Mengetuk pintu malam
Dikala tubuh hujan menggigil kedinginan.
Menghanguskan kalam yang terbata kehausan
Hitam. Oleh noktah yang berhembus perang
Menggauli roda kelambu biru.
Sayup sayup malu terdengar suara itu
Mendikte semu keluguan deru
Sucikan mata dicucuran bejana bambu
Dibawah gerabah pondok tua yang terbuka menganga
Diladang, tempat aku pernah terkapar.
Memar.
Tubuhku biru tertampar suhu kamar
Dalam khalwat dengan-MU tadi malam
Yang mengukir prasasti hujan.
Tik. . .
Tik. . .
Tik. . .
Hujan masih berkumandang dilangit qalbu.
Tersipu, membelai nafas.
Ashar, 21 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^