28 Des 2009

-MENGHELA NAFAS-

Fhuh…

“Jika setiap desah nafas adalah syukur, maka mengapa masih ada tangis yang tersekat tak mengucur?”

“kenapa kau menangis?”
“Tidak. Aku sama sekali tidak mengangis?”
“Apa yang kau tangiskan?”
Diam..
Hening.
“Lihatlah dirimu. Alam begitu mencintaimu. Atau siapakah yang telah membuatmu begitu haru?”
Diam.
Hening.
“Aku tak inginkan kau menangis. Tersenyumlah! Dan hadapi realita. Hidup itu perjuangan!”
“bukan!”
“Lantas?”
“Aku tak tau”
“Kau terluka?”
“Dalam”
“Siapa?”
“Aku.”
“Kau?”
“Ya”
“Bagaimana mungkin?”
“Entahlah..”
“Uraikanlah, aku mendengarmu”
“Ak…Ak…Aku, aku tak bisa.”
“Bisa. Aku mendengarmu.”
“Aku tak mengerti.”
“Apa yang tak kau mengerti?”
“Aku tak mengerti dengan jalan hidupku. Aku tak mengerti ketika tiba-tiba aku ingin menangis.”
“Kapanpun kau mau, punggungku kan selalu ada untuk menjadi sandaranmu menangis”
“Kemarin aku menangis, dua hari yang lalu pun aku menangis, dan hari ini aku pun menangis. Terkadang aku sendiri tak mengenal diriku, apa mauku, apa inginku, untuk apa aku menginginkan itu, aku tak mengerti dengan semua. Aku ingin marah, berteriak, menangis, tertawa. Aku muak. Aku bosan. Tapi aku serasa terpenjara. Aku tak merasa bebas.”
“Lalu, kenapa kau diam?”
“Aku bukan laut.”
“Karna kau gunung. Yang akan memuntahkan isi laharnya setelah semuanya dipendam. Dan, saat gunung itu meletus, maka hampir dipastikan semua yang ada disekitarmu akan terkena muntahan lahar panasmu.”
“Aku bukan gunung.”
“Lantas?”
“Entahlah..”
“Akan ku ajak kau ke pantai.”
“Tidak.”
“Kenapa?”
“Kakiku masih terikat.”
“Akan ku Bantu melepaskannya.”
“Kau tak bisa”
“Aku bisa.”
“Butuh waktu.”
“Berapapun itu, akan ku tempuh.”
“Kenapa kau baik padaku dan kenapa kau mau menolongku?”
“Karna aku hati nuranimu”
“Nuraniku?”
“Ya. Aku di utus Tuhan untuk membimbing jalan hidupmu.”
“Tuhan?”
“Mungkinkah suatu saat…”
“Mungkin. Kau hanya cukup mengikutiku. Dan kau harus bisa mengalahkan musuhku”
“Kau punya musuh?”
“Ya.”
“Siapa?”
“Nafsu.”
“Nafsu?”
“Ya. Maka kendalikanlah nafsumu. Jangan biarkan ia kesetanan. Sebab, jika telah begitu maka ia merupakan musuh yang nyata bagimu.”
“Aku mengerti.”
“Masih ingin menangis? Punggungku masih ku sediakan untukmu bersandar.”
Diam.
“Masih ingin berteriak? Ku izinkan kau berteriak ditelingaku sesuka hatimu.”
Hening.
“Masih ingin tertawa? Kan ku temani kau tertawa sampai orang-orang mengatakan bahwa kita gila”
“Tidak. Aku hanya ingin kau tetap disisiku. Disini, dalam lubuk yang hanya Dia yang tau. Jangan pergi. Jangan pernah tinggalkan aku. Aku membutuhkanmu-hingga ujung waktuku.”
“Aku takkan pernah pergi darimu. Percayalah. You have my word.”
“I have you word.”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...