Suatu kali, Umar keluar dari rumahnya bersama Abdullah bin Mas'ud. Tiba-tiba beliau melihat cahaya api. Beliau mendekati arah api itu hingga memasuki suatu kampung. Ternayata, cahaya itu bersumber dari rumah. Ia mendatangi tempat itu dan ia mendapati ada lelaki tua sedang minum khamer dan di sebelahnya ada wanita penyanyi. Ia tidak sadar sampai Umar menghardiknya. Umar berkata, "Aku tidak melihat malam hari ini pemandangan yang lebih buruk dari seorang lelaki tua yang sedang menunggu saat kematiannya."
Lelaki tua itu mengangkat kepalanya dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya apa yang engkau lakukan terhadapku lebih buruk lagi. Karena engkau melakukan tajassus (menyelidiki/ memata-matai kesalahan orang lain), padahal tajassus itu dilarang. Dan engkau masuk ke dalam rumahku juga tanpa ijin. "Benar apa yang kau katakan," kata Umar.
Kemudian Umar keluar sambil menangis dan mengusapnya dengan bajunya, lalu bergumam, "Wahai Umar, celakallah dirimu, jika Rabbmu tidak memberi ampun kepadamu."
Lelaki tua itu tidak hadir di majelis Umar untuk sementara waktu. Sampai pada suatu kali, ketika Umar duduk diantara kawan-kawannya, ia melihat lelaki tua itu menyembunyikan dirinya di ujung majelis.
"Panggillah kemari lelaki tua," kata Umar. Lelaki tua itu mendatangi Umar dengan perasaan takut karena mengira Umar akan menghukum karena telah melihatnya bersalah. Lelaki itu dipersilahkan mendekat di sisi Umar, kemudian Umar membisiki telinganya, "Demi Yang engutus Muhammad dengan benar, aku tidak memberitahu kepada siapapun tentang perbuatanmu yang aku lihat, meskipun kepada Ibnu Mas'ud yang datang bersamaku pada waktu itu."
Gantian lelaki tua mendekatkan mulutnya ke telinga Umar dan berbisik, "Wahai Amirul Mukminin, demi yang mengutus Muhammad dengan benar, sejak kedatanganmu kepadaku waktu itu, aku tidak mengulangi lagi kesalahanku."
Maka Umar mengucapkan kalimat takbir dengan keras, sehingga membuat orang-orang yang berada di majelis itu terkejut, tetapi mereka tidak mengetahui apa yang menyebabkan Umar bertakbir.
(Kanzul Ummal, 3/692-693)
Tampilkan postingan dengan label kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah. Tampilkan semua postingan
23 Des 2012
25 Jul 2012
Dibalik Kalimat Dzikir Laailaahaillalloh.
Berikut saya Share terkait dzikir, yang saya copas dari seorang sahabat saya di FBnya. Karena ceritanya menarik, maka saya pun berinisiatif untuk mempostingnya diblog saya ini.
Lets Cekidot ^^
Sumber: https://www.facebook.com/almadaniyKetika Saya Berbincang-bincang dengan seorang Sufi yang berthoriqoh Qodiriyyah dirumahnya mengenai hukum Dzikir dan Hal-hal yang berkaitan dengannya. Diantaranya adalah: Masalah melafazhkan dzikir dengan suara pelan dan keras, Kalimat Laa-Ilaa-Ha-Illalloh dan lain-lain. Maka, suatu saat tibalah berbicara masalah dzikir kalimat Laailaahaillalloh dan Dia berkata kepada Saya: Almadaniy, Apakah anda tahu kenapa Saya selalu berdzikir kalimat Laailaahaillalloh?
Saya: Tidak tahu.
Dia: Sungguh, Aku sangat mencintai dzikir Laailaahaillalloh.
Lalu Dia berkata lagi: Almadaniy, Kenapa Saya melafazhkan dzikir '' Laailaahaillalloh '' sebanyak 165 x?
Saya: Tidak tahu.
Dia: Bahwa jumlah 165 itu terdiri dari Ihsan, Iman dan Islam.
Saya: Kok bisa?
Dia: Angka 1 disitu adalah Ihsan, 6 adalah Iman karna rukun iman itu ada 6, Dan 5 adalah Islam karna rukun islam itu ada 5.
Saya: Kenapa 165? Klo dibalik bisa ga tuh? Seperti 561 atau 516 atau 651 atau 615?
Dia: Tidak bisa, Karna sesuai dengan urutannya bahwa Ihsan itu tingkatan pertama dan lebih tinggi derajatnya daripada Iman dan Islam, Begitu juga Iman itu tingkatan kedua dan lebih tinggi dari Islam, Dan terakhir adalah Islam sebagai tingkatan ketiga karna kedudukannnya dibawah Ihsan dan Iman.
Saya: Ohhh.....begitu yah, Terus apa lagi selain itu?
Dia: Laailaahaillalloh adalah sebaik-baik dzikir, Karna Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ( Fa'lam Annahu Laailaahaillalloh ), Tapi tidak Fa'lam Annahu Subhanalloh atau Alhamdulillah atau Allohu Akbar dan lain-lainnya. Menurut Anda gimana Almadaniy tentang dzikir Laailaahaillalloh?
Saya: Yang Saya tahu diantaranya adalah sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa Sebaik-baik dzikir adalah kalimat Laailaahaillalloh.
Dia: Trus apa lagi?
Saya: Apa yah? Banyak sih, diantaranya adalah Dzikir Laailaahaillalloh mengandung Tauhid Uluhiyyah dan Asma wa Shifat.
Dia: Okelah kalau begitu, Sebelum dilanjutkan lagi sebaiknya Kita makan terlebih dahulu dan Perbincangan Kita lanjutkan setelah makan nanti.
Saya: Baiklah dan Saya sambil tersenyum. Lalu Saya menikmati hidangan makanan bersama Dia.
( Pengalaman Ngobrol-ngobrol dengan seorang Sufi berthoriqoh Qodiriyyah dan Ketika Saya sampai dirumah, Saya langsung menghitung jumlah dzikir kalimat Laailaahaillalloh dengan selembar kertas dan pulpen, Ehh ternyata huruf hijaiyyah yang ada di kalimat '' Laailaahaillalloh '' tersebut setelah Saya hitung berjumlah 165 ).
11 Apr 2012
Aku dan Nasi Goreng
Teringat beberapa tahun yang lalu, saat aku masih duduk dibangku sekolah. Nasi goreng menjadi makanan alternatif untuk disantap ketika kondisi keuangan di rumah sedang kurang sehat. Sewaktu aku masih duduk dibangku eSeMPe siiih tugasnya bantu2 nyiapin piring dan juga buat teh manis anget (tapi sama akunya teh manis panas =D) untuk makan bareng dengan keluargaku di ruang TV (hehhe..soalnya gak punya ruang makan, jadi makannya sambil nonton ^^8). Namun semenjak eSeMA, menu alternatif itu sudah mulai diolah oleh tanganku sendiri :), tentunya setelah belajar dari papa ataupun mama. Masakpun bergantian, kadang aku atau kakakku yaitu kak lala. tapi dulu seringnya sih papa yang masak nasi goreng, dan aku sebagai stafnya bantuin papa nuangin kecap n bumbu2 yang lainnya. (xixixixi,,)
Namun setelah semua hal tentang nasi goreng telah kukuasai, mulailah aku dibiarkan sendiri memasaknya. Untuk awalan cukup lumayanlah hasilnya, hanya kata papa masakkanku kurang asin pada saat itu. hmm.... abisnya aku takut keasinan sihh, jadi pada saat meletakkan garamnya rada nanggung =D (*pembelaan diri). Tapi sahabat..... semakin hari tentu saja ada perubahan yang terjadi dari masakan lu, terkhusus nasi goreng tersebut. Karna sebagai chef dirumah, papa selalu komplain kalau ada yang kurang dari masakan yang disajikan untuknya. Termasuk masakan lu. Tiap kali masak nasi goreng ataupun masakan yang lainnya pasti ada komentar dari papa. Tak sedikit papa komplain, tapi tak sedikit pula ia memuji ^^ (cuiiitt..cuiiittt).
Beberapa hari belakangan ini, aku baru saja menuntaskan pekerjaan kecil lamaku, yaitu masak nasi goreng. Seperti malam tadi, papa memintaku lagi untuk memasak nasi goreng buat makan malamnya. Hehe... Alhamdulillah rasa masakannya gak ada yang salah, tapi bukan papa namanya kalau gak komplain ^^, baru saja aku beranjak setelah menyajikan nasi goreng untuknya kemudian papa pun bertanya, "Gak pake cabe rawit ya, lu?"
Hooo....#Gubrakkzxx, dengan wajah tak bersalah (iya kan, kan emang gak bersalah :p) aku pun mengatakan, "Oalah... lupa lulu pa", xixixix....
Karna buah tak jauh dari pohonnya, maka tak bedanya dengan aku. Setiap makan, pasti makanan tersebut aku komentari, misal kurang ini itu ataupun jika makanan itu sempurna, maka aku tak henti2nya menceritakannya (belakangan sih, sahabatku Lastri yg jadi korban saat aku menceritakan betapa lezatnya Tart cake made in TAKAdeli cake, hemmm... nyamnyam).
Okeh, kembali ke Nasi goreng! Menu alternatif di rumahku :)
Jadi ceritanya, dini hari ini aku sedang bernostalgia dengan kisah lalu, kisah yang takkan terlupa olehku. Antara aku dan Nasi goreng, juga bumbu2 yang melengkapi hidupku.
Menurutku, "Kesusahan dimasa lalu dan kita bersabar atasnya akan menjadi keindahan dimasa yang sekarang" karna kita tlah melewatinya dengan sempurna, kita ridho atas apa yang berlaku pada diri. Meskipun mungkin dahulu air mata pernah menetes karenanya.
Allaah kan tidak pernah zholim terhadap hamba-Nya :)
Karna, bersama kesulitan ada kemudahan^^
Namun setelah semua hal tentang nasi goreng telah kukuasai, mulailah aku dibiarkan sendiri memasaknya. Untuk awalan cukup lumayanlah hasilnya, hanya kata papa masakkanku kurang asin pada saat itu. hmm.... abisnya aku takut keasinan sihh, jadi pada saat meletakkan garamnya rada nanggung =D (*pembelaan diri). Tapi sahabat..... semakin hari tentu saja ada perubahan yang terjadi dari masakan lu, terkhusus nasi goreng tersebut. Karna sebagai chef dirumah, papa selalu komplain kalau ada yang kurang dari masakan yang disajikan untuknya. Termasuk masakan lu. Tiap kali masak nasi goreng ataupun masakan yang lainnya pasti ada komentar dari papa. Tak sedikit papa komplain, tapi tak sedikit pula ia memuji ^^ (cuiiitt..cuiiittt).
Beberapa hari belakangan ini, aku baru saja menuntaskan pekerjaan kecil lamaku, yaitu masak nasi goreng. Seperti malam tadi, papa memintaku lagi untuk memasak nasi goreng buat makan malamnya. Hehe... Alhamdulillah rasa masakannya gak ada yang salah, tapi bukan papa namanya kalau gak komplain ^^, baru saja aku beranjak setelah menyajikan nasi goreng untuknya kemudian papa pun bertanya, "Gak pake cabe rawit ya, lu?"
Hooo....#Gubrakkzxx, dengan wajah tak bersalah (iya kan, kan emang gak bersalah :p) aku pun mengatakan, "Oalah... lupa lulu pa", xixixix....
Karna buah tak jauh dari pohonnya, maka tak bedanya dengan aku. Setiap makan, pasti makanan tersebut aku komentari, misal kurang ini itu ataupun jika makanan itu sempurna, maka aku tak henti2nya menceritakannya (belakangan sih, sahabatku Lastri yg jadi korban saat aku menceritakan betapa lezatnya Tart cake made in TAKAdeli cake, hemmm... nyamnyam).
Okeh, kembali ke Nasi goreng! Menu alternatif di rumahku :)
Jadi ceritanya, dini hari ini aku sedang bernostalgia dengan kisah lalu, kisah yang takkan terlupa olehku. Antara aku dan Nasi goreng, juga bumbu2 yang melengkapi hidupku.
Menurutku, "Kesusahan dimasa lalu dan kita bersabar atasnya akan menjadi keindahan dimasa yang sekarang" karna kita tlah melewatinya dengan sempurna, kita ridho atas apa yang berlaku pada diri. Meskipun mungkin dahulu air mata pernah menetes karenanya.
Allaah kan tidak pernah zholim terhadap hamba-Nya :)
Karna, bersama kesulitan ada kemudahan^^
“….. dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
12 Feb 2011
Tepian Garis di Ujung Hati (Segores cerita yang belum usai)

Sederet kata ini apa maknanya? Aku tak tau kenapa tiba-tiba tulisan ini tak sarat akan makna. aku ingin memberinya makna seperti yang sudah2 aku lakukan. tapi memang mungkin waktu yang tak mengizinkannya. Tulisan ini ibarat tubuh tanpa kerangka. Atau mungkin ibarat huruf tanpa titik. kemarin aku berlari, kemudian bersembunyi, dan berdiri lagi.
Aku hanya percaya...aku percaya aku bisa, aku mampu walaupun akhirnya aku terjatuh. Dan ketika lagu itu mulai bersenandung, makna itu terdengar pilu. Meski... Tetap tersenyum. karna seperti itulah hidup. Masih banyak moment yang harus dipenuhi dengan syukur. begitupun ketika kita menjadi kebutuhan orang lain sebagai pendengarnya yang baik.
Seorang teman bercerita, dimana setelahnya ia mengucapkan maaf. Maaf karna ia merasa membebani diri sebab diri pun mungkin memiliki problem yang tak jauh beda dengannya.
wajahnya sembab sembilu, lalu aku bertanya kenapa. Mata yang memerah menjawabnya. Ia menangis. Sesaat setelah ada seorang pria yang coba hendak mendekatinya untuk melamarnya, ia langsung meminta seorang pria yang lain untuk segera datang menghadap orangtuanya, datang menjemputnya. Mungkin ia tak ingin ada orang lain yang lebih dulu menghampirinya. Hingga dengan sisa keberanian yang ia punya sekaligus menepis harga dirinya sebagai seorang wanita, ia utarakan niatnya kepada lelaki itu. "Datang dan temuilah orangtuaku".
lelaki ini, sungguh mencintainya. hanya saja mungkin, waktu dan keadaan membuatnya tak berani maju. Ya, merasa tak pantas jika disandingkan dengan wanita yang dicintainya ini.
"Kau layak mendapatkan yang lebih baik", katanya pada wanita itu.
airmata itu kian menetes. "Perih, mbak, kata temanku itu. Dan yang lebih perihnya lagi, dia mendiamkanku. Tak mau bicara sepatah katapun padaku."
"Beri ia ruang sejenak, bujukku, ia pasti butuh waktu untuk berfikir. Dan kalaupun pada kenyataannya di akhir nanti bukan dia jawabannya, yakinlah...Semua kan indah pada waktunya".
"Maaf mb, aku udah membebani mb. Padahal aku tau, mb sendiri juga punya masalah yang sama".
Aku tersenyum padanya, lalu memberikan motivasi untuk menguatkan dirinya yang mungkin tengah lemah. Wajar, ia seorang wanita yang lembut hatinya. Yang mungkin baru saja merasakan cinta.
Pernah suatu ketika kami selesai lari pagi bersama di alun-alun sebelah utara. Disana ia menunjukkan yang mana orangnya padaku. Ah...ternyata ini pria yang dia cinta, batinku saat melihat orangnya dari atas motor yang melaju tepat didepannya. Seorang atlet ternyata...
selang beberapa hari disuatu pagi, temanku bercerita padaku bahwa salah seorang teman kantor kami hendak menjodohkannya dengan adik sepupu teman kantor kami tersebut. Saat itu Pak Anto (Bukan nama sebenarnya) meminta temanku untuk menyiapkan lemabaran2 proposal biodata untuk ditukarkan dengan sepupunya tersebut. Segala macam kelebihan si ikhwan di ungkapakan oleh pak Anto. Mulai dari Bacaan Qur'an yang bagus, Lulusan S2 di Malaysia, seorang kepala sekolah, udah punya aset2 berharga dan lainnya.
Namun, tahukah kau kawan... temanku hanya mengatakan, "Mb, pantaskah?"
Ya, lagi-lagi ini tentang rendah diri. Lalu aku katakan padanya "Pantas."
memang, untuk hal yang satu ini "kepantasan" kita selalu mengukurnya dari sisi kita sebagai manusia. Merasa lebih rendah dari orang lain (rendah diri), dan sebagainya. Padahal kita manusia hanya boleh merendahkan diri di hadapan-NYA. Hanya dihadapan-Nya lah kita patut untuk merendakhan diri kita. dan bukan pada manuasia. yang selayaknya, memiliki kelebihan dan kekurangan. dan pertanyaannya, pantaskah kita merendahkan diri kita terhadap manusia. padahal derajat kita sama? Hanya keimanan kita kepada Allah lah yang membedakan kita, itu pun dihadapan-NYa.
aku mencoba menerangkannya sebisaku pada sahabatku itu. setidaknya untuk permulaan, ia paham terlebih dulu.
Hari berganti waktu, kali ini datang lagi tawaran yang lainya. Bukan hanya satu, tapi menyerang kami berdua. Tawaran dari seorang Ustadz yang singgah ke kantor kami. Untuk keponakannya katanya. ya..kalau sudah begini, akunya selalu cuek. Gak mau ngurusi, apalagi menyimak pembicaraan sang ustadz dengan salah satu suhu dikantorku. pokoknya cuek beibeh... Usilnya aku, penawaran itu ku alihkan ke temanku. (Hohoho...nunjuk-nunjuk orang lain ih). Pokoknya dalam hati udah teriak "Jangan usik aku dulu". Meskipun kadang akhirnya kami jadi tunjuk-tunjukkan. Hihihi..kayak anak kecil aja.
Pernah suatu kali diprotes sama salah satu teman di kantor. Sebut saja pak Ali. Beliau menikahi istrinya, saat istri beliau berusia 21 tahun. Lha..ketika beliau mempertanyakan usiaku, dengan intonasi keheranan ala jawa tengah ia mengatakan "Saya heran sama mb, kenapa sih mb kok gak mau nikah?"
Lha...saya kaget bukan main. setelah saya diceramahi, giliran teman saya pun ikut di ceramahi. "mb yang ini juga, kok kalian gak nikah-nikah sih?"
Aku cuma tersenyum, sedang temanku pun tersenyum juga sambil menyebut-nyebut namaku sebagai dalangnya.
Terang saja aku hanya tersenyum dan tak bisa memberikan jawaban apa-apa. Aku tak ingin beralibi dengan mengatakan karna ini dan itu.
meskipun setelah itu, ceramah si pak Ali ini tak terhenti sampai disitu. "Kok malah senyum-senyum mb?!", katanya lagi.
dan, cara satu-satunya membuat si bapak ini tak bertanya adalah, mengalihkan topik pembicaraan ke topik masalah kerjaan. Mulai dari adanya pengajuan dari mustahik, dan lain-lain. Hm... Ampuh juga.^_^
eh..kok jadi ceritain saya. hohoo...
ya Sudah, berhubung belum ada perkembangan episode cerita dari temanku, kelak akan kusambung lagi cerita ini. Semoga endingnya bahagia. Seperti ending yang diharapkan setiap manusia dalam setiap cerita perjalanan kehidupannya...
*To be continued...
Langganan:
Postingan (Atom)
Dua beda
Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta. Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana. Me...
-
aku belum melakukan iniiii >>> Lapor pajak tahunan, buat Neraca 2012, ngoreksi hutang piutang, Ngoreksi nilai buku aktiva, pengarsi...
-
Setangguh Elang Yang mengepakkan sayapnya saat terbang. Lalu hilang Dibalik rimbunan dedaunan 09 January 2011
-
“Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi. Tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkannya....