3 Des 2021

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal.

Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta. 

Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana. 

Meski perdebatan kata tak berkesudahan dalam gaungnya. 

Hingga jenuh menyapa

Dalam aksara buta.



~Malam tanpa Hujan


Pekanbaru

3.12.2021

01:56

25 Nov 2020

Hikmah Kehidupan

Selalu ada hikmah di tiap kejadian yg kita alami. 

Jika skrg kita blm memahami apa hikmah dibalik ini semua, insya allaah nanti kita pasti akan paham. 

Saat semuanya udah berlalu, saat kita sudah jauh berada di depan, saat kita sejenak menoleh kebelakang. 

Dan kita bergumam "alhamdulillah semua udah terlewati, gak nyangka aku bisa sekuat itu"

Sungguh... Allaah lah yg menguatkan kita. Allaah yg menjadikan kita tangguh menghadapi segala cobaan hidup. 

Allaah tau sampai dimana kemampuan kita

Di banyaknya ujian kehidupan kita yg skrg, himpitan hidup yg terus menekan, carilah hal2 yg msh bisa kita syukuri. 

Atas nafas yg masih berhembus, atas mata yg masih bisa melihat, atas lidah yg masih bisa mengecap, atas kaki yg masih bisa melangkah berjalan.... Dan atas hal2 kecil lain yg sesungguhnya bernilai besar.

Just dont give up 😇

13 Apr 2020

Jagalah Lisanmu!

Aku kembali, mengkaji diri. Bertanya lewat relung kalbu. Sesulit itukah kalian barang sedikit saja menjaga lisan dari menggores hati seseorang?
Berbicara tanpa peduli apa orang akan suka atau malah akan luka. (?)
Menghardik orang lain tanpa jeda
Merendahkan orang lain dengan seolah mengatakan "Kau bodoh, dan aku lebih pintar darimu."
Atau semisal "Aku lebih baik darimu."
Tak diucapkan secara verbal memang, 
Tapi lewat isyarat, lewat sebuah kalimat yang menyepelekan orang lain.
Coba dibalik, menurutmu bagaimana rasanya?
Jika kau punya ego, aku pun sama.
Apa hanya egomu yang lebih utama?
Hingga lisanmu bebas berkata tanpa etika?

Jaga lisan!
Sebelum akhirnya ia membinasakanmu.

28 Des 2019

Bumiku

Kamu...
Adalah cakrawala yang menembus dimensi diamku
Adalah sukma yang menelisik masuk lewat nadi derapku
Adalah pijar yang menerangi sisi pekat gelapku
Adalah awan lembut yang meneduhkan gegap langkahku.

Kamu...
Yang diamdiam menyimpan rasa menahun
Yang diamdiam membaca kekata jemariku
Yang diamdiam mengamati, lalu memohon pada Dia Sang penggenggam hati.
Berliku, hingga bermuara di dermaga tambatan hati.

Apa jadinya aku tanpa sabarmu?
Apa jadinya aku tanpa rasa mengalahmu?
Bersamamu aku mampu, tanpa perlu menjadi orang lain di sisimu.

Semoga selamanya, hingga ke Jannah Sang pencipta.

Uhibbuka fillaah, wa hubban lillaah 💜

24 Agu 2019

Tentang Durian

Saya termasuk org yg BIASA aja sama Durian. Kalau lg pengen, ada, ya dimakan. Kalo gak ada ya gak dicari. Kalo lg ada, dan lg gak pengen, ya gak dimakan.
Palingan biasanya suami yg suka nyuruh2in makan 😂. Padahal sayanya lg gak mau.
Trus juga karna biasa aja ama durian, saya termasuk org yg gak suka sama olahan durian. Kalau buahnya doang masih mau makan. Tapi kalo udah diolah jadi kolak durianlah, jd cendol durian lah, apapun itu olahan durian, awak lebih milih utk di SKIP, alias nolak. 😂
Kalau misalnya pas diajak makan es cendol durian,  saya pasti cuma beli es cendolnya doang tanpa durian.
Pernah dibilang Aneh, karna gak gtuu2 amat sama durian. Padahal kan lain lidah lain selera. 😉
Jadi.. Ada baiknya tidak memaksakan selera kita ke selera org lain. Apalagi sampai ngata2in begini dan begitu 😅.
So.. Belajarlah utk menghargai pilihan orang lain dalam hidup ini. 


~Lulu bintu Nurdin
24.8.2019
Medan

Lontong Medan di kota perantauan

Pernah beberapa kali tinggal diluar kota Medan, diluar Sumut tentunya. Kalo pas lagi kangen sama lontong Medan, biasanya selalu nyari tempat sarapan pagi yg ada Lontong medannya.
Namun sayangnya... Belum ada kede lontong medan di tempat yg awak singgahi tsb yg rasanya mirip dgn lontong2 kayak di Medan.
Rata2 rasanya udah penyesuaian dgn daerah setempat.
Ada yg sayurnya berganti jd sayur gori (sayur nangka)- cubadak kata lainnya, ada yg kerasa bgt bumbu lengkuasnya (kayaknya lengkuas ikut digiling, bukan digeprek), ada yg rasa bubuk koya 😆, ada yg kuahnya kerasa asem2nya (kayaknya dikasih asam jawa atau semacamnya), dan lain2nya.
Kalau udh bgtu biasanya berujung dengan kecewa 😂


-Lulu bintu Nurdin
24.8.2019

9 Agu 2019

Menemukan Catatan Lama yg telah usang



Bismillaah...

Hampir setahun sudah di Medan, dan baru kemarin tanpa sengaja menemukan buku catatan lama yg telah usang. Sebuah catatan saat rutin mengikuti kajian sunnah di Medan. Dan Masya Allaah... Saat membolak balikkan tiap halaman, ketemu dengan salah satu halaman yg berjudul Adab dan Akhlaq, sebuah Dauroh yg pematerinya ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Pikiran mulai menerawang, sembari membatin dalam hati "Eh, benarkah ini dulu aku pernah menghadiri kajian beliau? Apa beliau memang pernah ke Medan ya?"
Karena memang catatannya lengkap, pasti saat kajian berlangsung saya fokus menulis. Kajian yg saya hadiri hampir 10thn lalu.
Saya mencoba mengingat dimana tepatnya kajian ini berlangsung. Sebab memang tak begitu banyak saya menghadiri dauroh pada masa itu. Dauroh masa dulu pastinya tidak sesering dan serutin jaman sekarang.

Nihil. Saya tidak bisa mengingatnya. Yang saya ingat, saya pernah menghadiri tabligh akbar di Mesjid Agung Medan. Tetapi saat itu yg mengisi kajiannya adalah seorang Syaikh dari Timur tengah, bukan ustadz indonesia. Yang saya ingat, saya pernah menghadiri Dauroh yang di Mesjid Al amin Jl. Serdang, Medan. Tapi memang waktu itu tidak ingat siapa pematerinya.
Momen yang saya ingat waktu itu adalah saya pergi dan pulang kajian diantar jemput oleh Papa rahimahullaah. Saat menghantar jemput, Papa rahimahullaah sempat mencandai saya dengan kalimat "Banyak kali kawan terorismu" sambil dia tertawa dan memberikan tangannya utk saya cium pamitan.
Saya tersenyum menyeringai membalas ucapannya "Yee... Enak kali papa bilang teroris. Org mau ngaji kok".
Memang pada saat itu, media berhasil memberi cap "Yang bercadar dan bercelana cingkrang itu teroris". Sehingga kebanyakan masyarakat kita terhasut dengan tagline tersebut.
Tapi tenang, Insya allaah Papa rahimahullaah bukan termasuk org yg mudah dikelabui media. Ia hanya sedang mencandai anak gadisnya saja. 😊
Semoga usahamu mengantar jemput anak gadismu ke kajian sunnah menjadikannya pahala jariyah untukmu, Pa.

Oh iya, sangkin penasarannya saya atas catatan usang itu. Akhirnya saya pun mencoba untuk "Googling" tentang kajian ust Yazid tsb. Dan alhamdulillaah ketemu dihalaman pertama, seperti yang saya capture. Yeaah...ternyata memang benar, dulu saya pernah hadir dikajian beliau, di Medan. Yang memang masya Allaah.. Isi kajian beliau sangat berbobot.
Dulu memang saya tidak mengenal para ustadz yang mengisi tiap kajian. Karena media sosial dahulu tidak seperti sekarang.

Masya allaah tabarakallaah...

Insya allaah saat ada kesempatan, nanti akan saya share isi kajian beliau yang sempat saya catat tempo lalu.
Sebab... Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
Barakallaahufiik


Medan, 9 Agustus 2018
14:34

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...