12 Okt 2012

Dua Puluh Ribu

Jika diibaratkan persawahan, maka keuanganku ibarat muslim paceklik. Hehe . . . biar begitu masih tetap harus bersyukur :)
Selalu tidak bisa berkata tidak ketika orangtua terutama papa ngecek duit dari kantong anaknya. Meski si anaknya punya duit cuma pas-pasan. 

"Dua puluh ribu, lu. untuk pegangan papa", katanya merayu.
"Yahh pa, ini bukan duit lu", seruku sambil menyerahkan uang berwarna hijau itu. Ada bibit tidak rela, namun lebih besar lagi pohon keikhlasan memberinya.


Setelah memberinya, lalu aku pun berlalu. Belum pernah bisa nabung sampai detik ini. Tapi setidaknya aku bahagia, itu sudah cukup. Meski belum mampu memberi mereka berjuta-juta. Setidaknya aku disamping mereka.

Dua puluh ribu, kuperhatikan uang berwarna hijau itu yang kumasukkan begitu saja kedalam tasku. Uang hijau itu tidak akan rapi jika dimasukkan kedalam dompet berwarna putih milikku. Tentu saja, hal itu karena tidak ada si merah atau si biru yang menemani. Selembar dua puluh ribu itu, cukuplah dimasukkan kedalam tas begitu saja. Lebih aman :)
Sejenak aku berpikir, Eh ini tanggal berapa ya... Oo tanggal dua belas, hmm. . . masih tanggal muda seharusnya. Yang tersisa hanya selembar dua puluh ribu. Eh iya, besok kan dapat dua puluh ribu lagi pikirku. Alhamdulillaah, masih ada rezeki disana :)

Dua puluh ribu, kertas berwarna hijau itu kian berharga. Seharga ingatanku tentang ayah pada kopi. Tiba-tiba siang ini aku ingin membuat kopi dengan si Hijau Dua puluh ribu. Berkurang sediklit tidak mengapalah. Asal aku tidak mengantuk saja di ruangan ini :)

Hidup penuh berkah, Awali basmalah, akhiri hamdalah :)
~Terus bersyukur, sampai syukur itu kian terukir di jiwa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...