21 Mar 2013

Menyapa Hujan

Hai, apa kabarmu?
Bumiku gersang tanpa sapamu beberapa waktu belakangan ini. Kau dimana? Tak berhasratkah sejenak untuk mampir di teras rumahku yang sudah penuh dengan totol tanah kering? Hey . . . tahukah kau, aku rindu. Entah sejak kapan ia terus mengikutiku.

Kau tau, aku selalu senang saat kau datang di senja itu. Itu artinya aku tak perlu mengangkut air dari belakang ke depan dengan tergopoh-gopoh untuk menyirami tanaman-tanaman hijau di teras rumahku. Itu artinya, kau bersamaku saat itu. Kau yang selalu menanyakan padaku, "Apa sudah kau siram bunga-bunga itu?" --- Belum, jawabku. Aku malas sekali melakukannya. Dan kau tau persis bukan itu alasanku, tapi kaulah. Karna aku ingin kau yang menyirami ladang hijau kecil yang terhampar di teras rumahku. Aku ingin terus bersamamu, dalam rinai hujan yang membasahi bumiku yang kering.

Malam ini, sumuk sekali. Tanpamu cuaca malam seakan mengamuk. Sedikit tak bersahabat dengan suhu tubuh yang masih tak tentu. Aku ingin kau tau, bahwa aku selalu rindu. Aku rindu pada tanya lembutmu yang dulu, yang sekarang tak lagi terdengar disudut ujung ruang dengarku. "Apa sudah kau siram bunga-bunga itu? --- Nanti ayahmu marah jika kau tak melakukannya." --- Ocehanmu membuatku rindu. Rindu pada teduh mataku memandangmu, rindu pada sosok yang kulihat dari sandaranku dipangkuan ibu. Hujan itu kau. Rinai yang selalu menemani saat senduku. Bulir yang selalu mengaliri tiap aliran resah dan rinduku.

Kau ingat kata yang selalu kubisiki ditiap riuhmu? --- "Aku mencintaimu apa adanya kau, karna aku sang pecinta hujan". Seperti sekarang, meski kau tak terlihat, aku tetap pada hati yang pernah kutitipkan padamu. "Aku mencintaimu apa adanya kau". Dan setelah kata itu terucap, biasanya kau akan menyapaku ditiap harinya.. Dan terkadang lewat embun pagi, kau titip salammu untukku sang Pencinta Hujan. Hey,... maukah esok kau hadir disaat fajar? Lalu tinggalkanlah seberkas benih beningmu di telaga biru. Agar saat mentari menelisik tinggi, ia paham tuk menyerakkan tujuh warna lewat spektrum pelita yang merekah. Merah jingga ku, Hijau biru nila untukmu. Kau aku menyaksikan Pelangi.

#Kepada Hujan yang Kurindukan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...