22 Mei 2012

Kabut Senja ~Belajar Tentang Kehidupan

Belajar tentang kehidupan. Kumulai dari fase kabut senja. Pertanyaannya, kenapa dari fase tersebut? Sederhana saja, mungkin karna ia proses akhir dari pencarian penghidupan. Lalu, kenapa harus kabut? Mudah saja, itu karena beberapa hari ini aku tak melihat jingga menggantung pada langit biru ketika sore hari beranjak petang mengganti malam. Hanya kelabu, kelabu yang berkabut. Tapi dari sana pun aku memperoleh banyak pelajaran dari kehidupan yang berjalan. Meski singkat, namun aku cukup mampu mengambil ibroh dari setiap waktu yang berjalan.

Tentang apa saja?
Hm... tentu saja banyak, hingga aku sulit menguraikan yang bagian mana terlebih dahulu aku paparkan. Baiklah, kita mulai dari kuliah. Tiba-tiba aku teringat seseorang yang bertanya padaku beberapa waktu lalu, “Masih ingin kuliah, lu?”, tanyanya padaku. Masih, jawabku. Tapi... kata “tapi” tentu saja akan menghapus pernyataanku yg sebelumnya. Hhehe.. mau tau “tapi kenapa?” singkat. Masalah biaya. Damn! Teringat, pernah menuliskan dibuku catatan “Langit Senja”ku, usia 24 targetku mendapat gelar S1. Tahun ini, usiaku akan genap mendarat di angka dua empat. Ya, dua-empat. Lalu, bagaimana? S1nya dapatkah? Yah, seperti yang terlihat. Sampai hari ini aku belum melanjutkan kuliahku. Beasiswa? Adakah? Tentu saja sampai saat ini tidak ada, atau mungkin belum ada untuk program D3 ke S1. Eh, jadi teringat, pernah ada yang mengatakan, mereka orang dari dunia maya, “Salah sendiri milih D3”. Cuma bisa tersenyum. Tentu saja, karna yang mengatakan hal tersebut tidak mengetahui proses yang aku lewati, mereka tidak atau mungkin belum memahami bahwa kita memang tak bisa memilih ketika sesuatu itu sudah jelas garis takdirnya.

Kembali melanjutkan potongan tapi..., yup! Kuliah- masih ingin lu? Jawabnya, singkat! Sudah kukubur keinginan itu. Kenapa? Menyerah? Mungkin itu sebagian pertanyaan orang-orang. Jawabku, aku justru sedang berjuang untuknya. Kuliah. Ya! K-U-L-I-A-H. Meski bukan untukku. Lalu? Untuk adikku. Menguliahkan adikku masuk kedalam salah satu list targetku. Sudah 5 tahun ia menjadi pengangguran mahasiswa. Alias belum kuliah. Keinginanku kukubur untuk membangun keinginan lain, aku ingin adikku juga merasakannya. Kenapa bukan orangtuaku saja yang menguliahkannya? Mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu. Hey.. jika kau kuliah atas biaya orang tuamu sepenuhnya, maka bersyukurlah karna kau punya orangtua yang kaya karna mampu menyekolahkanmu, so..jangan pernah sia-siakan itu!

Tiba-tiba aku kembali kefase beberapa tahun silam, saat teman es em pe ku mampir kerumah. “Rumahnya gini-gini aja lu?!”, retorik menurutku. Lalu ia melanjutkan lagi celotehnya sambil bercerita tentang keadaan rumahnya yang sudah berubah menjadi lebih bagus. Mungkin dia tidak paham, bahwa aku menjadi sangat sensitif ketika penilaian orang-orang hanya dari segi materi. Materi lagi materi lagi. Aku bosan ketika segala hanya diukur dengan uang. Huh.. padahal aku orang keuangan! Hahaha..

Saat hijrah ke Pulau seribu pelangi dulu, niatku ingin mengumpulkan biaya untuk melanjutkan kuliahku. Namun, jalannya memang tidak seperti apa yang aku bayangkan. Seiring berjalannya waktu, ada saja hal-hal yang membuat sesuatu tidak menjadi sesuatu, namun ia justru menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang memang sudah digariskan seperti itu kejadiannya. Sesuatu yang akan kita mengerti setelah kita mampu melewati fasenya dengan baik.

Sekarang pun begitu, aku sudah kembali kerutinitasku yang dulu. Bekerja. Ya! Be-Ker-Ja. Hal yang dulu tak pernah terpikir olehku. Karna memang aku sendiri tak ingin menjadi pekerja aktif hingga sampai usia tuaku. Namun, selama aku menjadi seorang yang mandiri, tentu saja aku masih butuh untuk bekerja. Hasil dari pekerjaankupun kelak akan kusisihkan sebagian untuk membiayai kuliah adikku. Semoga ada jalan. Aamiin ya Rabb..
Lalu bagaimana dengan keinginanku yang sebenarnya? Ya! Kupendam dulu sejenak, pasti ada jalan atas niatan yang baik. Bukankah Allaah itu MahaMengetahui lagi MahaBijaksana?! Retorik lagi. Tak perlu ada kekhawatiran untuk semua. Semua sudah ada jalannya masing-masing. Segala kekhawatiran dan kecemasan sesungguhnya tidak nyata, hanya sebentuk perasaan yang ragu atas nikmat Rabb dan penjagaan-Nya atas apa yg kita khawatirkan.

Hm.. tiba-tiba aku teringat akan orang-orang disekitarku yang takut kehilangan atas sesuatu. Entah apapun itu, sesuatu yang mungkin sangat berharga dalam hidup mereka. Pernah kau merasa kehilangan? Aku pernah. Dan dijalan itu aku kembali bermuhasabah. Dari sana aku justru menemukan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dapatkan. Ketika kau kaehilangan sesuatu, banyak kemungkinan-kemungkinan yang menjadi sebab akibat darinya. Bagiku, ketika aku merasa kehilangan, saat itu Allaah hendak mengajariku untuk menjadi sederhana dalam langkahku, hendak mengajariku bahwa keimanan-ketauhidan adalah kunci dari setiap penjabaran kehidupan. Ya, aku hebat sekali dulu ketika membicarakan tentang keyakinan, ketauhidan. Karna ia adalah pokok dari keimanan. Materi ketauhidan ala ilmuku yang masih seadanya.

“Kamu kan pintar, lu”, seru seseorang. Tidak! Jawabku fasih. Hahah.. enatah kenapa, aku tidak pernah merasa begitu. Ilmuku yang secetek begini saja sudah dibilang pintar. Tau dari mana ini orang-orang?? Ngawur sajaa kalian. Apakah disebut pintar ketika ditanya dan aku menjawab tidak tau?! Tapi masih mending lah dari pada ditanya trus akunya sok tau. Itu sih namanya sok pintar. Hehehee :p

Kembali belajar tentang kehidupan. Siklus kehidupan menimbulkan hukum sebab akibat dari setiap manusia kepada manusia yang lainnya. Contoh kecilnya, kehadiranku dikantor menjadi sebab bagi hadirnya sahabatku juga disana. Jadi ceritanya kami ini satu kantor, setelah sebelumnya melanglang buana nyari kerja dimana-mana. Hingga akhirnya saat aku mulai Stuck dengan cari mencari pekerjaan, aku dapat info lowongan kerja dari ustadzahku disalah satu perusahaan milik temannya. Alhamdulillaah, lalu melalui aku, kukabarkan berita yang sama seperti yang pernah disampaikan oleh ustadzahku kepada sahabatku perihal lowongan kerja di kantorku. Dan akhirnya, kami pun bersama. Bekerja ditempat yang sama, mengaji pun ditempat yang sama pula. ~Alhamdulillaah ya
 
Belajar tentang kehidupan. Aku suka langit sore yang slalu kutatap saat akan kembali pulang ke gubuk sederhanaku. Langit yang berwarna warni. Selalu, hampir selalu warna-warni itu menghiasi langit kotaku yang indah. Warna warna yg terbentuk pada saat matahari berada di posisi tinggi, lebih tinggi dari 58 derajat dari garis horizon. Ketika cahaya melewati awan cirrus yang tinggi, terkadang awan ini akan dapat menampilkan proses pemecahan cahaya yang membentuk fenomena yang mirip dengan pelangi. Nama lainnya Pelangi api, atau bisa juga disebut awan halo. Hey.. lihat! Kotaku memang bertuah. Sepekan belakangan ini, aku sudah berkali-kali menyaksikannya. Keren.



Belajar tentang kehidupan. Malam semakin menggantung tinggi, gelapnya menggulita. Bintang-bintang tak nampak, pun rembulan. Mungkin kini saatnya ku menidurkan celoteh kecilku, kembali ke senandung alam mimpi. Bercengkrama dengan penduduknya, hingga esok kuterbangun dengan sisa-sisa cerita yang tersisa darinya.

~Semusim Pengharapan
Medan,
20.5.12

2 komentar:

  1. Jawab dengan hati
    Ikuti sembari coba pahami
    Lalu pilih bijak yang kau mengerti
    Tak perlu mengeluh karena jalan itu akan dan telah kau lalui
    Kemudian pelajari hingga kau dapat simpulkan
    Bahwa esok kan kau pastikan sebuah kemenangan

    Terkadang sulit itu mengeja pilihan. Tapi jika kau mampu mengikuti jejak yang benar kau kan menemui jalan kemenangan. Hal tersebut 'mudah' dan takkan jadi masalah karena jalurnya telah banyak membuat untuk menuntun. Yang jadi masalah ketika kau menutup matamu, padahal jejak itu tepat dihadapanmu.

    Walau kadang tak seperti yang kau ingin. Kau tahu ini sementara... Do the best!!!

    Bukankah senjamu tak pernah tiada... ^^

    BalasHapus
  2. siipp bang Broo =D #eh, mba broo
    filosofis sekali anda ini ^^
    jago berkata2 kayaknya. hehe

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...