Dalam hidup, suatu saat kau akan merasakan bahwa tiba-tiba saja kau
merindukan orang-orang yang pernah hadir dalam hidupmu. Orang-orang yang selama
ini mungkin telah kau siakan-menurut mereka. Orang yang dengannya kau pernah
tertawa bercanda, bahkan mungkin menangis bersama. Hanya saja mungkin, karena
keadaan atau hal lain yang mungkin orang-orang tidak mengerti- maka kau
memutuskan untuk pergi darinya. Pergi tanpa memberi kabar sedikitpun. Tanpa penjelasan
apapun. Hingga mereka mengumpatimu yang tiba-tiba saja hadir dan tiba-tiba pula
menghilang. Mereka mengumpatimu atas laku yang kau tebarkan. Sedikit yang akan
memahamimu, sedikit yang akan memberikan permakluman atas sikapmu, dan sedikit
pula dari mereka yang tidak akan “memarahimu” saat kau kembali menyapa mereka.
Pernah kah kau menghilang dari orang yang dulu pernah hadir dalam
hidupmu? Aku pernah. Dan saat kembalinya ku menyapa, yang kudapat adalah...
hm.. seragam tanya untuk penjelasanku atas kepergianku yang tiba-tiba. Lalu setelah
itu, lontaran umpatan atau “menyalahkan” di arahkan kepadaku. Aku salah? Tentu,
baginya aku yang bersalah. Bagiku? Aku tau aku salah, sebelum benar-benar pergi
dari orang tersebut, aku minta maaf padanya. Kenapa aku pergi darinya? kau
tau... semua ini di ibaratkan, ketika kau mencari pijar dalam kegelapan, kau
merasa saat itu kau membutuhkan cahaya untuk menerangi jalanmu. Kau menemukan
sebuah pijar, namun kau tak tau pijar itu milik siapa. Kau mengambilnya, dan
membawanya untuk menerangi jalanmu. Namun, ditengah jalan kau tersadar. Karna kau
merasa bahwa itu suatu kekeliruan. Kekeliruan yang nyata. Karna pijar yang kau
genggam itu bukan milikmu. Dan disaat yang sama kau menemukan Cahaya yang
sebenarnya kau cari selama ini. Cahaya yang bercahaya. Yang menerangi jalanmu,
Yang menuntunmu perlahan menuju tempat-Nya. Saat kau menemukan Cahaya itu, kau
pun mengembalikan pijar itu pada tempatnya. Aku pergi untuk-Nya. Untuk meraih
Cahaya-Nya. Jika ia- yang kutinggalkan- tak memahami alasanku, biarlah. Aku yakin
Dia lebih baik untuk kutuju. Daripada pesona dunia yang hanya membuatku jauh
dari-Nya.
Aku pernah, dipersalahkan atas tindakan yang bukan kulakukan. Menjadi
tertuduh atau terdakwa atau apalah namanya.
Bagaimana keadaanku saat itu? Tersudutkah? Terpojokkah atas penyalahan
yang sebelah pihak? Singkat. Jawabku T-I-D-A-K. Mungkin yang menyalahkan hanya
belum mengerti. Belum memahami sepenuhnya. Doaku hanya satu pada-Nya... “Semoga
Dia memberitahumu dengan cara-Nya”.
Entah, apa ia sekarang sudah menemukan hikmahnya atau tidak. Yang pasti,
kehidupan ini hanya perputaran. Kesakitanmu hari ini, mungkin kan menjadi
kesakitanku dimasa mendatang. Kebahagianmu hari ini, mungkin akan menjadi
kebahagiaanku di esok hari. Kehidupan yang kujalani hari ini menjadi sebab
akibat dari kehidupan yang kau jalani sekarang. Semua saling berhubungan. Hanya
saja kita sering tak menyadarinya. Mungkin, begitupun denganku.
Bukankah akan lebih baik jika kita bersyukur?
Kebahagian akan menjadi milikmu selama kau menginginkannya,
kesakitanpun akan terus mengikutimu selama kau tak pernah pergi darinya.
sekarang, semua kembali pada dirimu, pilihan ada ditanganmu sobat.
Aku ingin sekali mendengar kau atau kita sama-sama mengucapkan “Selamat
tinggal masa lalu, lihatlah aku hari ini, menjadi Luar Biasa karenamu.”
Dan... jika pagi datang, jangan menunggu senja tiba. Sebab harimu
adalah hari ini kawan. Kesalahan dimasa lalu jangan pernah diulang, belajarlah
darinya. Hari kita adalah SEKARANG. Maka, aku hanya akan hidup hari ini.
*Sang Pembelajar ^^9
4.6.12
(2~Empat | 2~Delapan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^