Hendak menangis?
kenapa?
bukankah duka itu tak abadi?
kepedihan,
Kosong!
rasa sakit,
Fana!
Aku lupa kapan terakhir kali kau berpetuah.
Mengingatkan aku yang terlupa,
Aku bahkan tak mengingat setiap petuah
Jika ternyata semua hanyalah dusta belaka.
Haru?
Pilu?
Seperti itukah ia kuat menggebu?
Ada yang salahkah dengan imanku imanmu?
Mungkin yang satu buta dan yang satu masih melihat.
menurutmu ini tentang apa?
Bahkan janji mentari pada pagi pun tak abadi.
Ya sudahlah...
Kita ini para pejuang kehidupan,
satu tujuan, Ridho Tuhan.
Ketika satu terjatuh, yang lain terhempas dan terabaikan.
maka ia kan berdiri kembali utuh.
Tidak ada yang hancur, pecah atau berserakan.
Keimanan bukan ibarat gelas,
Bukan. Bukan! karna ia terlalu rapuh untuk diumpakan seperti itu.
Tuhan tidak sedang tidur.
Ia mendengar, melihat dan mengawasi.
Ah,... kita memang tak pernah luput dari pengawasan-Nya.
kau tahu? kita sedang diawasi!!
Kita tak melihat, tapi Ia Maha Melihat.
duh Gusti....
hamba-Mu ini berlaku curang lagi,
lupakah atau tak mau peduli dengan peringatan-Mu?!
satu detik dari sekarang adalah masa lalu.
seharusnya kami paham akan hal itu.
lalu jadilah pribadi baru.
tapi sepertinya itu tidak begitu,
Apakah berlaku tiap kata yang terucap dari laku yang kelu?
bicara emang teramat mudah.
tapi pada faktanya, orang tak siap menjalankkan realita kata
Prihatin!
kecemasan, kekhawatiran, meringkuk dalam satu nafas bertemakan gundah.
duh, Gusti....
Andai kami semua benar-benar paham untuk hidup yang benar,
bersikap
yang benar, makan dan tidur yang benar, bekerja yang benar, mencintai
dengan benar, membenci dengan benar, bercanda dengan benar, pasti kami
juga menjadi orang yang benar.
Banyak diantara kami yang terlena dengan dunia dan segala isinya.
Harta, tahta, wanita...
kami lebih suka merangkai kata lewat dusta.
KEJUJURAN bukan utama?!
Ah, dunia..dunia....
kita sering lupa siapa kita,
merasa hebat dengan hari-hari kita.
Mengumbar JanJi disana-sini,
menebar hati disana-sini
menunggu kepastian diantara ketidakpastian,
Ah...rasanya konyol sekali!
Peringatan-Nya kita abaikan, padahal kita baca diawal pagi hingga jelang petang
berlagak memahami, padahal tak pun kita amalkan.
Lisan mengucap al Quran tapi mengerjakan amalan syaithan.
duh Gusti.....
Astaghfirullahal azhim....!!!!!
Cinta kepada makhluk membuat kami begitu takluk,
hingga melupakan cinta yang sesungguhnya pada-MU,
duh Gusti...!!!
Lisan kotor ini mengaku Cinta pada-Mu!
Tapi hati terus mendua dan memainkan perannya dengan cinta selain-Mu.
bahkan mengaku semua ini karena-MU.
duh Gusti...!!!
Lisan kotor ini berdusta lagi!
Setiap hari kemunafikan menjadi pribadi kami,
bahkan sepertinya sudah mendarah daging.
"Cintamu pada sesuatu membuatmu buta dan tuli." (Hadits Riwayat Tirmidzi)
Banyak yang buta, dan menjadi tuli.
Suatu
keburukan dianggap kebaikan, dan pura-pura tak mendengar setiap
lantunan nasihat yang datang menyapa. Bahkan yang meminta nasihat pun,
tak dengan sungguh-sungguh menginginkannya dan menyimaknya.
kepala mengangguk pasti, namun hasrat tak jua henti bermain hati.
Astaghfirullah...
Na'udzubillahimindzalik,
"Maka
apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang
buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang
tidak ditipu oleh setan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka
janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. Fathir: 8)
“Janganlah
kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS. al-Israa’ : 36).
Allahu'alam
10.11~