Ini hari ketiga ruanganku dan sekitarnya kotor berdebu. Setelah beberapa waktu mencoba mendiamkan "Bagian yang mempunyai kewajiban" terkait tugas harian yang biasa dilaksanakan beliau. Sabtu, sepulang kerja aku hanya sempat membersihkan meja kerja. Menyisakan lantai yang berdebu. "Ah, nanti juga bakal disapu, pikirku". Tapi ternyata dugaanku meleset. Senin pagi kulihat ruanganku masih sama seperti sabtu siang saat aku meninggalkannya. Kotor, berdebu, memo kecil yang tak dipergunakan lagi itu masih tergeletak diatas lantai. "Tidakkah seharusnya ruangan ini dibersihkan setiap hari?", retorikku dalam hati. Kemana yang mempunyai kewajiban? Aaahh.... sudah, aku biarkan saja. Aku fokuskan untuk membersihkan ruanganku sendiri. Menyapunya, hanya saja tidak sempat untuk ku pel.
Selasa,
Ternyata masih sama. Ruanganku sama seperti saat aku tinggalkan kemarin, pun disekelilingnya. Berdebu yang semakin menambah debu. Terang saja debu itu semakin bertambah, secara sejak sabtu tidak dibersihkan. Astaga... apa-apaan ini? Masih mencoba mendiamkan suasana, aku kembali merapikan meja kerjaklu sendiri. Tapi tidak untuk yang lain. Kubiarkan, akan kulihat esok hari seperti apa lagi ruangan ini.
Rabu,
Hari ini, aku datang lebih awal. Sebenarnya hendak mengerjakan laporan. Memindahkan pembukuan dari awal juli sampai tanggal sepuluh juli ke software akuntansi yang kemarin baru saja dibeli. Namun saat menjejakkan kaki di lantai dua, masih sama saja kenyataan yang aku temukan seperti hari-hari sebelumnya. Bahkan debu-debu itu semakin berpesta pora. Semut pun ikut merayakannya dimana-mana. Cukup sudah pikirku. Menunggu orang lain untuk bergerak itu melelahkan, meskipun hal itu adalah kewajibannya. Lebih baik aku yang kerjakan. Kumulai dari ruanganku sendiri, membersihkan mejanya dari kertas dan debu-debu, menyapu setiap sudut ruangan, setiap sudut anak tangga yang penuh debu. Semoga dengan begini, yang mempunyai kewajiban menyadari sesuatu yang harus dikerjakannya. Sebab aku tak bisa terlalu lama menunggu bersama debu-debu yang kian hari kian beribu.
Selesai menyapu, saatnya untuk mengepel, aku butuh ember. Saat meminta ember, barulah kemudian yang mempunyai "kewajiban" turun dari lantai tiga beserta ember yang aku minta. Sedikit "segan" memberi, menghalangi. "Ini tugas saya bu", katanya. "Sudah berapa hari yang lalu?", batinku. Semoga hal ini bisa menjadi pelajaran baginya. Untuk melakukan setiap apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik.
Menyindir lewat perbuatan itu lebih baik dan akan lebih "ngena" didiri orang yang kita sindir. Hm... Semoga, esok dan seterusnya tak kutemukan lagi butiran debu dipagi hari saat aku sampai diruangan ini.
#Kebersihan sebagian dari Iman
Bila kebersihan tak tercipta disekitarmu, mungkin ada yang bermasalah dengan imanmu.
Office
12.7.12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dua beda
Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta. Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana. Me...
-
Siapakah yang Ukhtiy pilih? Shared via AddThis
-
Seorang pejuang yang paling diburu tentara elit istana akhirnya tertangkap hidup. Ia tertangkap setelah beberapa panah menembus kaki kiri ...
-
Noney : Lu, Apel apa yang bisa nyanyi? Lu : -,-' (mikir) unghh. . . apa ya? Noney : Apelangi pelangi alangkah indahmu . . . Lu : Nge...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^