7 Jul 2009

Ketika Puisi berBahasa

Hm...cerita ini merupakan hasil pemikiranku -yang tak seberapa- dari hasil merenung, memikirkan, dan mencoba menganalisanya(alah..alah...)
Nah..jadi gini, ini mengenai bahasa puisi yang Ambigu maknanya. Ambiguuuu bgt!
karna makna puisi yang sebenarnya kan cuma "Sang penulisnya" aja yang tau.
Entahlah...biarlah bahasa berbahasa dengan bahasanya yang punya cita dan cipta rasa.
(hihi...mulai lagi deh ambigunya)
Payah... bahasaku ternyata sulit dipahami orang.
(maklumlah...pujangga kelas teri berkepala Hiu! hehehe...)
Waktu lagi santai sore diruang TV, aku, mbak, dan k'wiwik, membicarakan tentang makna puisi.
Mbak ku yg jebolan sastra itu langsung aja cuap-cuap menginformasikan apa yg diketahuinya.
mmm..tunggu dulu, yg aku ingat dari keterangnnya cuma ini
"bahwa puisi itu masing2 punya karakter, dan kita bisa tau maknanya."
"tapi ada juga yang ga kita tau maknanya lho..!", sambungku."itulah makanya kenapa pas waktu jaman kami UN dulu, yg berhubungan dengan puisi ga dimasukkan lagi! karna setiap orang itu memaknakannya berbeda."
sama halnya seperti makanan, enak di lulu belum tentu enak di orang lain kan?!
yup, mbakku setuju dengan aku.
Hm...serius nih!
aku pernah buat puisi, tentang "Rumput Hijau", inspirasi nih puisi didapat waktu pulang kuliah, waktu itu lagi jalan ditrotoar kampus, dan cuaca saat itu panasss bgt, eee...ngeliat rumput deh disela2 tuh trotoar. kasian rumputnya keriiing. pengen disiram dianya kayaknya mah..
dari situlah tiba2 timbul ide buat nulis puisi tentang tuh rumput.

"Rumput hijau itu

Tumbuh diantara bebatu

Meski mentari membakar kulitnya yang rapuh

Ia tetap kokoh berdiri memaku

Hujan pun Belum mau menyentuh

Menyegarkannya yang kehausan sejak seminggu

Rumput hijau itu

Masih menunggu..

Sesiapa yang melindunginya utuh..

Asli...ini memang tentang rumput hijau yang aku liat ditrotoar jalan samping Fakultas hukum USU. Tapi ya...klo mau diartikan ke-sosok manusia yang butuh seorang teman sebagai sandarannya juga bisa sih..tapi klo dari aku-nya sendiri..ya..itu memang tentang si rumput.

Pernah dulu buat puisi, puisi yg mana agak lupa. ee..rupanya temenQ ada yg ngerasa tuh puisi aku buat untuk dia/ tentang dia.

"Itu tentang aku kan lu..??!!", tanyanya kePeDean

"yee...GR!" (Senyummmm ajaaa.....^_^, tapi ni ngomongnya dalam ati)

Hehe....himbauan nih>>>asal jangan ada yang ke-GR-an aja deh klo misalnya ada yang buat puisi tentang "sesuatu", trus kita ngerasa tuh puisi buat kita. Hmm...PD benerrr yaQ???

karna bahasa puisi itu mah...Ambiguuu bgt. Aku aja terkadang ga ngeh. ngartikannya ya...menurut cara sisi pandang aku aja. bener ga'nya kita tanyakan pada ahlinya...

hehe...setuju!!!

*dilarang komplain

^_^

3 komentar:

  1. Wow.. manis banget puisinya neng..

    BalasHapus
  2. "waalsysyu'araau yattabi'uhumu alghaawuuna." (Asy-Syu'ara 224) ayat yang mulanya membuat seorang sahabat Rasulullah(Abdullah ibnu Rawahah) yang juga seorang penyair berduka hingga datang ayat 227 "illaa alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati wadzakaruu allaaha katsiiran waintasharuu min ba'di maa zhulimuu wasaya'lamu alladziina zhalamuu ayya munqalabin yanqalibuuna" (Asy-Syu'ara 224).
    renungan yang juga pernah kumerenungkannya...

    Ternyata dalam keluasan islam segala yang kita pertanyakan telah terjawab.

    Karena jika kebesaran namaNya bukan tujuan
    akankah siap dengan pertanggung jawaban
    sedang telah datang peringatan
    dari kitab yang telah dijaga dalam kebenaran...

    Ukhtiy, yang semoga waktunya penuh usaha menuju kebaikan, aku tak berani peringatkan, tapi hanya lampirkan pertimbangan... karena hanya do'a yang bisa kutitipkan...

    “Oh Tuhan, kalauIah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah kami akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedekah dan Shalat!

    Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang.

    ,Sesuhgguhnya Qrang-orang yang telah aniaya terhadap kami, biIa mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang."

    (dari Sya'ir Abdullah Ibnu Rowahah ketika ‘umrah qadla... (semoga sama))

    Dan
    kupernah menulis
    tapi kemudian kuhapus
    lalu kembali kutulis
    dengan lebih jelas
    karena takut apa yang kuulas
    tak memiliki alas...

    Pena penulis lebih tajam daripada pedang...

    Af1 jika menyalahi, karena paham diri tak suci dan lemah diri ungkapan yang pasti...

    'Alaikumsalam.

    BalasHapus
  3. Syukron jiddan Tausyiahnya^_^
    Insya Allah membangun..

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...