16 Des 2012

Menembus Batas Kehidupan

Kita menari, diantara dua bayangan. Hitam putih. Kau aku. Kita. Terus menari, mencari nada yang bersesuaian. Berkali berhenti atau mungkin terhenti, lalu kita pergi dan kembali membersamai hari. Menyapa lewat misykat qalbu, berkata lewat sajak yang patah, menepi lewat mimpi, berbagi, menginspirasi, bertukar pendapat, sesekali beradu argumentasi, lalu diam atau mungkin mendiamkan.

Kadang kekesalan itu hadir, ketika jelas berbuat kesalahan tiada gerak sapa untuk mengajukan kata maaf. Hanya butuh sapa kata, meski dihati, jauh dilubuk sebenarnya telah lebih dulu memberi maaf. Hanya mencari kepedulian diantara bekunya suasana bagai batu, seperti tak pernah menyatu sebelumnya.

Dan kadang diam untuk menghindar adalah kebaikan. Agar tiada celah amarah yang sejak kemarin tertahan terlampiaskan. Dan adakalanya pun diabaikan adalah sebuah kebaikan, ketika yang mencari-cari perhatian menjadi begitu ingin terus diperhatikan.

Hidup ini begitu, hidupmu, hidupku, hidup kita semua manusia. Berjalan sesuai dengan garis edarnya. Sesuai dengan apa yang menjadi kehendak-Nya. Yang telah terjadi, kita tak bisa lagi memilih. Yang akan terjadi nanti ada diantara kesempatan dan pilihan, atau jua ketentuan takdir Allaah. 

Maka bersabarlah, ketika segala keinginan tak terwujud dengan segera. Allaah lebih tau apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Maka bersyukurlah, ketika memiliki segala yang telah ia beri meski kita begitu menginginkan yang lainnya.

Sebab Allaah tak pernah main-main dengan janji-Nya. 

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"
[ QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : 32]
#SangPembelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...