya agak2 maksa dikit ya =D
Medan. 26.6.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^