9 Jan 2011

Istikharah Bukan Sekedar Sholat

Di jalan cinta para pejuang ada isyarat kemandirian dalam pilihan-pilihan itu. Hanya dia yang mandiri lah yang bisa memilih. Setidaknya kita harus memilikidan merasa memilikipilihan kita sendiri. Sebab jika tidak, pilihan-pilihan yang dikendalikan orang lain, pihak lain, atau kekuatan lain akan menyurukkan kita pada kesulitan-kesulitan tak berkesudahan. Mengapa?

Ketika tak ada rasa memiliki pada pilihan sendiri, kita jadi terseret arus, terbawa gelombang dan kita tak mampu melawan hingga tersempyak-sempyak ke batu karang. Kita selalu tak siap menghadapi hal baru. Hati selalu koyak dan pedih. Juga pilu.

Kemandirian. Bangunlah ia sejak dini, agar kita memiliki kuasa atas pilihan-pilihan kita sendiri. Mulailah dari visi yang jelas, masa depan yang terrencana, kedewasaan dan keberanian bersikap.

Di jalan cinta para pejuang, kita selalu berkelana dalam pilihan. Dan itu butuh keberanian.

Dalam setiap pilihan hidup, seorang mukmin beristikharah pada Allah. Tetapi sholat istikharah itu hanyalah salah satu tahapan saja, sebagian dari tanda kepasrahannya kepada apa yang dipilihkan Allah bagi kebaikannya. Untuk dunia, agama dan akhiratnya.

Istikharah yang sesungguhnya dimulai jauh sebelum itu; dari rasa taqwa, menjaga kesucian ikhtiyar dan kepekaan dalam menjaga hubungan baik dengan Allah.

Ketika segala sebelumnya dijalani dengan apa yang diaturNya, maka istikharah adalah saat bertanya. Pertama, tentang pantaskah kita dijawab olehNya. Yang kedua, seperti apa jawaban itu. Yang ketiga, beranikah kita untuk menerima jawaban itu. Apa adanya. Karena itulah sejujur-jujur jawaban. Disitulah letak furqaan, kepekaan khas orang bertaqwa.

Karena soalnya bukanlah diberi atau tidak diberi. Soalnya, bukan diberi dia atau diberi yang lain. Urusannya adalah bagaimana Allah memberi. Apakah diulungkan lembut dengan cinta, ataukah dilempar ke muka penuh murka.

Bisa saja yang diberikan sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Dan bisa saja yang diberikan pada kita berbeda dari apa yang diharap hati, tapi rasanya jauh melampaui. Disitulah yang kita namakan barakah.

Di jalan cinta para pejuang, ada taqwa yang menjaminkan barakah untuk kita...

Maroji’: Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A. Fillah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...