hm....Mungkin aku melukai perasaan seseorang lagi. Kembali itu terjadi. Tapi itu juga bukan mauku. Apakah aku harus selalu jadi yang terdakwa atas terlukanya hati "mereka"?
Sedang hatiku cuma satu. Memaafkan aku pun itu takkan cukup menenangkan hatinya yang terluka.
Maaf kawan, jika sapaku hanya menorehkan luka lagi dihatimu. Kau tau aku, dan aku tau kau. Dan kita tak perlu bersenandung jika tak ada nada yang bisa kita mainkan.
***
Aku sedang berusaha keras untuk kembali seperti semula lagi. Aku sedang berusaha, ya..mungkin tak ia lihat. Mereka juga tak akan pahami aku.
Menulis akan selalu menjadi pelarianku kala suaraku tak mampu lagi berkata-kata.
Mungkin karena ia sedang memilih untuk diam, pun aku mengikuti irama diammu. Yang menjelma kebisuan dalam sepinya hari diantara rentetan cerita pagi dan senja.
Diam bukan berarti tak menyapa, justru keinginan itu kuat menyapa. Namun menahan diri lebih memberikan kebaikan. Sebab jika sudah tak tertahankan, kata-kata yang dijalankan pun menjadi tak beraturan.
Oh.... ini masalah. sesuatu yang mendewasakan manusia jika manusia bisa menjalaninya dengan bijak. Masalahku masih sama, berputar pada poros yang itu-itu saja, belum berubah.
Masih pagi, 09.58 Wib (sampai pada huruf terakhir kata ini), namun sengat mentari sudah berada pada angka 31 derajat celcius. Embun menguap dalam genggaman daun. Namun hujan masih juga belum turun. Hm...kenapa aku jadi mengharapkan hujan yang turun? mugkin karna hujan adalah Rahmat Ilahi Rabbi. Atau mungkin karna aku berharap bisa melihat pelangi. Mungkin karna ia yang mampu manghapus Galauku.
*LotusGarden dalam Hening
6.9.11
Sepekan menjelang angka ganjil kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^