Tampilkan postingan dengan label abang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label abang. Tampilkan semua postingan

22 Jan 2013

Di Ujung Senja Rindu itu Membunuh


Seperti senja yang ku eja pada jingga. Warnamu hadir memberi keindahan pada separuh duniaku. Meski rindu kian pongah bergaduh. Sebab asaku jatuh terjerembab jauh melumpuh. Sempat ku sesalkan sesak rindu yang malu-malu. Kini bercendawan menyisakan luka haru. Berjalan, masih harus beribu waktu hingga sampai ke tempatmu. Berlari, masih harus berburu peluru hingga bersarang di dadamu. Takkan kau dengar sedikit petuahku. Duniamu - duniaku, berbeda itu jelas tak jemu. Sedang jenuh membunuh perlahan dalam diamku.

Langit masih bisu menertawakan tatap memelasku. Sampai sayu rindu itu membunuh. Dan tak terdengar lagi detak-detak irama qalbu. Nada biru kian kelabu bersama dawai yang pecah karna rubuh. Daun pintu menggesek perlahan menutup buku. Selaksa kian berjelaga dalam syair-syair bisu. Mimpi mimpi meluruh, bagai pasir tersapu ombak pasang. Kencang angin menerpa prahara layar perahu laju.

Lagu itu kian sumbang dari merdu. Jelas menyisakan luka yang merindu. Tawa yang kucipta dulu, musnah dalam debu. Canda yang kau riakkan lalu, hancur dalam semerbak kesturi yang meluluh. Kukirimkan lewat kekata embun kala pagi menyapa daun, kukirimkan lewat kekata hujan kala mendung memuntahkan rinai, kukirimkan lewat kekata mentari kala sengatnya menyapa pagi, kukirimkan lewat kekata angin kala hembusannya menerpa pepohonan di beranda rumah tuaku, kukirimkan kekata senandung senja kala pelangi hadir dalam biru jingga, kukirimkan pilu rindu yang masih tak habis dalam duka nestapa.

Diamku adalah melodi dalam remuk sepekat senja. Yang menjarah bahagia dalam sepersekian masa. Melebur dalam kehambaan. Melerai serbuk jingga dalam makna kehidupan. Deras, mengaliri cawan kemanusiaan. Gontai, tersudutkan kenyataan tak bertuan.

Lagu itu kian sumbang dari merdu. Jelas menyisakan luka yang merindu. Tanpa suaramu dalam sisi gelap terangku . . .
Di ujung Senja Rindu itu membunuh.

18 Jan 2013

16 Agustus 2012

Rusuh,
Riuh,
Gemuruh,
Menyesak,
Diam,
Terpukul,
Tersabar,
Terkuak,
Memecah,
Menahan,
Air mata,
Sesal,
Membiru,
Duka,
Prahara,
Syukur,
Luka,
Sakit,
Tangisan,
Menghela nafas panjang,
Memojok,
Terisak,
Teriak,
Pelukan,
Empati,
Hiburan,
Duka,
Senyuman luka,
Tangis bahagia,

Berakhir, Nafas itu terhenti. Tak menoleh, hanya menatap. Diam. Tak menyadari. Berhenti berdetak. Menguning. Meregang. Kesakitan sang pesakitan. Begitu luka. 
Amarah. Kebencian. Hingga harus meregang nyawa. Benarkah?
Jelujur keikhlasan. Jelujur berjuta kesabaran. Jelujur airmata pengantaran. Jelujur duka kehambaan. Terhenti pada satu masa. Empati merapat masa.

Innallaaha ma'ashobirin~

15 Jan 2013

Perahu Kertas

R.I.P

Perahu kertas itu bernama sebuah doa
Yang kukirimkan untukmu lewat serak kekata
Perahu kertas itu bernama sebuah rindu
Yang kurasa di qalbu ingin bertemumu
Namun jalan jauh masih harus kutempuh.

15.1.13
Ruang Tunggu


*Lima bulan ketiadaanmu dari tatapanku. Semoga Allaah mengampuni segala dosamu dan Rahmat-Nya selalu tercurah untukmu.

12 Jan 2013

Rindu itu Pilu

Kau lihat aku?
Aku rindu.
Sesak aku dibuat rindu
Rindu bertemumu.
Sedang kutau itu semu
Karna rindu itu hanya aku
Kau tau?
Ibu selalu mendoakanmu
Lewat pilu tatapnya yang sendu
Airmatanya belum juga habis untukmu
Haru, pilu.
Entah sampai kapan.


12.1.13
~lima bulan kepergianmu

29 Des 2012

A.B.A.N.G



Ini foto Almarhum Bang Aan bersama istrinya. Foto ini diambil beberapa hari sebelum beliau meninggal. :')
Bagiku, ia kan tetap hidup. Bukan tetap, tapi masih. Kami terbiasa jarang bertemu, terbiasa pila hidup jauh. Meski dahulu masih serumah, tapi abang itu anak jalanan, kerjaannya keluyuran terus. Sedang aku, anak rumahan. Yang lebih betah berada di rumah, mencari inspirasi di dalam kamar. :)

Semoga Allaah mengampuni segala dosamu, Bang!

21 Des 2012

Nothing (Hope)

Semenjak kepergianmu, peranmu aku yang menggantikan. Jujur aku lelah, tubuhku serasa remuk ketika sampai dirumah saat senja. Pagi-pagi sekali segala dipersiapkan, tak terkecuali ibu, dia yang paling sibuk kala pagi. Setiap harinya aku harus berhadapan dengan kemacetan dan juga kebut-kebutan. Bukan untuk dicap sebagai jagoan, tapi aku tak ingin terlambat sesampainya di kantor.
Terkadang ketika melintas Mio putih dihadapan, aku berpikir itu kau. Sampai aku lupa bahwa kau sudah tak lagi mengurusi kehidupan duniamu.
Beberapa hari belakangan aku terus saja lembur di kantor, dan aku pulang setelah matahari benar-benar tlah tenggelam. Tahukah? kuharap kau yang menjemputku. Sebab aku tau, ayah sudah tak mampu lagi melakukannya. Dan kau juga tau, si Bungsu tak bisa diharapkan. 
Kepalaku benar-benar sakit, dan tahukah kau? aku tak pernah bisa mengeluhkan segala dihadapan ayah dan ibu. Aku teramat lelah, amat teramat lelah dan ingin menangis saja :'(
Bahkan mungkin aku teramat lelah untuk menangis.
Kau tau? aku berprasangka baik saja pada-Nya, Dia yang mengatur segala. Selalu ada kebaikan dalam setiap takdir yang diberikan-Nya untuk kita. 
Aku cuma teramat lelah, berkali ingin menyerah, tapi Dia menegarkanku, meneguhkan pendirianku, menguatkan kesabaranku, dan terus meyakinkanku bahwa dipenghujung lelahku kan diganti dengan surga-Nya yang teramat indah. Sungguh, Dia tak perah ingkar akan janji-Nya.

"Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kau dustakan?"

*Curcol sekelak :)

11 Des 2012

Di Atas Kereta (Cerpen Alm. Bang Aan ) ^^

Hari  itu.. senin,tepatnya tanggal 12 maret 07 aku harus segera berangkat ke kota Tanjung Balai.adapun tujuan aku kesana karena urusan pekerjaan ibuku (tante) yang berada di Malaysia. Aku pergi ke Tanjung Balai dengan membawa orang yang hendak pergi ke Malaysia, yang ingin mencari pekerjaan disana.

Akhirnya, sore itu aku pun bergegas mempersiapkan keperluan-keperluan yang harus ku bawa. Tak lupa pula aku membawa titipan-titipan yang di pesan ibuku untuk di bawa ke Malaysia.  Setelah semuanya beres, maka aku berangkat ke stasiun kereta api. Orang yang mau berangkat ke Malaysia itu berangkat dari rumahnya, dan kami bertemu disana.

Setelah karcis kereta api tujuan Tanjung Balai sudah aku beli, maka kami langsung naik kereta api. Akhirnya jadwal keberangkatan pun sudah menunjukan waktunya. Kereta itu pun melaju menuju ke kota Tanjung Balai, walaupun sebelum sampai di Tanjung Balai kereta melewati beberapa kota-kota sebelum tiba di Tanjung Balai.
Setelah melewati perjalanan hampir  5 jam, kereta pun tiba di stasiun kereta api kota Tanjung Balai. Dari stasiun kami menuju ke penginapan, disana penginapan khusus bagi calon penumpang sebuah kapal fery. Disana aku pun beristirahat hingga pagi hari. Hari itu selasa,13 maret 07 menjelang pagi hari, aku terlebih dahulu mandi dan kemudian bersiap-siap diri. Lalu aku memesan tiket kapal tujuan pelabuhan Port Klang (Malaysia).

Setelah semua urusan beres dan aku rasa tak ada lagi masalah, aku pun berangkat ke stasiun kereta api untuk kembali pulang ke Medan. Saat itu jam masih menunjukan pukul 8 pagi, sedangkan kereta yang akan berangkat ke Medan jadwalnya pukul 11.30 wib.

Duh,,,, dalam hati berkata “bEtE bgt nich...” namun karena stasiun masih tutup, aku pun hanya “berkeliaran” di sekitar stasiun. Kemudian aku mampir di warung kopi dekat pasar, sambil sarapan dan menunggu waktu yang membuat aku “bEtE abiz”. Saat matahari terasa menyengat sinarnya, dan kulihat stasiun sudah mulai buka. Tak lama kemudian aku bergegas menuju stasiun. Dan ternyata pada hari itu aku menjadi orang pertama yang duluan tiba di stasiun, secara masih sekitar 2 jam lagi jadwal keberangkatan kereta api. Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang yang ingin berangkat menggunakan jasa transportasi kereta api pun sudah mulai berdatangan.Tidak berapa lama kemudian, loket penjualan karcis pun di buka dan para penumpang pada mengantri untuk beli karcis. Aku mendapat karcis dengan nomor tempat duduk 4a di gerbong 1. Setelah mendapatkan karcis, aku langsung menuju ke peron tempat berhentinya kereta yang datang dari Medan. Karena pada waktu itu kereta api yang berangkat dari Medan belum sampai di Tanjung Balai. Setelah kurang lebih setengah jam, barulah kereta api dari Medan sampai di stasiun kereta Tanjung Balai.

Para penumpang tujuan Tanjung Balai pun semua pada turun dari kereta, untuk kemudian digantikan dengan calon penumpang yang akan menuju kota Medan. Namun setelah naik dan menuju tempat duduk sesuai dengan yang tertera pada karcis, aku melihat “teman-teman” duduk aku ternyata adalah bapak-bapak dan seorang ibu-ibu, maka aku batalkan untuk duduk pada nomor bangku yang aku miliki. 

Saat tiba kereta berangkat menuju Medan, aku memutuskan berdiri di depan pintu gerbong nomor 3. ya,,, sambil kena angin, dan agar terasa lebih sejuk. Namun, saat kereta melewati kota Kisaran dan singgah di stasiun kereta api Kisaran.. aku memutuskan untuk mencari tempat duduk. Secara masih banyak bangku yang kosong, karena jumlah penumpang yang berangkat dari Tanjung Balai tidak terlalu ramai. Setelah aku duduk di salah satu bangku yang masih kosong, dalam hati aku berkata “kali aza ada cewek yang duduk disamping aku”

Dan saat kereta sampai di stasiun kereta api Kisaran, dari atas kereta aku melihat seorang cewek berbaju hitam dengan rambut yang agak “bule-bule gitu”. Hatiku pun berkeinginan semoga saja dia duduk di dekat aku. Secara saat aku perhatikan orang-orang yang naik ke atas kereta, khususnya di gerbong tempat aku duduk adalah cewek yang ku lihat tadi saat menunggu kereta. Ops,,, saat dia melewati bangku aku, dalam hati aku memanggil dia utuk duduk di dekatku “psst,, duduk sini donk” gumanku dalam hati.

Namun ternyata dia memilih duduk di seberang bangku yang aku tempati, namun sesaat kemudian kulihat dia berdiri dari duduknya dan berpaling ke arah ku. Kemudian dia berkata kepadaku “sendiri aza” dan kemudian aku pun menganggukan kepala dengan pengertian “ya,,aku sendiri”. Lalu yang terjadi adalah....... dia pindah tempat duduk, dan pindah tepat duduk di hadapanku. Secaara memang bangku kereta apinya saling berhadapan. Lalu..... aku pun berkenalan dengannya, dengan jabat tangan dia berkata “nova” dan aku membalas dengan “andre”


Akhirnya kami pun berbicara banyak tentang masing-masing diri. Benarnya tujuannya ke Medan mau berkunjung ke rumah kakaknya, secara pun dia sudah beberapa kali ke Medan. Dalam pembicaraan itu aku pun menanyakan tempat tinggal kakaknya, dia bilang rumah kakaknya sih,,, di helvet. Ga brapa lama kemudian dia meminta padaku untuk main ke rumah kakaknya. Hmm,,,karena aku pun ga berapa kenal kali daerah helvet, kemudian aku pun menawarkan untuk mengantarnya pulang. Dan dia pun setuju dengan tawaranku itu, padahal aku sempat berfikir “koq mau aza ya cewek ni,padahal kan baru kenal dengan aku... apa dia ga takut klo aku berfikiran jahat”

Tapi mungkin karena sudah jodoh dia bertemu orang baik seperti aku (ce,,ile) cam betol aza,,,  truz,,sesampainya di Medan, kira-kira jam 4 sore kami turun di stasiun kecil (tamrin). Kemudian aku mengantarnya pulang ke rumah kakaknya, tapi di karenakan saat itu keretaku di rumah,,, maka aku pun meminjam kereta temanku yang kerja di tamrin plaza. Maka kami pun bergerak menuju rumah kakaknya, tapi dianya mengajak aku untuk sedikit jalan-jalan di Medan. Tapi berhubung saat itu kami hanya menggunakan satu helm, jadi ga bisa jalan-jalan ke daerah kota dan hanya jalan-jalan sekitaran menuju arah pulang ke rumah kakaknya.
 Sebelum sampai ke rumah kakaknya, aku mengajaknya mampir ke sebuah cafe yang berada di daerah griya. Saat kami berdua ngobrol-ngobrol, akhirnya dia pun bercerita tentang alasan dia main ke Medan. Di samping karena ingin berkunjung ke rumah kakaknya dia pun ada masalah di kota kelahirannya Kisaran, ya biasalah masalah anak muda palagi klo bukan masalah asmara. Sedikit banyaknya dia bercerita tentang masalah yang di hadapinya yaitu masalah yang melibatkan pertemanan antara dia dan teman-temannya
 (dalam konteks ini aku ga bisa menjelaskan secara detail,berhubung aku ga punya hak lebih dalam menanggapi masalah orang lain walaupun dia banyak bercerita)

Setelah waktu menjelang senja, kami pun bergerak pulang menuju rumah kakaknya. Akhirnya sampai juga di rumah kakaknya di daerah flamboyan,helvet. Lalu aku mampir sejenak di rumah kakaknya, namun karena magrib pun menjelang aku pun segera permisi padanya untuk pulang ke rumahku. Saat malam hari dia pun menelpon ku, hanya ingin menanyakan kabar za sich dan kami berdua sangat senang bisa berjumpa dan berkenalan.

Sesudah itu kami pun hanya berkomunikasi lewat sms-an za, namun saat aku menanyakan kabarnya pada hari jum’at itu,dia mengatakan akan kembali lagi ke Kisaran berhubung ada panggilan kerja di sana. Padahal rencananya dia ingin berada di Medan selama kurang lebih satu bulan lamanya. Dan malam sabtu itu aku pun berniat mengajaknya nonton, tapi karena waktu untuk nonton sudah kemalaman jadinya kami jalan-jalan ke daerah dr.mansyur(usu). Kami pun singgah ke sebuah cafe disana, secara daerah tersebut merupakan daerah jajanan di kota Medan yang selalu ramai setiap malamnya. Banyak hal-hal yang kami bicarakan, dari  mulai tentang keluarga,kehidupan remaja,dan cerita-cerita tentang saat jaman-jaman sekolah dulu. Memang sich saat aku jalan bersamanya sedikit-sedikit ada percik-percik asmara padanya.

Esok hari adalah malam minggu, aku pun kembali mengajaknya jalan keluar. Kali ini aku mengajaknya ke sebuah cafe yang bisa dibilang tempatnya agak-agak romantis, ya.... masih sekitaran daaerah usu juga seh.. malam minggu itu adalah malam minggu terbaik bagiku, secara hari itu aku bisa ngedate bareng bersamanya. Malam itu kami mulai terbuka satu sama lain (maksudnya ga ampe buka-bukaan J) ya,,, ngomongin diri masing-masing.

 Dari malam itu aku merasa hal yang spesial bersamanya, dan aku jujur bilang padanya bahwa aku punya perasaan yang lebih kepadanya. Walaupun aku mengatakannya tidak secara langsung, dia hanya menanggapinya biasa za sih dan mengatakan semuanya harus melalui proses yang panjang.
Pada hari minggu kami pun berencana pergi nonton, kami pun nonton di tamrin plaza dan film yang kami tonton itu film “lewat tengah malam”  (berarti dah pagi donk..)

Setelah seharian jalan bareng, kami pun kembali ke laptop...eh kembali pulang. Dan esok hari adalah saat dia akan kembali pulang ke Kisaran     (duh,,,terasa singkat bgt waktu bersamanya). Aku pun menjemputnya di rumah kakaknya, setelah pamitan dengan kakaknya kira-kira jam 11-an kami berangkat menuju stasiun kereta api. Saat itu dia akan berangkat naik kereta api yang berangkat jam 1 siang, akan tetapi berhubung pada waktu itu merupakan long weekend jadinya jumlah penumpang yang akan naik kereta api membludak. Saat akan membeli karcis pun dia tidak mendapatkan tempat duduk, karena sudah habis. Maka kami pun menunggu di peron 1, kami duduk di bangku tunggu penumpang.

(nah,,,ada hal yang menarik pada bagian cerita ini, hmm,,bisa di bilang merupakan kesalahan kami berdua sich)
pada saat menunggu kereta yang akan berangkat menuju Tanjung Balai, kami sempat cerita-cerita dulu di ruang tunggu, yang tanpa di sadari kereta yang mau berangkat ke Tanjung Balai sudah stand by dan para penumpang yang lain pun sudah pada naik ke atas kereta (mungkin kami mengira kereta yang akan berangkat bukan tujuan Tanjung  Balai).

Secara kereta yang berangkat tersebut berangkat lebih cepat dari jadwalnya. Wajah kebingungan pun menghampiri wajah kami (jangan-jangan dia ketinggalan kereta), akhirnya aku pun bergegas menanyakan kepada polsuska setempat tentang kereta yang akan berangkat ke Tanjung Balai. Ternyata benar perkiraan aku, duh,,,,sepeti orang bego jadinya ga tau deh mo bilang apa.

Terpaksa naik kereta yang berangkat jam 5 sore, saat menunggu waktu kami pun singgah ke tamrin plaza sembari makan siang. Saat hari menjelang sore kami kembali lagi ke stasiun, dan sesampainya di stasiun ternyata.......jumlah penumpangnya hampir 2 kali lipat dari jumlah tadi siang. Dan kami pun menunggu,,menunggu,,dan menunggu kereta dari Tanjung Balai tiba di stasiun besar. Kereta telat 1 jam tiba dari jadwalnya, akhirnya kereta berangkat menjelang magrib. Saat keberangkatan aku kasihan banget ama dia, karena dia ga dapat tempat duduk dan terpaksa harus duduk di lantai kereta.

Dalam hati aku terus berkata “mengapa harus ada perpisahan” tapi itu semua salah dari “pertemuan” sehingga aku berpisah dengannya pada saat itu. Saat kereta melaju aku ga bisa menahan genangan air mata di mataku dan akhirnya menggenang di sluruh mataku. Perasaan yang aku rasakan saat itu adalah kesepian saat dia jauh dariku, saat itu aku belum dapat menggambarkan nantinya cerita-cerita selanjutnya. Sepanjang perjalanannya aku selalu ingin mengetahui kabarnya, saat itu aku seperti kehilangan orang yang aku sayangi. Dan, alhamdulillah saat malam aku menelponnya dia selamat sampai di rumah.

Esok-esok hari aku menjalani aktivitas seperti yang aku lakukan seperti biasa-biasanya, dan saat itu dia memberi kabar padaku dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya.

Serta cerita-ceritanya tentang pekerjaan yang akan di jalaninya, dan minggu depannya dia akan memulai aktivitasnya di pekerjaan barunya. Dan kurang dari satu minggu kemudian aku berniat untuk menghubunginya, tapi berhubung karena dia di Kisaran lagi melihat sebuah konser artis ibukota bersama teman-temannya, dia pun mengcancel bicara padaku secara dianya masih menonton pertunjukan musik tersebut dan berjanji akan menghubungiku setelah acara selesai. Namun saat aku menerima sms darinya dan dia mengatakan untuk  mengcancel dulu ngobrol denganku, dikarenakan dia dah ngantuk bgt katanya dan esok akan memulai aktivitas yang  baru di pekerjaan barunya. Benarnya saat itu aku ingin banget ngobrol bersamanya, tapi mau ga mau aku harus bisa menerima semuanya (saat itu aku berfikir langkah ini yang terbaik tuk dia,dan dengan emosi aku berikiran bahwa aku ga terlalu penting baginya).

Hari-hari berikutnya aku hanya ingin mencoba menjalani menjalani waktu-waktu yang biasa aku lakukan,di samping aku juga masih berkomunikasi bersamanya lewat sms-an.
Setelah beberapa hari, tepatnya pada hari rabu,28 maret 07 pada malamnya aku sempat sms-an ma dia kira-kira jam 9.30 malam. Itu terakhir aku sms-an dengannya, karena dalam waktu 3 hari kedepan aku kehilangan kontak dengannya, aku ga bisa menghubunginya, setiap waktu aku coba tuk slalu menghubunginya akan tetapi nomor ponselnya selalu tidak aktif. Saat itu aku mulai putus asa untuk menghubunginya dan aku beranggapan mungkin aku bukanlah apa-apa di matanya, aku berfikiran aku ga bisa memberi yang terbaik untuknya. Dan aku sempat berniat untuk datang ke rumah kakaknya, untuk mencari tau kabar dia sekarang karena itu satu-satunya jalan bagiku untuk mengetahui kabarnya di Kisaran. Dalam kebimbangan aku pun tidak terlalu memikirkan itu, mungkin hanya sebatas niat saja untuk mengetahui kabarnya kini.

Sampai pada suatu malam, saat itu kebetulan malam minggu dan aku main keluar ke tempat kerjaan aku dulu dan berhubung teman-temanku yang lain ada juga yang main kesana. Awalnya sih aku main kesana seperti biasa karena malam minggu sebelum-sebelumnya aku sering main kesana untuk menghabiskan malam minggu yang panjang (padahal semua malam sama za khan..???). karena sedari tadi aku hanya nongkrong dan ngobrol-ngobrol za dengan teman-temanku, maka aku pun ingin melakukan sesuatu hal yang aku belum pikirkan, entah apa kek.. blom tau everything.

Dan kebetulan saat itu aku melihat sebuah koran terbitan kota Medan yang terkenal dengan logat Medan yang kental banget, dan secara kebetulan pula halaman dari koran itu berita olah-raga dan sebagian berita utama. Maka aku pun mulai baca dari halaman olah-raga, setelah beberapa waktu aku pun selesai membaca semua berita tentang olah-raga itu. Lalu aku membaca sebagian berita utama, aku pun membaca hanya judul-judul berita dan sebagian berita-berita utama yang lumayan menarik.
 Setelah selesai membaca aku pun kemudian membuang koran yang kubaca tadi ke lantai, secara tadinya koran itu pun sudah kotor karena tadinya berada di lantai. Lalu aku pun pergi meninggalkan koran yang telah ku buang tadi, aku kembali ngobrol-ngobrol bersama teman-temanku.

Setelah beberapa lama kemudian aku pun kembali mengambil koran yang ku buang tadi, tadinya sih aku berfikir hanya ingin melihat gambar-gambar yang ada di koran itu. Lalu aku pun kembali membuangnya, namun saat membuang koran itu ekor mataku melihat sebuah judul berita di halaman uatma. Tadinya aku tidak terlalu memperhatikan berita itu, aku pun membaca berita dengan judul “gadis abg, dijambret”.

 Aku pun membaca isi beritanya dengan terlebih dahulu membaca tempat kejadian berlangsung, dan tempat kejadiannya di Kisaran (saat membaca tempat kejadian di Kisaran, yang aku pikirkan saat itu hanyalah tempat tinggal nova). Aku pun melanjutkan membaca berita itu, saat aku membaca nama korban kejadian itu aku sedikit terkejut, karena nama korbannya sama dengan nama dia “nova”.

 Tapi aku hanya berfikiran bahwa banyak orang yang bernama “nova”, walaupun umurnya pun persis juga yaitu 20 tahun. Tapi aku pun berfikiran itu hanyalah sebuah kebetulan saja nama dan umurnya sama, aku pun tidak mengindahkan berita itu. Saat itu waktu menunjukan pukul setengah 2 pagi, maka aku pun segera pulang karena sudah dini hari dan juga karena saat itu di rumah hanya nenekku seorang.
Sesampainya di rumah aku pun berniat ingin istirahat untuk tidur, tapi tiba-tiba perasaanku jadi tidak tenang dan gelisah, aku jadi kefikiran berita yang ku baca di koran tadi. Aku koq jadi kefikiran sama dia, aku jadi berfikir jangan-jangan yang menjadi korban di berita tadi adalah dia. Tapi aku mencoba untuk bersikap biasa saja, namun semakin lama perasaan itu semakin kuat.

Kemudian aku mencoba kembali menghubuni nomor ponselnya dan masih tidak aktif juga, aku pun lalu membuka kembali saat aku menerima sms terakhir darinya, sms terakhir darinya tanggal 28 maret. Aku pun berfikir kembali pada koran yang ku baca tadi, selanjutnya aku kepikiran untuk memastikan tanggal kejadian berita di koran tadi. Aku pun menghubungi temanku yang berada di tempat aku dan teman-teman aku nongkrong, aku meminta tolong kepadanya untuk melihat koran yang tadi ku baca dan aku meminta dia untuk melihat tanggal kejadian di berita itu (sebelumnya aku bilang padanya judul beritanya).

 Saat temanku memberi tahu tanggal kejadian di berita itu sontak aku terkejut, karena tanggalnya persis sama saat aku terakhir mendapat sms darinya. Dan temanku sempat heran padaku dan menanyakan padaku, dan aku hanya mengatakan korban di berita itu ada kesamaan dengannya.

Saat mendengar semua itu perasaanku semakin tidak tenang, aku terus memikirkannya hingga aku tak bisa memejamkan mataku. Saat menjelang subuh aku baru bisa terlelap karena menahan ngantuk. Pagi menjelang siang aku terbangun dari tidurku, masih terngiang sedikit di pikiranku tentang dirinya. Tapi pagi itu aku menyelesaikan tugas-tugas di rumah (karena aku tinggal dengan nenek, jadi saat itu aku yang beresin rumah).
 Setelah menyiapkan seluruh pekerjaan rumah aku beristirahat sejenak sambil mendengarkan siaran radio favoritku, dan kebetulan yang lagi siaran saat itu penyiar yang sering aku hubungi untuk request lagu. Aku pun menelpon stasiun radio itu untuk request lagu, saat menelpon dia menanyakan kabarku hari ini dan aku pun mengatakan lagi galau,  bingung, semuanya deh bercampur. 

Aku pun menjelaskan padanya perasaan yang aku alami pada seseorang, aku bercerita saat kami putus komunikasi hingga saat aku membaca berita di koran yang nama dan umur serta kejadian korbannya, mirip sekali dengannya. Lalu ia pun menyarankan padaku untuk mencari tau kabarnya pada keluarganya disini, dan aku pun kepikiran untuk datang ke rumah kakaknya di helvet.

Akhirnya ia mendukung langkahku, dan aku langsung bergegas mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah kakaknya. Saat itu matahari menyinari tepat di atas kepala, tapi dengan semangat aku pergi ke rumah kakaknya siang itu juga. Sesaat tiba di rumah kakaknya, aku pun langsung menyapa kakaknya dan dipersilahkan masuk.
 Saat itu kakaknya belum tau maksud kedatanganku dan bermaksud ingin memberi tau kabar adiknya padaku. Saat itu aku mengatakan aku telah putus komunikasi dengannya selama beberapa hari ini. Dan kakaknya mengatakan padaku bahwa dia kena musibah, aku pun memotong pembicaraan kakaknya dengan mengatakan aku membaca berita di koran tentang seorang cewek yang di jambret di Kisaran. Dan kakaknya pun membenarkan berita itu, awalnya keluarganya tidak mengetahui kalau berita itu masuk ke surat kabar.

Namun yang pertama ingin ku ketahui adalah kabar dirinya, karena saat aku baca berita di koran mengatakan bahwa korban mengalami luka-luka. Lalu kakaknya menceritakan kronologis kejadiannya, dan aku pun mengatakan kepada kakaknya bagaimana aku bisa tau kalau berita di koran itu adalah dia, aku pun mengurutkan terakhir kali kami berkomunikasi.

 Setelah banyak bercerita aku pun bermaksud meminta nomor telepon yang bisa aku hubungi, kakaknya pun memberi nomor ponsel bundanya dan kakaknya yang di Kisaran. Lalu aku pun permisi pulang untuk segera menghubunginya, namun dalam perjalanan aku singgah ke sebuah wartel dengan maksud untuk menghubungi penyiar radio tadi, dan aku mengatakan padanya bahwa berita yang ku baca itu ternyata memang dirinya (karena saat pertama aku cerita padanya tentang kejadian itu, dia sempat menceritakan perasaan yang aku alami kepada para pendengar radio itu).
Sesampai di rumah aku langsung menghubungi nomor kakaknya di Kisaran, saat telepon di jawab, kakaknya langsung yang menjawab dan aku pun mengatakan pada kakaknya bahwa aku teman nova dari Medan. Setelah telepon sudah dengannya dan aku berbicara padanya, duh.... dia sambil menangis menerima telepon dariku (mungkin dia pun tak mengira itu telpon dariku).

 Aku pun menceritakan bagaimana aku bisa mengetahui semua ini, dan dia pun menceritakan keadaannya dan kejadian yang di alaminya. Setelah semuanya diceritakan aku hanya berpesan padanya apa-apa yang mungkin baik untuk di jalaninya. Sejak saat itu aku merasa makin menyayanginya dianya pun berkata begitu padaku, sampai saat ini kami masih saling menyayangi walaupun belum ada sebuah ikatan yang resmi tapi kami telah saling memiliki.
Dan semua itu perlu pembelajaran pada diri masing-masing, untuk melangkah ke arah yang lebih baik, memiliki suatu komitmen yang jelas tanpa ada rasa yang menjadi permasalahan nantinya kelak.
Di mulai pada masing-masing diri untuk menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai kesempurnaan cinta agar memiliki kesempurnaan hati yang abadi.



 (sejak kejadian itu aku merasa yakin kepadanya dan mungkin bisa di bilang kami masih berjodoh untuk dipertemukan kembali. Semua sudah di atur yang maha kuasa, bagiku itu kejadian yang berarti bagi diriku, karena jika tidak, mungkin aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi. Aku hanya meninggalkan harapan padanya, harapan untuk memiliki hati satu sama lain)

menjalani waktu dan hari-hari dengan keikhlasan
tanpa menyesali semua yang telah dilakukan
melangkahkan jejak tuk sesuatu yang sempurna
mengarungi jalan penuh harapan
tanpa ku tahu sisa tidurku
hanya menunggu dalam relung hati
saat ku bangun dari kehampaan
bayangan hati terus mengiringi
setiap langkah-langkah yang ku miliki
jika mungkin kusesali
tak kan ku ulang dalam mimpiku
jika ku tak mampu meraih
ku berjuang dalam kesunyian
dan gelap malam yang membawa
langkah hati yang mencari
perasaan yang terkubur sepi

cerita ini merupakan perjalanan waktu yang aku jalani dalam sebuah waktu, dan cerita ini merupakan kejadian nyata yang aku tuangkan dalam secarik kertas. Tanpa ada menambahi hal-hal yang tidak terjadi mestinya. Semua cerita perjalanan hidup waktu ini hanya sebagian yang ku tulis. Masih ada cerita-cerita lain yang bersamanya, dan aku kan mencoba menulis cerita-cerita yang bisa menjadi pengalaman hidup bagiku.
Sekian dariku, inilah aku yang aselalu mencoba untuk tetap apa adanya (adanya apa???? J)
Dari waktu yang aku ketahui untuk melangkah....................
waktu yang di jalani merupakan perjalanan hidup yang menjadi langkah setiap insan, tanpa pernah tahu arah yang akan di pilih untuk sisa jejakmu semakin kuat keinginan hati untuk menemukan jejak langkah yang masih terbaca pikiran.

            reva_ndre 

*Mengenang 4 bulan kepergian abang tercinta :)
Tulisan diatas adalah cerpen kisah nyata punya abang saya. Saya dan Alm. Abang sama2 punya hobi menulis, tapi tulisan abang saya lebih picisan ^^
Tahukah? lumayan pening baca cerita picisan ala si abang -____-
Baiklah bang, suka tidak suka, ceritamu sudah kuposting di Blogku. Pan dirimu sudah tak mengurusi kehidupan dunia lagi, jadinya gak bisa protes. Hehehe . . . :)

30 Okt 2012

~Insya Allaah Bulan Mei

Abang : "Lu, calonmu katanya ada, orang mana?"

Lu: "Hah? sapa yang bilang? mana ada calon aku"

Abang: "Oh, waktu lebaran kemaren bilang sama eka, ada. Aku gak jadi habis lebaran."

Lu: "Haha..canda aja itu, Hm...kemaren ada yang mau ma aku tapi aku gak mau. Hoho..."

Abang: "Jangan mau yang tua2 atau duda. Aku nikah bulan 5 jadinya."

Lu: "Alhamdulillah... akhirnya, seneng diriku dengernya "

Abang: "Siapkan bantuan aja. Materil or imateril"

Lu: "Baiklah, Aku bantu doa aja ya. hohoho..."

Abang: "Setidaknya souvenir. kata mama mau ke jakarta dulu kan, ntar cari disana, yang gak ada modelnya di Medan."

Lu: " -______-' Tekorlah bandar. hahhaha..."

-----------------------------------------------------------------------
Ini percakapan antara aku dan Alm. Bang Aan 1 tahun yang lalu. Ketika ia sedikit menceritakan bahwa pernikahannya dipercepat. Karena rencana awalnya abang mau nikah sehabis lebaran tahun ini. hem. . . Mungkin semacam pertanda juga dari Allaah, hingga acara nikahannya abang dipercepat menjadi bulan Mei. Setelah sebelumnya direncanakan sehabis lebaran tahun ini. Takdir mengatakan kalau abang menghembuskan nafas terakhirnya justru dibulan Ramadhan, tepatnya 27 Ramadhan. Beberapa hari menuju hari Lebaran. Hehe. . . gak kebayang kalau misalnya itu nikah jadi dilaksanakan ba'da lebaran. Kuasa Allaah memang gak ada yang bisa nebak. Segalanya diluar Logika kita manusia. Tinggal kitanya aja yang kudu memahami juga menyadarinya, mengambil hikmah dari tiap peristiwa. Pahami dan sadari bahwa rencana Allaah jauh lebih indah dari rencana-rencana yang pernah kita bangun untuk kehidupan kita. Ingatlah bahwa Dia jauh lebih berhak mengatur kehidupan kita. :)

14 Okt 2012

Lelaki Penyendiri. . .

Status si Abang di FB
"Kadang tanpa disadari, dikota ini hanya aku sendiri dari saudaraku yang lain. Rindu ketika dulu si Aan kecil bergaduh dengan si bayu kecil, si lala kecil bergaduh dengan si lulu kecil, si kakak saja yang jadi penengah, walau kadang ikutan juga."

Tuh kan, makanya dari kemaren tuh aku pengen pulang. Jadi sakit, badan meriang2. Obatnya cuma satu, PULANG! PULANG ke MEDAN!
anak mama papa semua pada hijrah,
Anak pertama di Tangerang ikut suami, si Abang tinggal di Medan sendirian tanpa kami, anak ketiga di Kuala Lumpur ikut suami (Nasib lah punya suami orang sana -___-'), trus aku terdampar di Tangerang tempat kakakku yg anak pertama, yg terakhir adekku juga di Tangerang. Tapi bentar lagi mau ke Subang, mau kuliah disitu. jadi mama papa abang, mereka cuma bertiga di rumah.
Hm...Seperti apa wujud kamarku??? Udah setaun lebih aku tinggal.
Udah 2 tahun ini juga aku hidup No maden. -______-'
Klo gak di bolehin pulang, mending gak pulang sekalian (ngambek mode on)

Sabar... sabar.....
hm....ceritanya masih Homesick!!

Anak2nya Mama n Papa

1. Shindie Aprilia Asmara alias kak Iin

2. Andrie Meissa Anggara alias Bang Aan

3. Fitra Yunia Untari alias Kak LaLa

4. Lusia Seftie Arini alias LuLu

5. Bayu Febrie Andhana alias Bayu   

-------------------------------------------------------------------------------



Ini tulisan lamaku yang aku copas dari blogku yang satu lagi, Multiply. Tulisan yang aku buat tanggal 2 Januari 2012. Waktu itu aku habis buka FB, dan melihat status yang dibuat alm. Bang Aan. hemm.... Emang akhir2 ini kerinduanku sedang memuncak pada sosoknya. Kalau keingetan selalu gak bisa membendung air yg jatuh dari mata.

Ketika status itu tercipta, benarlah hanya ia sendiri di medan bersama kedua orangtua. Sedang saat itu aku berada di perantauan. Ini tentang kerinduan, kerinduan berkumpul bersama. Aku tidak ingat kapan terakhir kali kami semua berkumpul bersama dengan lengkap. Dan untuk mengharapkan agar kembali lagi seperti dahulu sudah tak mungkin. :( (*Yaaahh . . . . beneran cengeng ini si aku.

Aku rindu bersandar di punggungnya saat lelah, atau rindu sosoknya yang selalu mengganggu tidurku disiang hari.
Benci saat keadaan lagi sendiri gini, memori kisah lalu terus membenak. Oh Rabbi. . . hapus saja rindu ini jika ia luka. Karna terlalu sesak untuk kurasa. . .


Lelaki Penyendiri . . .
"Rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilikinya. . . ."

27 Sep 2012

#Hanya Sesaat


Hanya sesaat, kebersamaan kita yang paling akrab. Saat kebencianku yang paling karat begitu cepat melarat dimakan rayap-rayap waktu padamu. Aku membenci lakumu, bukan pribadimu, karna-Nya. Dan aku pun mencintaimu karna-Nya, karna ikatan pertalian darah diantara kita.

Hanya sesaat, kebersamaan kita yang paling pekat. Saat punggungmu kujadikan tempat bersandar diujung lelahku. Saat tubuhmu kurangkul kuat kala kutakut terjatuh. Dan kau tak mengeluh karena itu.

Hanya sesaat, kebersamaan kita yang paling rekat. Saat aku benar-benar menyadari bahwa aku memilikimu sebagai pelindungku. Saat aku pernah berpikiran bahwa kelak kaulah yang kan menggantikan peran ayah disisiku untuk pernikahanku kelak, jika ternyata ayah tak mampu melakukannya untukku. Dan meski sekarang akupun harus menyadari lamat-lamat, berdiri dengan kuat-kuat, karena ternyata Allaah lebih mencintaimu, Allaah lebih menginginkanmu untuk segera kembali disisi-Nya.

Hanya sesaat, kebersamaan kita yang paling kuat. Saat kugenggam jari jemari tanganmu ditengah malam sebelum pernikahanmu. Aku mengeluh, betapa sudah mengantuknya aku malam itu, dan kau belum juga pulang kerumah untuk kubersihkan badanmu, untuk ku inaikan kuku di jari jemarimu. Ku usap-usapkan tanganku ke sekujur badanmu yang penuh daki. Ku poles-poles pewarna kuku alami. Ku kipas badanmu agar tiada keringatmu membasahi taburan obat pengantin yang ku olesi keseluruh badanmu. Disaat itu kusadari, baru kali itu aku sedekat itu padamu.

Hanya sesaat, kebersamaan kita yang paling dahsyat. Saat kurangkul mesra tanganmu dengan tak ingin melepaskannya segera. Saat kuhanya ingin berdiri disampingmu diantara kanopi indah pelaminanmu. Dan tak pula ingin menegakkan kepalaku yang bersandar dibahumu.

Hanya sesaat, kebersamaan kita yang paling cepat. Saat akhirnya Dia memanggilmu kembali kepangkuan-Nya. Dan tak menyisakan sedikit waktu pun untukku melihat hembusan nafas terakhirmu. Setidaknya, Aku menyadari kepergianmu lebih dulu dari yang lainnya.

Hanya sesaat, kedukaan menyelimuti langit qalbuku yang sekarat. Dan biarkan malam ini hujanku membasahi bumi madani. Biar aku bermandi dalam tangisan. Sesekali merinduimu dalam sesak, menjadi pribadi tegar diantara ribuan pasang mata.

Hanya sesaat kebersamaan kita berulang lewat misykat. Cukup lewat mimpi kau hadirkan jasadmu. tanpa suara, tanpa canda, tapi kau tersenyum disana. Lama kau tak hadir dimimpiku. Bahkan saat awal kepergianmu tak sekalipun kau menghampiriku lewat mimpi. Beberapa waktu belakangan ini, kau hadir dengan senyum lewat mimpi. Bagiku, itu sudah cukup. Amat sangat cukup. Setidaknya aku masih bisa melihatmu, meski hanya lewat mimpi.

Maaf, malam ini aku menjadi begitu cengeng.  Tak ada punggung untuk tempat yang kujadikan sandaran lelahku. Tak ada bahu yang bisa menampung berat beban yang ada dikepalaku. Tak ada. Aku tak memilikinya, Aku tak menemukannya. Aku hanya sangat kehilanganmu, kehilangan sosok abang dalam hidupku. Aku kehilangan orang yang bisa melindungiku.

Rabb. . . . kuatkan aku dengan kekuatan-Mu. Tangguhkan aku dengan ketangguhan-Mu.
Hilangkanlah duka ini. . . Gantilah segala yang hilang dengan pengganti yang lebih baik dari-Mu.
Ajari kami arti ikhlas, Ajari kami makna memiliki. Tiada daya dan upaya kami melainkan dengan kekuatan-Mu ya Rabb. . .
Lindungi bang Aan, Jagalah ia dengan penjagaan-Mu, Rahmati dan Ridhoilah ia, terimalah segala amal ibadahnya disisi-Mu.
Aamiin. . .


*Kehilangan akan mengajarkan kita arti memiliki yang sesungguhnya. innalillahi wa innailaihi rooji'un. Segala yang datang dari Allaah maka akan kembali pula pada-Nya. Milik-Nya lah segala sesuatu yang ada didunia ini. Kita hanyalah sebagai titipan-Nya didunia ini.

26 Sep 2012

Kabar Langit ~27 Ramadhan

"Lu . . . cepat pulang dek. Pulang sekarang ya dek. Bang Aan gak bisa ngapain-ngapain lagi. Udah gak gerak lagi."
"Kenapa kak? trus mau diapain? apa mau di ruqyah?"
"Iya dek. Carilah kawan adek yang bisa ngeruqyah."
"Oh, ya kak. Bentar lu cariin ya."
-------------------------------------------------------------
"Pak saya permisi pulang deluan, abang saya sakit parah."
"Oh, ya udah bu. Silahkan"
-------------------------------------------------------------
"Pak, punya kenalan yang bisa ngeruqyah gak? abang saya parah katanya. Udah gak bisa ngapain-ngapain lagi."
"Ada bu, bentar saya coba hubungi dulu."
-------------------------------------------------------------
-Di jalan pulang, motor laju kukendarai. Melewati celah-celah yg bisa kulalui. Namun. . . . Oh Robbi, macet!!!! Ini bulan puasa, hampir setiap perusahaan memberlalkukan pulang lebih awal. "Kenapa jam segini pun macet? bukan kah biasanya jam 5 baru macett????"
--------------------------------------------------------------
Sampai di rumah.
Kak Iin keluar menuju pintu depan, dengan wajah sendu berurai air mata. Aku parkirkan kereta di teras rumah. Masuk ke dalam rumah dengan tergesa. 
"Mana bang Aan??"
"Itu dek.", Seru istrinya
"Sebentar lu wudhu' dulu." (Berwudhu' hendak membacakan Kalam Allaah didekat abang)
Dengan cemas sambil membasuh tubuh dengan wudhu'. Selepas wudhu', aku pun bergegas masuk ke kamar dimana abang terbaring diatas lantai. Ku ambil Qur'an dari dalam tasku. Belum sempat Quran itu kubuka untuk kubaca, langsung kuletakkan diatas meja. Tubuh abang lain, pikirku. Seperti tidak bernyawa. Dan . . . Dimana nafasnya? Tak kulihat gelombang naik turun desah nafas dari perutnya.
Lalu kuperiksa nadinya, berulang kali. nadiku pun kuperiksa sebagai bahan perbandingannya. Nadiku berdenyut. Sedang nadinya, kosong! Rabbi. . . . dimana denyut nadi itu?? kukirimkan sms ke sahabatku nurul, Nurul mencoba menenangkan. Coba periksa nadi lehernya lu, yang itu lebih akurat. Tidak au lakukan. Ku tempelkan rapat-rapat telingaku ke dada abang. Mencoba merasakan detak jantungnya. Kulepaskan-kutempelkan-kulepaskan-kutempelkan lagi, orang disekelilingku ku minta untuk diam, karna aku sedang konsentrasi dengan pendengaranku yang menempel didada abang. Tidak, detak jantungnya pun tidak kutemukan, satu degub pun tak terdengar, meski yang terlemah sekalipun.
"Innalillaahi. . . . . . iinnalillaahi wa inna ilaihi rooji'un", kataku pelan. "Bang Aan udah gak ada", katalku tegar.

Mama dan adikku menangis histeris. Adikku Bayu memeluk mama. Mama Shock mendengar kalimat yang terucap dari bibirku. Om/ pamanku pun menangis, memanggil-manggil abangku. Sepupuku Deni menampar-nampar abangku, menyuruh agar ia segera bangun. Tapi itu tak mungkin. Abang sudah tidak bernyawa lagi. Menangis. . . kamarku ini diselimuti dengan hujan. Mendung yang sudah kurasakan sejak beberapa waktu yang lalu.

Masih antara sadar dan gak sadar, seisi rumah belum sepenuhnya mempercayai kalimatku. "Untuk lebih pasti, kita bawa ke rumah sakit. Minta diperiksa sama dokter. Semuanya setuju. Aku berulangkali menghubungi sahabatku Angga untuk memastikan Ambulance. Tapi, ternyata ambulance-nya semua sedang beroperasi. Tak berapa lama, abang ipar pulang membawa serta  mobil kantornya. Abang diangkut dengan mobil menuju Rumah Sakit Pirngadi Medan. Awalnya aku ingin ikut, tapi niat kuurungkan setelah papa memintaku untuk di rumah saja.

Kuputuskan untuk merapikan ruang depan. Memeindahkan barang-barang yang ada ke kamar belakang. Aku meminta adikku untuk membantuku. Feeling ini tak pernah bohong. Dan benarlah, beberapa menit kemudian om/pamanku datang membawa kabar duka dari langit, langit memang kala mendung hari itu, "Abangmu udah gak ada." Dan . . . pecahlah tangis yang kutahan sejak tadi.


"Kullu nafsin Dzaa iqotul maut". . . 
Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati.
Qur'an

Malam Jum'at, 27 Ramadhan
Bang Aan meninggal diwaktu dan dihari yang baik,
Meninggal pun dalam keadaan yang baik pula,
Lewat penerimaan atas sakit yang dideritanya
Lewat keikhlasan atas apa yang menimpanya.
Ya Rabb. . .
Jadikan kami Ridho atas segala yang menjadi ketetapan-Mu
Jadikan kami ikhlas atas apa yang pernah Engkau titipkan pada kami.


12 Sep 2012

Rinduku Memar dihantam Batu

Jika embun yang menguap laksana kerinduan yang kuharap terbang hingga ia lelap, maka biarkan embun itu jatuh meski tak kuinginkan diwaktu yang tak tepat. Namun Rabb... kuharap rindu ini lenyap, selenyap kehadirannya dalam kehidupan kami. Secepat kepergiaannya dari perjalanan hari-hari kami.
Maafkan aku Rabb, jika nyatanya rinduku menjadi begitu mabuk dipenghujung sisa usiaku. Dan aku menjadi begitu cengeng dintara senja yang masih kelabu seperti senja yang lalu.

Aku kuat di depan ibu, di depan ayahku, di depan saudara-saudaraku. Namun aku tak cukup kuat di depan bayanganku sendiri.
Dan rinduku mengantarkan lelehan airmata yang tak kusadarkan saat jatuhnya. Aku rindu, rindu... hanya itu yang aku tau. Sedang batinku berbisik sendu, Adakah abang yang akan mengantarkan kue tart esok hari saat senja tiba? Adakah boneka kelinci berwarna merah jambu yang kan kuperoleh lagi? Atau sekotak coklat dan teh rasa srawberry? ----- Tidak. Tidak ada jawabannya. Sedang aku terus mengulang-ulang tanya dimana takkan pernah lagi kutemukan jawabannya disini.
Rabbi.... aku rinduuu, rinduuu, kenapa air mata ini tak mau berhenti. Sedang pusara abang masih basah disana oleh air hujan, sedang kebersamaan terlalu singklat kurasakan.

Tidak, tidak akan ada yang mengerti. Sedang rasaku kian memar dihantam batu kerinduan. 
Dan disini, hujan masih tak henti membasahi asaku yang kosong.

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...