4 Jun 2012

Learn From The Past


Dalam hidup, suatu saat kau akan merasakan bahwa tiba-tiba saja kau merindukan orang-orang yang pernah hadir dalam hidupmu. Orang-orang yang selama ini mungkin telah kau siakan-menurut mereka. Orang yang dengannya kau pernah tertawa bercanda, bahkan mungkin menangis bersama. Hanya saja mungkin, karena keadaan atau hal lain yang mungkin orang-orang tidak mengerti- maka kau memutuskan untuk pergi darinya. Pergi tanpa memberi kabar sedikitpun. Tanpa penjelasan apapun. Hingga mereka mengumpatimu yang tiba-tiba saja hadir dan tiba-tiba pula menghilang. Mereka mengumpatimu atas laku yang kau tebarkan. Sedikit yang akan memahamimu, sedikit yang akan memberikan permakluman atas sikapmu, dan sedikit pula dari mereka yang tidak akan “memarahimu” saat kau kembali menyapa mereka.

Pernah kah kau menghilang dari orang yang dulu pernah hadir dalam hidupmu? Aku pernah. Dan saat kembalinya ku menyapa, yang kudapat adalah... hm.. seragam tanya untuk penjelasanku atas kepergianku yang tiba-tiba. Lalu setelah itu, lontaran umpatan atau “menyalahkan” di arahkan kepadaku. Aku salah? Tentu, baginya aku yang bersalah. Bagiku? Aku tau aku salah, sebelum benar-benar pergi dari orang tersebut, aku minta maaf padanya. Kenapa aku pergi darinya? kau tau... semua ini di ibaratkan, ketika kau mencari pijar dalam kegelapan, kau merasa saat itu kau membutuhkan cahaya untuk menerangi jalanmu. Kau menemukan sebuah pijar, namun kau tak tau pijar itu milik siapa. Kau mengambilnya, dan membawanya untuk menerangi jalanmu. Namun, ditengah jalan kau tersadar. Karna kau merasa bahwa itu suatu kekeliruan. Kekeliruan yang nyata. Karna pijar yang kau genggam itu bukan milikmu. Dan disaat yang sama kau menemukan Cahaya yang sebenarnya kau cari selama ini. Cahaya yang bercahaya. Yang menerangi jalanmu, Yang menuntunmu perlahan menuju tempat-Nya. Saat kau menemukan Cahaya itu, kau pun mengembalikan pijar itu pada tempatnya. Aku pergi untuk-Nya. Untuk meraih Cahaya-Nya. Jika ia- yang kutinggalkan- tak memahami alasanku, biarlah. Aku yakin Dia lebih baik untuk kutuju. Daripada pesona dunia yang hanya membuatku jauh dari-Nya.

Aku pernah, dipersalahkan atas tindakan yang bukan kulakukan. Menjadi tertuduh atau terdakwa atau apalah namanya.  Bagaimana keadaanku saat itu? Tersudutkah? Terpojokkah atas penyalahan yang sebelah pihak? Singkat. Jawabku T-I-D-A-K. Mungkin yang menyalahkan hanya belum mengerti. Belum memahami sepenuhnya. Doaku hanya satu pada-Nya... “Semoga Dia memberitahumu dengan cara-Nya”.

Entah, apa ia sekarang sudah menemukan hikmahnya atau tidak. Yang pasti, kehidupan ini hanya perputaran. Kesakitanmu hari ini, mungkin kan menjadi kesakitanku dimasa mendatang. Kebahagianmu hari ini, mungkin akan menjadi kebahagiaanku di esok hari. Kehidupan yang kujalani hari ini menjadi sebab akibat dari kehidupan yang kau jalani sekarang. Semua saling berhubungan. Hanya saja kita sering tak menyadarinya. Mungkin, begitupun denganku.

Bukankah akan lebih baik jika kita bersyukur?
Kebahagian akan menjadi milikmu selama kau menginginkannya, kesakitanpun akan terus mengikutimu selama kau tak pernah pergi darinya. sekarang, semua kembali pada dirimu, pilihan ada ditanganmu sobat.

Aku ingin sekali mendengar kau atau kita sama-sama mengucapkan “Selamat tinggal masa lalu, lihatlah aku hari ini, menjadi Luar Biasa karenamu.”

Dan... jika pagi datang, jangan menunggu senja tiba. Sebab harimu adalah hari ini kawan. Kesalahan dimasa lalu jangan pernah diulang, belajarlah darinya. Hari kita adalah SEKARANG. Maka, aku hanya akan hidup hari ini.


*Sang Pembelajar ^^9
4.6.12

(2~Empat | 2~Delapan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...