tak perlu merogoh kocek kami dikantung yang beerlubang
Nyatanya. . .
kami memungut ilmu diatas puing genteng yang rubuh tadi malam
;diterjang badai
Langitnya ompong dicopot zaman
Matahari menantang, kelas lepas terang benderang
Bila hujan riuh telentang, basah buku buku melepuh riang.
Robot zaman nyaring berdendang
“. . . sekolah gratis disana sini . . .”
Disana gratis; disini miris
Disana. . .gedung gedung tinggi dikota raja raja
Disini. . . kayu kayu reot dimakan usia duduk didesa kaum jelata
Tanpa alas kaki, kami daki ilmu bumi
Menyapih sungai, membaur hutan, kami kejar mimpi mmpi
Ditengah ladang masih ku dengar tuan berdendang
“ . . .sekolah gratis disana sini . . .”
Disana gratis; disini menangis
Bangku bangku jati kami dijarah tuan kompeni,
Mana tuan peduli!
Bekal tuan BOS pun memipih ditiap terminalnya
Menanti hari memupus diladang kerontang.
Tuan masih berdendang di gerimis malam dengan suara sumbang
Entah untuk siapa.
O. . . tuan!
Wasiat ratu adil cuma jadi semboyan tirani dipojok derita ini
Tenunan korupsi masih menyihir bumi pertiwi
Melukis warna warna kelam cakrawala pendidikan negeri.
Masih. Kami berteriak dalam kepedihan yang paling kerak
Menambal pendidikan negeri biar tak retak.
Masihkah tuan mengelak?
Saat kami minta persamaan hak yang soak karna terkoyak!
;dibalik dusta dusta yang kian menyerak.
*O. . . tuan!
Kita memang tak pernah betul betul serius membenahi dunia
pendidikan negeri.
Ruang Hati, 6/7 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^