30 Mei 2012

Buku (Recomended)


Dreambook punyanya mas Rangga Umara.
Pengen Punya...


Tuhan... inilah proposal hidupku punyanya Jamil Azzaini
pengen punya juga ^_^

Sabar.. yah sabar.... :)

29 Mei 2012

GaLau?? (GAk LA yaUU)


Heran! Nulis ini, nulis itu dibilang “Galau”. Hemmm....  kasian, betapa sempitnya pandangan mereka. Sehingga menilai seseorang hanya dari apa yang tampak. Kadang sebel juga ketika hal itu terus-terusan di alamatkan kediri ini. Maksud hati buat note atau status atau tweet “sesuatu” ditujukan untuk seorang teman, malah dialamatkan ke saya.

Waah... malam2 kok jadi seperti marah2 ya bahasannya. Hohoho... padahal akunya sedang tidak marah.^_^
Samalah ketika “Galau” dialamatkan ke aku. Lagi gak galau dibilangin galau. Ckckck.... padahal waktu itu lagi seru-seruan sama kawan, pas dapat lagi itu kata2 “galau”. Si kawan Cuma bisa bilang “BAH!! Siapa dia lu? Belum tau dia siapa lulu?! Wkwkwk... (*abis itu cekikikan lagi #Eh)


Yang kasiannya pas waktu itu akunya lagi sensitif (#biasa wanitaa...hoho), ada yang meng-alamat-kan “Galau” lagi, emang lagi super sensitif waktu itu, akunya langsung bales balik ke orangnya. Ngeluarin uneg-uneg yang selama ini udah eneg sama kata2 galau yang nyasar terus menerus. Dan... munculah status “Dont Judge me, if you dont know about me very well” >> di Ym. Padahal kata2 ini juga udah ada di profil twitternya aku. Secara... twitter itu ibarat jembatan antara aku dan diriku yang lain (heseehh,.... nyulik kata2nya si “iin” =D). Ngerasa adem waktu dibelain sama iin, di YM iin juga buat status “Dont Judge her, if you dont know about her very well”. Hehhe... di semangati juga sama iin, “udah lu, gak usah peduliin. Dia kan gak kenal sama lulu. Gak tau siapa lulu. Yang penting lu udah jelasin ke dia. Terserah dia mau nerima atau gak”. ~selesaiilah ceramah si iin =D (*luph uuu  my Sunshine. Muaaaah...........)


Oiya, kata-kata dibawah ini juga ku alamatkan untuk sahabatku

Hemm.... sahabatku motivasiku, mereka inspirasiku. Dari kisah ataupun cerita kehidupan yang mereka sharingkan ke aku, menjadikan motivasi sekaligus inspirasi untukku sedikit berpetuah.
Terimakasih untuk kepercayaan kalian kepadaku teman :)
Uhibbukifillah.. wa hubban lillah.

Menyikapi "Penyesalan"


“Jangan pernah menyesali apa yang menjadi pilihan hidup kita, sebab dari sanalah proses kehidupan itu berlangsung, proses hukum sebab akibat antara hidupmu dan hidup orang lain hingga menjadi suatu rentetan cerita indah” :)

Malam ini, entah kenapa tiba-tiba aku menjadi bijak. Baru kusadari setelah kalimat diatas selesai kurangkai. Hehhe.. agak agak narsis nampaknya.
Tadi, orang terdekatku bertanya tentang “Sesal”, tentang boleh apa tidaknya kita menyesali suatu keputusan yang sudah kita ambil. Lalu, aku pun menjawab sederhana, bahwa wajar jika kita menyesal. Karna hal itu Sudah fitrah bagi kita. Jika pertanyaannya “bolehkah?”, agak sulit dengan menjawab “boleh”, karna itu bukan hal boleh atau tidaknya, namun itu memang sudah menjadi suatu keniscayaan. Suatu hal yang memang tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Lalu? Mudah saja, tidak masalah jika kita menyesal atas keputusan yang sudah kita pilih, asal kita jangan terus larut pada penyesalan itu. Larut pada penyesalan hanya akan membawa bencana pada diri kita. Membuat kita jadi berandai-andai dan segala macem. Penyesalan yang berlarut pun dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang kurang bersyukur atas apa yang sudah kita jalani. :)

Jadikan penyesalan itu sebagai motivasi untuk terus melakukan yang terbaik, menjadi yang terbaik, membuat segalanya menjadi lebih baik, untuk hari ini demi menjemput masa depan, demi meraih impian yang kita punyai. Aamiin~

Aseekkk... tiba2 ini kata-kata jadi motivasi juga bagi diri sendiri ^_^. Paling seru emang kalo udah berkata-kata gini, trus kata2nya bisa memotivasi diri sendiri, semoga juga bisa memotivasi sahabat2 semua yaaa =D

Next time aku sambung...

Proses


Dari sebuah keniscayaan hari, proses itu menggelayuti. ketika aku terbangun dari mimpi, kusadari suatu hal.."Inikah sebuah janji?", mimpi itu benar-benar membuat berbagai pertimbangan mulai muncul kepermukaan. Disini, sedang ada yang berperang. Jiwa-jiwa sang pemikir, jiwa-jiwa sang pembelajar. “Inikah sebuah janji?”. Lagi! Kalimat tanya itu menggelayuti. Sanubari mulai bersimpati memilih apa yang menjadi pilihan, jiwa mempertimbangkan berbagai ragam kemungkinan ini dan itu. Lalu, siapa berikutnya yang berhenti di perhentian terakhir?


Remuk tatapku menatap layar monitor. Mata ini terlalu lelah, hampir sepuluh jam menatap layar biru ini diruang kerja. Dan selebihnya pun masih harus menatap monitor biru ini saat seharusnya tubuh ini di istirahatkan.  Ada yang mengganggu memang. Mimpi itu! Bukankah tak perlu dikhawatirkan perihal mimpi? Ada benarnya pasti. Namun, ini bukan seperti biasa. Bukan nafsu yang mencakrawala, bukan pula kecemasan langit seperti  saat petir menyambar dengan coretan putih kilat yang menggelegar. Ini mimpi-mimpi yang ditanyai dipenghujung sujud dan air mata. Jubah putih itu, tatap mata itu tidak berdosa..., senyum tulus itu... setulus janji yang ingin kutepati dipenghujung sanubari. Benar aku mengenal sosok itu, sosok yang pernah tersenyum menghibur kala luka terbuka menganga. Sosok yang memberi beribu dukungan semangat ketika perih mampir menyandra diri.


Lalu aku bertanya lagi, “inikah sebuah janji?”

 gambar di unduh dari Google images :)

Medan, 29.5.12

24 Mei 2012

Dua Empat


Tanggal berapa ini?? Ah.. ternyata sudah tanggal dua puluh empat mei, hari ke dua puluh empat dibulan ke lima tahun 2012. Ada apa dengan tanggal ini?! hari ini? Eh.. Ini hari kamis?! Astaga... hmm, tapi ada apa ya? Seperti ada sesuatu dengan tanggal ini. Tapi tepatnya apa, aku lupa. Hari ulang tahun seseorang kah? Sahabatku? Apa ada yang berulang tahun hari ini? Kurasa tidak.

Hm.. sepertinya ini hari yang penting. Tapi sepertinya sudah tidak menjadi penting lagi karna aku sudah lupa, bahkan benar-benar lupa, tepatnya mungkin tidak tau –apa keistimewaan hari ini. Yang aku tau, besok seharusnya laporan keuangan ini sudah harus aku serahkan kepada bosku. Namun malangnya, belum selesai. Perkiraanku waktu itu dalam sepekan aku mampu menyelesaikannya. Tapi ternyata semua diluar dugaanku. Sekarang aku benar-benar terjebak dengan apa yang selama ini tidak pernah aku seriusin. Apalagi kalau bukan “A-K-U-N-T-A-N-S-I”. Aku benar-benar terjebak disini. Di pelajaran yang dulu saat dibangku SMA, tak sedikitpun aku tertarik untuk memperdalamnya. Di mata kuliah yang aku sering dibuat jenuh olehnya.

Mungkin inilah namanya siklus kehidupan. Sebab akibat dari kehidupan yang aku jalani. Menyesal telah terjebak didalam semua ini?? Tentu saja tidak kawan! Aku tidak senaif itu untuk menyesali akan sesuatu. Bahkan menyesali suatu keliruan sekalipun! Inilah hidup, inilah prosesnya, kesusahan dimasa sekarang akan menjadi kemudahan diwaktu yang akan datang. Sama seperti nasibku sekarang, bersusah-susah terlebih dahulu, baru kemudian berlapang-lapang dalam waktu senggang (#eh?) hahah. . . .

Contohnya sekarang, udah tau ada setoran kejar laporan, ini malah ngetik buat postingan. Ckckck.... intermezzo lah, mumpung lagi ada mood buat nulis. Soalnya sekalinya gak moody, yah gak bisa dipaksain. Palingan yah comot sana sini artikel dari hasil browsing.
Aku lelah. Benar-benar lelah malam ini. Ketika hendak pulang kerja tadi, hujan mengguyur deras kotaku. Yah. . .  batal pulang! Sekitar setengah jam lebih aku harus bertahan di kantor, menunggu hujan reda. Untung saja saat pulang, angkotnya ramai penumpang. Sedikit lega, tapi kelelahan. Jam tujuh malam aku tiba dirumah (*halaah... kok malah jadi curhat gini #gakpenting  ~Abaikan)

Diluar masih hujan. Beberapa waktu belakangan ini hujan turun perlahan, selalu. Aku jadi suka mengamati langit. Hm.. sama saja, dulu aku juga begitu. Terlalu peduli pada langit, terlalu perhatian. Pernah aku berceloteh pada temanku tentang langit. “Ternyata orang-orang itu banyak yang tidak terlalu peduli dengan langit ya?!”, Retorik.  Dahi temanku mengernyit, menyiratkan tanda antara tanya dan bingung. Lalu aku menjawab sendiri pertanyaan retorikku tadi dengan kalimat retorik lagi, “Apa aku yang terlalu memperhatikan langit kali ya?!”
Lagi. Sore itu langit berwarna. Bukan jingga, apalagi biru. Ia hanya berwarna. Warna warna yang lembut. Kali itu aku biarkan mataku saja yang engambil objek keindahannya. Lagian sepertinya tidak akan tertangkap oleh kamera HaPe soner jadul milikku. Warna-warna yang lembut. Tidak jelas, tapi ia ada. Tidak tegas, tapi ia membekas. Dibalik awan ia terlukis lembut. Cukup mata yang merekam keindahannya.

Hidup memang cukup adil, bukan hanya cukup, tapi memang adil. Karna semua telah diatur sesuai dengan komposisinya. Semua dijatah sesuai ukurannya. Sama kayak kondisi aku yang sekarang. (hahah.. lagi2 nyeritain diri sendiri :p). ~biar gampang ini mengilustrasikannya.
Baiklah, mengutip kata “semua dijatah sesuai ukurannya”, aku umpamakan ke diri sendiri. Yup. . . tentang pekerjaan yg sekarang. Akuntansi.... (loh kok akuntansi? Apa hubungannya?). Nah .... otakku yang dengan kapasitas terbatas ini terkadang merasa kesulitan menghadapi pekerjaan yang aku sendiri belum menguasai apa yang diperintahkan. Kata “belum menguasai” inilah yang seringnya menjadi kendala dalam mengerjakan sesuatu. Jika dulu aku mengerjakan apa yang udah tersistem, nah kali ini aku harus membuat sistem apa yang aku kerjakan. Kesulitan? Pasti! Itu tidak bisa dipungkiri. Namanya juga belum mengerti, masih bingung. Malah ada yang pernah bilang kalau bingung itu artinya mau paham. Lah.. kok? Ya iya... bingung itu proses dari yang “gak tau” menjadi “tau”, bingung itu ada diantara tau dan gak tau. Dari kebingungan itulah kita mencari tau, misalnya dengan bertanya, mendengarkan, membaca, atau dengan cara yang lainnya. Hingga akhirnya kebingungan itu berujung pada kata “Paham”. Waktu temanku bilang “bingung itu artinya mau paham”, waktu itu aku juga lagi bingung, maksud pernyataan itu apa. Hahha... payah nih aku! (hm . . .  namanya waktu itu juga lagi bingung, eh malah dibikin bingung #ngeless).


Hem.. ini hari kamis kan? Malam jumat. Malam yang penuh barokah. Besok hari raya nih. Eh iya jadi inget, kalau malam jum’at atau hari jumat itu sunnahnya membaca Qur’an surat Al Kahfi. Kalau gak salah inget, surat ke 18. Diamalkan ya temaann.... :) (#sambil dengerin Al Kahfi sambil ngetik ^_^)
Adem n tentram ya... kalau dengerin yang beginian. ~Alhamdulillah. Gak kayak tadi pas pulang naik angkot, backsoundnya lagu Judika, satu album diputer. Lagunya menggalau semua. ~banyak2 istighfar. Mana waktu itu perut lagi lapar karna belum makan dari siang. (hoho... kebiasaan!) sempurnalah hari ini sudah. Nikmati sajalah...^_^9

Hidupku. Sempurna! Bagaimana dengan hidupmu?


 
#Kota Medan di bawah guyuran hujan
24.5.12

22 Mei 2012

Kabut Senja ~Belajar Tentang Kehidupan

Belajar tentang kehidupan. Kumulai dari fase kabut senja. Pertanyaannya, kenapa dari fase tersebut? Sederhana saja, mungkin karna ia proses akhir dari pencarian penghidupan. Lalu, kenapa harus kabut? Mudah saja, itu karena beberapa hari ini aku tak melihat jingga menggantung pada langit biru ketika sore hari beranjak petang mengganti malam. Hanya kelabu, kelabu yang berkabut. Tapi dari sana pun aku memperoleh banyak pelajaran dari kehidupan yang berjalan. Meski singkat, namun aku cukup mampu mengambil ibroh dari setiap waktu yang berjalan.

Tentang apa saja?
Hm... tentu saja banyak, hingga aku sulit menguraikan yang bagian mana terlebih dahulu aku paparkan. Baiklah, kita mulai dari kuliah. Tiba-tiba aku teringat seseorang yang bertanya padaku beberapa waktu lalu, “Masih ingin kuliah, lu?”, tanyanya padaku. Masih, jawabku. Tapi... kata “tapi” tentu saja akan menghapus pernyataanku yg sebelumnya. Hhehe.. mau tau “tapi kenapa?” singkat. Masalah biaya. Damn! Teringat, pernah menuliskan dibuku catatan “Langit Senja”ku, usia 24 targetku mendapat gelar S1. Tahun ini, usiaku akan genap mendarat di angka dua empat. Ya, dua-empat. Lalu, bagaimana? S1nya dapatkah? Yah, seperti yang terlihat. Sampai hari ini aku belum melanjutkan kuliahku. Beasiswa? Adakah? Tentu saja sampai saat ini tidak ada, atau mungkin belum ada untuk program D3 ke S1. Eh, jadi teringat, pernah ada yang mengatakan, mereka orang dari dunia maya, “Salah sendiri milih D3”. Cuma bisa tersenyum. Tentu saja, karna yang mengatakan hal tersebut tidak mengetahui proses yang aku lewati, mereka tidak atau mungkin belum memahami bahwa kita memang tak bisa memilih ketika sesuatu itu sudah jelas garis takdirnya.

Kembali melanjutkan potongan tapi..., yup! Kuliah- masih ingin lu? Jawabnya, singkat! Sudah kukubur keinginan itu. Kenapa? Menyerah? Mungkin itu sebagian pertanyaan orang-orang. Jawabku, aku justru sedang berjuang untuknya. Kuliah. Ya! K-U-L-I-A-H. Meski bukan untukku. Lalu? Untuk adikku. Menguliahkan adikku masuk kedalam salah satu list targetku. Sudah 5 tahun ia menjadi pengangguran mahasiswa. Alias belum kuliah. Keinginanku kukubur untuk membangun keinginan lain, aku ingin adikku juga merasakannya. Kenapa bukan orangtuaku saja yang menguliahkannya? Mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu. Hey.. jika kau kuliah atas biaya orang tuamu sepenuhnya, maka bersyukurlah karna kau punya orangtua yang kaya karna mampu menyekolahkanmu, so..jangan pernah sia-siakan itu!

Tiba-tiba aku kembali kefase beberapa tahun silam, saat teman es em pe ku mampir kerumah. “Rumahnya gini-gini aja lu?!”, retorik menurutku. Lalu ia melanjutkan lagi celotehnya sambil bercerita tentang keadaan rumahnya yang sudah berubah menjadi lebih bagus. Mungkin dia tidak paham, bahwa aku menjadi sangat sensitif ketika penilaian orang-orang hanya dari segi materi. Materi lagi materi lagi. Aku bosan ketika segala hanya diukur dengan uang. Huh.. padahal aku orang keuangan! Hahaha..

Saat hijrah ke Pulau seribu pelangi dulu, niatku ingin mengumpulkan biaya untuk melanjutkan kuliahku. Namun, jalannya memang tidak seperti apa yang aku bayangkan. Seiring berjalannya waktu, ada saja hal-hal yang membuat sesuatu tidak menjadi sesuatu, namun ia justru menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang memang sudah digariskan seperti itu kejadiannya. Sesuatu yang akan kita mengerti setelah kita mampu melewati fasenya dengan baik.

Sekarang pun begitu, aku sudah kembali kerutinitasku yang dulu. Bekerja. Ya! Be-Ker-Ja. Hal yang dulu tak pernah terpikir olehku. Karna memang aku sendiri tak ingin menjadi pekerja aktif hingga sampai usia tuaku. Namun, selama aku menjadi seorang yang mandiri, tentu saja aku masih butuh untuk bekerja. Hasil dari pekerjaankupun kelak akan kusisihkan sebagian untuk membiayai kuliah adikku. Semoga ada jalan. Aamiin ya Rabb..
Lalu bagaimana dengan keinginanku yang sebenarnya? Ya! Kupendam dulu sejenak, pasti ada jalan atas niatan yang baik. Bukankah Allaah itu MahaMengetahui lagi MahaBijaksana?! Retorik lagi. Tak perlu ada kekhawatiran untuk semua. Semua sudah ada jalannya masing-masing. Segala kekhawatiran dan kecemasan sesungguhnya tidak nyata, hanya sebentuk perasaan yang ragu atas nikmat Rabb dan penjagaan-Nya atas apa yg kita khawatirkan.

Hm.. tiba-tiba aku teringat akan orang-orang disekitarku yang takut kehilangan atas sesuatu. Entah apapun itu, sesuatu yang mungkin sangat berharga dalam hidup mereka. Pernah kau merasa kehilangan? Aku pernah. Dan dijalan itu aku kembali bermuhasabah. Dari sana aku justru menemukan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dapatkan. Ketika kau kaehilangan sesuatu, banyak kemungkinan-kemungkinan yang menjadi sebab akibat darinya. Bagiku, ketika aku merasa kehilangan, saat itu Allaah hendak mengajariku untuk menjadi sederhana dalam langkahku, hendak mengajariku bahwa keimanan-ketauhidan adalah kunci dari setiap penjabaran kehidupan. Ya, aku hebat sekali dulu ketika membicarakan tentang keyakinan, ketauhidan. Karna ia adalah pokok dari keimanan. Materi ketauhidan ala ilmuku yang masih seadanya.

“Kamu kan pintar, lu”, seru seseorang. Tidak! Jawabku fasih. Hahah.. enatah kenapa, aku tidak pernah merasa begitu. Ilmuku yang secetek begini saja sudah dibilang pintar. Tau dari mana ini orang-orang?? Ngawur sajaa kalian. Apakah disebut pintar ketika ditanya dan aku menjawab tidak tau?! Tapi masih mending lah dari pada ditanya trus akunya sok tau. Itu sih namanya sok pintar. Hehehee :p

Kembali belajar tentang kehidupan. Siklus kehidupan menimbulkan hukum sebab akibat dari setiap manusia kepada manusia yang lainnya. Contoh kecilnya, kehadiranku dikantor menjadi sebab bagi hadirnya sahabatku juga disana. Jadi ceritanya kami ini satu kantor, setelah sebelumnya melanglang buana nyari kerja dimana-mana. Hingga akhirnya saat aku mulai Stuck dengan cari mencari pekerjaan, aku dapat info lowongan kerja dari ustadzahku disalah satu perusahaan milik temannya. Alhamdulillaah, lalu melalui aku, kukabarkan berita yang sama seperti yang pernah disampaikan oleh ustadzahku kepada sahabatku perihal lowongan kerja di kantorku. Dan akhirnya, kami pun bersama. Bekerja ditempat yang sama, mengaji pun ditempat yang sama pula. ~Alhamdulillaah ya
 
Belajar tentang kehidupan. Aku suka langit sore yang slalu kutatap saat akan kembali pulang ke gubuk sederhanaku. Langit yang berwarna warni. Selalu, hampir selalu warna-warni itu menghiasi langit kotaku yang indah. Warna warna yg terbentuk pada saat matahari berada di posisi tinggi, lebih tinggi dari 58 derajat dari garis horizon. Ketika cahaya melewati awan cirrus yang tinggi, terkadang awan ini akan dapat menampilkan proses pemecahan cahaya yang membentuk fenomena yang mirip dengan pelangi. Nama lainnya Pelangi api, atau bisa juga disebut awan halo. Hey.. lihat! Kotaku memang bertuah. Sepekan belakangan ini, aku sudah berkali-kali menyaksikannya. Keren.



Belajar tentang kehidupan. Malam semakin menggantung tinggi, gelapnya menggulita. Bintang-bintang tak nampak, pun rembulan. Mungkin kini saatnya ku menidurkan celoteh kecilku, kembali ke senandung alam mimpi. Bercengkrama dengan penduduknya, hingga esok kuterbangun dengan sisa-sisa cerita yang tersisa darinya.

~Semusim Pengharapan
Medan,
20.5.12

18 Mei 2012

Duh gusti...!!! (Repost dari blog sebelah)

 
Hendak menangis?
kenapa?
bukankah duka itu tak abadi?
kepedihan,
Kosong!
rasa sakit,
Fana!
Aku lupa kapan terakhir kali kau berpetuah.
Mengingatkan aku yang terlupa,
Aku bahkan tak mengingat setiap petuah
Jika ternyata semua hanyalah dusta belaka.
Haru?
Pilu?
Seperti itukah ia kuat menggebu?
Ada yang salahkah dengan imanku imanmu?
Mungkin yang satu buta dan yang satu masih melihat.
menurutmu ini tentang apa?
Bahkan janji mentari pada pagi pun tak abadi.
Ya sudahlah...
Kita ini para pejuang kehidupan,
satu tujuan, Ridho Tuhan.
Ketika satu terjatuh, yang lain terhempas dan terabaikan.
maka ia kan berdiri kembali utuh.
Tidak ada yang hancur, pecah atau berserakan.
Keimanan bukan ibarat gelas,
Bukan. Bukan! karna ia terlalu rapuh untuk diumpakan seperti itu.
Tuhan tidak sedang tidur.
Ia mendengar, melihat dan mengawasi.
Ah,... kita memang tak pernah luput dari pengawasan-Nya.
kau tahu? kita sedang diawasi!!
Kita tak melihat, tapi Ia Maha Melihat.
duh Gusti....
hamba-Mu ini berlaku curang lagi,
lupakah atau tak mau peduli dengan peringatan-Mu?!

satu detik dari sekarang adalah masa lalu.
seharusnya kami paham akan hal itu.
lalu jadilah pribadi baru.
tapi sepertinya itu tidak begitu,
Apakah berlaku tiap kata yang terucap dari laku yang kelu?
bicara emang teramat mudah.
tapi pada faktanya, orang tak siap menjalankkan realita kata
Prihatin!
kecemasan, kekhawatiran, meringkuk dalam satu nafas bertemakan gundah.
duh, Gusti....
Andai kami semua benar-benar paham untuk hidup yang benar,
bersikap yang benar, makan dan tidur yang benar, bekerja yang benar, mencintai dengan benar, membenci dengan benar, bercanda dengan benar, pasti kami juga menjadi orang yang benar.
Banyak diantara kami yang terlena dengan dunia dan segala isinya.
Harta, tahta, wanita...
kami lebih suka merangkai kata lewat dusta.
KEJUJURAN bukan utama?!
Ah, dunia..dunia....
kita sering lupa siapa kita,
merasa hebat dengan hari-hari kita.
Mengumbar JanJi disana-sini,
menebar hati disana-sini
menunggu kepastian diantara ketidakpastian,
Ah...rasanya konyol sekali!
Peringatan-Nya kita abaikan, padahal kita baca diawal pagi hingga jelang petang
berlagak memahami, padahal tak pun kita amalkan.
Lisan mengucap al Quran tapi mengerjakan amalan syaithan.

duh Gusti.....
Astaghfirullahal azhim....!!!!!

Cinta kepada makhluk membuat kami begitu takluk,
hingga melupakan cinta yang sesungguhnya pada-MU,
duh Gusti...!!!
Lisan kotor ini mengaku Cinta pada-Mu!
Tapi hati terus mendua dan memainkan perannya dengan cinta selain-Mu.
bahkan mengaku semua ini karena-MU.
duh Gusti...!!!
Lisan kotor ini berdusta lagi!
Setiap hari kemunafikan menjadi pribadi kami,
bahkan sepertinya sudah mendarah daging.

"Cintamu pada sesuatu membuatmu buta dan tuli." (Hadits Riwayat Tirmidzi)
Banyak yang buta, dan menjadi tuli.
Suatu keburukan dianggap kebaikan, dan pura-pura tak mendengar setiap lantunan nasihat yang datang menyapa. Bahkan yang meminta nasihat pun, tak dengan sungguh-sungguh menginginkannya dan menyimaknya.
kepala mengangguk pasti, namun hasrat tak jua henti bermain hati.

Astaghfirullah...
Na'udzubillahimindzalik,

 
"Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. Fathir: 8)

“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. al-Israa’ : 36).

Allahu'alam
 
10.11~

Rahasia Memaafkan Yang Agak Terlupakan



Pagi ini, aku menemukan sebuah artikel motivasi yang menginspirasi. Jumat semangat full barokah... Semoga bermanfaat bagi yang membaca :)

Assalaamu'alaikum.wr.wb.

Salam Sinergi

Apa kabar sahabat S3? Semoga Anda selalu dalam perlindungan-Nya.

Tahukah Anda, masalah apa yang paling sulit untuk diselesaikan? Yes, betul sekali, yaitu masalah yang "gak jelas" apa masalahnya.

Itu sebabnya proses memaafkan menjadi tidak berefek optimal bagi kesehatan jiwa kita ketika kita tak berani memperJELAS hal apa yang harus dimaafkan terkait : rasa sakitnya, pelakunya, peristiwanya, penyebabnya, waktu kejadiannya dan persepsi kita atas itu semua.

Oleh sebab itu, WAKTU yang paling TEPAT untuk MEMAAFKAN adalah tatkala kita SEDANG merasa DISAKITI. Karena pada saat kita sedang disakiti , biasanya semua hal tentang : rasa sakitnya, pelakunya, peristiwanya, penyebabnya, waktu kejadiannya dan persepsi kita atas itu semua ; masihlah SANGAT JELAS.

Ibarat orang BAB (Buang Air Berbentuk he he), maka saat paling tepat untuk BAB adalah ketika sangat JELAS rasa sakit di perut kita (mules).

Itu sebabnya sungguh mengherankan orang yang mengatakan "nantilah, setelah rasa sakit hati saya reda, maka baru saya akan memaafkannya". Karena pernyataan itu mirip dengan "nantilah, setelah mules saya reda, maka baru saya akan BAB". Hehe... Kotoran di perut dikeluarkan dengan cara BAB, sedangkan kotoran di hati dikeluarkan dengan cara MEMAAFKAN.

Nah, jika Peristiwa "menjengkelkan" itu telah terjadi di waktu yang lalu, maka perjelaslah terlebih dahulu semua hal yang terkait dengan peristiwa itu di waktu sekarang, lalu maafkanlah.

Coba lakukanlah simulasi ini : pegang dada Anda dengan tangan kanan Anda, tenangkan diri Anda, tarik nafas yang dalam perlahan lalu hembuskan dengan tenang. Kemudian hadirkan peristiwa menjengkelkan yang belum Anda maafkan, hadirkan pelakunya, hadirkan wajah si pelaku yang membuat Anda sebal, hadirkan waktu kejadiannya, rasakan dada Anda sangat sakit mengingat peristiwa itu, sungguh sakit sekali rasanya, Lalu katakanlah "Ya Allah, saya terima sepenuhnya rasa sakit ini, saya terima seutuhnya kejadian ini, saya akui saya banyak dosa sehingga saya pantas diperlakukan seperti ini, semoga ini bisa membersihkan jiwa saya. Saya maafkan dia, saya maafkan peristiwanya, saya maafkan diri saya yang kecewa dan jengkel karena peristiwa ini, saya lepaskan rasa sakit hati ini, dan saya serahkan semuanya kepadaMu. Dan ampunilah saya ya Allah karena saya telah begitu lama memendam rasa sakit hati ini".

Aamiin
Wallahu a'lam

Kang Zain

Menarik sungguh bahasan yang dipaparkan oleh Kang Zain (Seorang Motivator), yaitu membahas tentang memaafkan. Metode “memaafkan” pun begitu sederhana, sesederhana kita memasrahkan diri pada Dia Yang MahaPengampun.
Sederhananya lagi, Maafkanlah kesalahan orang lain, sebagaimana kita ingin orang lain memaafkan kesalahan kita.
Semoga.. kita menjadi pribadi yang memaafkan :)
Aamiin


Ruang Kerja,
18.5.12

*Gambar diambil dari Google Image

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...