ilang, "gue banget." Ini jenis postingan yang renyah, laris manis.
Saya juga berkali2 menulis di page ini: "cinta tidak membutuhkan mata untuk melihatnya. sama sekali tidak." Mirip dengan quote sebelumnya, dan juga mirip responnya dari kalian. Hanya berbeda redaksinya saja.
Terus terang, saya menyukai dua quote ini, bahkan saya tulis juga di novel2, di buku2. Saya carikan konteksnya--meskipun lebih sering konteksnya ya gitu deh, cerita roman populer kontemporer. Seolah-olah quote ini memang didesain untuk cerita yang begitu saja, kisah cinta-cintaan. Bukan untuk hal yang lain. Seolah memang sedangkal itu hakikat quote tersebut.
Tapi apa memang demikian? Tidak, my dear anggota page, quote ini jelas-jelas didesain untuk keperluan lain, yang malam ini akan saya sampaikan saja kepada kalian. Semoga dengan begitu ada yang mau mengembangkan puluhan quote cinta di page/buku2 ini, sehingga bisa mengambil hikmah yang lebih mendalam--bukan cuma dari kaca mata cerita cinta.
Quote itu sungguh benar. Kita sama sekali tidak membutuhkan mata untuk mencintai seseorang. Kita tidak perlu melihat wajahnya, kita tidak perlu melihat betapa tampan, tinggi, atau gagah perawakannya. Tidak perlu. Kita juga tidak membutuhkan telinga untuk mencintai seseorang. Kita tidak perlu mendengar suaranya yang empuk menenangkan, tidak perlu mendengar secara langsung betapa bijak dan santun tutur katanya, dan betapa benar semua perkataannya. Tidak perlu. Kita tetap bisa mencintainya dengan amat sangat.
Inilah jenis cinta yang amat mengagumkan. Amat mengharukan.
Duhai, yang maha menggenggam seluruh perasaan, yang maha menyaksikan banyak hal, itulah jenis cinta kami kepada Rasul Allah. Kami sungguh tidak pernah melihat sehelai foto beliau. Kami bahkan tidak pernah menatap sedetik gambar beliau. Bagaimana rupawannya beliau. Bagaimana eloknya beliau. Tapi kami tetap mencintainya. Terisak saat menyadari besarnya cinta itu. Apalagi dalam urusan mendengar suaranya, mendengar wasiatnya secara langsung, tidak sama sekali, membayangkannya saja kami tak kuasa, tapi bukan berarti kami tidak bisa menumbuhkan cinta yang besar itu.
Inilah jenis cinta yang amat mengagumkan.
Maka ijinkanlah kami, menunjukkan rasa cinta itu secara benar. Bukan cuma gombal, basa-basa saja. Ijinkanlah kami menambah ilmu, meneladani semua wasiatnya, lantas menegakkan semua teladannya. Rasul kami amat menyayangi anak yatim, maka kami juga akan demikian. Rasul kami amat menyantuni fakir miskin, maka kami juga demikian. Rasul kami mewariskan begitu banyak contoh akhlak terpuji, maka kami juga akan demikian. Dan terakhir--meskipun ini bukan benar2 terakhirnya, Rasul kami amat sederhana hidupnya. Maka kami akan meneladaninya.
Inilah jenis cinta yang amat mengagumkan.
Saya juga berkali2 menulis di page ini: "cinta tidak membutuhkan mata untuk melihatnya. sama sekali tidak." Mirip dengan quote sebelumnya, dan juga mirip responnya dari kalian. Hanya berbeda redaksinya saja.
Terus terang, saya menyukai dua quote ini, bahkan saya tulis juga di novel2, di buku2. Saya carikan konteksnya--meskipun lebih sering konteksnya ya gitu deh, cerita roman populer kontemporer. Seolah-olah quote ini memang didesain untuk cerita yang begitu saja, kisah cinta-cintaan. Bukan untuk hal yang lain. Seolah memang sedangkal itu hakikat quote tersebut.
Tapi apa memang demikian? Tidak, my dear anggota page, quote ini jelas-jelas didesain untuk keperluan lain, yang malam ini akan saya sampaikan saja kepada kalian. Semoga dengan begitu ada yang mau mengembangkan puluhan quote cinta di page/buku2 ini, sehingga bisa mengambil hikmah yang lebih mendalam--bukan cuma dari kaca mata cerita cinta.
Quote itu sungguh benar. Kita sama sekali tidak membutuhkan mata untuk mencintai seseorang. Kita tidak perlu melihat wajahnya, kita tidak perlu melihat betapa tampan, tinggi, atau gagah perawakannya. Tidak perlu. Kita juga tidak membutuhkan telinga untuk mencintai seseorang. Kita tidak perlu mendengar suaranya yang empuk menenangkan, tidak perlu mendengar secara langsung betapa bijak dan santun tutur katanya, dan betapa benar semua perkataannya. Tidak perlu. Kita tetap bisa mencintainya dengan amat sangat.
Inilah jenis cinta yang amat mengagumkan. Amat mengharukan.
Duhai, yang maha menggenggam seluruh perasaan, yang maha menyaksikan banyak hal, itulah jenis cinta kami kepada Rasul Allah. Kami sungguh tidak pernah melihat sehelai foto beliau. Kami bahkan tidak pernah menatap sedetik gambar beliau. Bagaimana rupawannya beliau. Bagaimana eloknya beliau. Tapi kami tetap mencintainya. Terisak saat menyadari besarnya cinta itu. Apalagi dalam urusan mendengar suaranya, mendengar wasiatnya secara langsung, tidak sama sekali, membayangkannya saja kami tak kuasa, tapi bukan berarti kami tidak bisa menumbuhkan cinta yang besar itu.
Inilah jenis cinta yang amat mengagumkan.
Maka ijinkanlah kami, menunjukkan rasa cinta itu secara benar. Bukan cuma gombal, basa-basa saja. Ijinkanlah kami menambah ilmu, meneladani semua wasiatnya, lantas menegakkan semua teladannya. Rasul kami amat menyayangi anak yatim, maka kami juga akan demikian. Rasul kami amat menyantuni fakir miskin, maka kami juga demikian. Rasul kami mewariskan begitu banyak contoh akhlak terpuji, maka kami juga akan demikian. Dan terakhir--meskipun ini bukan benar2 terakhirnya, Rasul kami amat sederhana hidupnya. Maka kami akan meneladaninya.
Inilah jenis cinta yang amat mengagumkan.
----Tere Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^