26 Jun 2012

Tulisan dan Tinta tanda tanya?


Punya hobby nulis?? Nulis lhoo ya... nulis diatas kertas. Heheh... kalau aku, Ya! Namun sekarang sudah tak memungkinkan lagi untuk menulis diatas kertas. Dahulu punya kebiasaan nulis dibuku catatan Langit Senja Asy Syifa, namun sekarang sudah tak pernah lagi. Sudah sejak lama meninggalkan kebiasaan menulis dibuku itu. Sekarang lebih ke pengaplikasian komputerisasi, nulis di word, copas, posting. Hehe.... padahal nulis di buku itu penting. Tau sendiri bahwa kalau nulis di word atau bahkan langsung nulis di blog itu ada lebih dan kurangnya. Kurangnya yaitu kita jadi tidak memiliki perngarsipan pribadi, kalau blog kita terdeteksi spam oleh admin blog kita malah bisa dihapus (ini bagian seremnya looh yaa ^^), trus kalau ada orang iseng ngambil karya kita lalu ternyata karya kita itu bernilai, dan ia mendapatkan fee untuk itu dan kita tidak bisa melakukan apa-apa karna tidak memiliki bukti yang kuat selain di blog kita itu, yaahh... akhirnya (heheh kok agak lebay yah :p)

Actually, bukan mau bahas bahasan yg diatas. Kok jadi agak menyimpang ya dari yg ingin disampaikan? Okey lah, mulai...
Tadi, hampir saja hendak menulis. Karna kebiasaanku menulis diatas kertas mulai muncul kembali. Lalu apa masalahnya? Masalahnya adalah, aku teringat bahwa pulpen yang ada didepanku adalah milik kantor. Sedang aku ingin menggunakannya bukan untuk urusan kantor. Melainkan untuk kesenangan pribadi. Yaitu M-E-N-U-L-I-S. Untung saja tadi segera teringat, heheh... karna kalau tidak.. waaah gimana urusannya nanti yaa.

Semenjak awal bekerja, aku selalu berusaha untuk tidak menggunakan milik kantor untuk hal pribadi. Hal ini terinspirasi dari kisah Umar bin Abdul Aziz yang memadamkan cahaya ketika ada sanak keluarganya datang kekediamannya untuk membicarakan urusan pribadi. Dengan serta merta sang khilafah memadamkan cahaya yang menerangi ruangannya pada saat itu. Ketika sanak saudara beliau sudah kembali pulang, lalu salah satu jajaran kabinet beliau pun bertanya kepadanya perihal cahaya yang dipadamkan sang khilafah tersebut. Dengan bijak sang khilafah pun menyatakan bahwa sesungguhnya sanak saudaraku datang kepadaku hendak membicarakan masalah pribadi kepadaku, sedang cahaya yang ada diruanganku adalah milik negara, dan aku hanya akan hendak mempergunakan cahaya itu dalam urusan negara pula.
Subhanallaah......  Teladan yang sangat luar biasa bukan :)

Masih terang dalam ingatan siluet kisah sang khilafah Umar bin Abdul ‘Aziz dalam hal penggunaan harta pribadi maupun yang bukan. Jika dibandingkan dengan sekarang... hm, tentu saja berbanding terbalik. Kenyataan yang ada sekarang fasilitas negara digunakan untuk pribadi, untuk kesenangan diri sendiri, dsb. Kelak diakhirat nanti..... (sereeemm ngebayanginya T_T)

Sebelum nunjuk hidung orang lain, mending nunjuk hidung sendiri dulu deh. Untuk perbaikan –Intropeksi diri. Semoga selalu menjadi baik.^^

*Bingung ngasih judul, jadi judulnya agak2 maksa dikit ya =D


Medan. 26.6.12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...