22 Mei 2009

Prasasti hujan

“Siapa yang tiba tiba datang
Mengetuk pintu malam
Dikala tubuh hujan menggigil kedinginan.
Menghanguskan kalam yang terbata kehausan
Hitam. Oleh noktah yang berhembus perang
Menggauli roda kelambu biru.
Sayup sayup malu terdengar suara itu

Mendikte semu keluguan deru

Sucikan mata dicucuran bejana bambu

Dibawah gerabah pondok tua yang terbuka menganga

Diladang, tempat aku pernah terkapar.

Memar.

Tubuhku biru tertampar suhu kamar

Dalam khalwat dengan-MU tadi malam

Yang mengukir prasasti hujan.

Tik. . .

Tik. . .

Tik. . .

Hujan masih berkumandang dilangit qalbu.

Tersipu, membelai nafas.

Ashar, 21 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...