26 Okt 2010

Pendewasaan Diri

Semakin bertambah hari, semakin intens pikiran ini bersirkulasi. Mempertimbangkan ber bagai macam persoalan/ masalah. Dari hal inilah aku belajar memahami setiap peristiwa. Mungkin aku menyebutnya proses pendewasaan diri. Proses dimana metamorphosis telah sempurna.:)
Tapi sekarang, metamorphosis itu masih belum sempurna. Karna dia sedang berproses. Tak ada yang instan dalam menjalani kehidupan. Semua serba bertahap. Jika pun ada, pasti takkan bertahan lama.
Manusia akan mengenal hakikat hidup yang sesungguhnya ketika ia merasakan mati. Dan sebelum mati, maka kan ada kehidupan yang kan mengantarkannya kesana.
Rasulullah mengibaratkan kehidupan ini bagai seorang musafir yang singgah untuk berteduh dibawah pohon, kemudian ia berlalu untuk kembali pulang. Lalu, sudahkah aku mempersiapkan bekal untuk pulang?
Inginku berlari mengelilingi lapangan meski hanya satu kali putaran. Inginku ekspresikan diri lewat deklamasi puisi diatas pentas yang disaksikan banyak orang. Inginku melihat pelangi setengah lingkaran membelah buniku di kota Medan.
Semakin bertambah hari, semakin bermunculan pandangan-pandangan yang kian berbeda. Tak sama dengan pandangan sebelumnya. Pertambahan hari memang membuat setiap insane untuk semakin matang berpikir, matang dalam membuat/ mengambil keputusan.
Langkah, janganlah salah jalan. Bila salah, itu termasuk salah satu proses pendewasaan. Pembelajaran diri untuk menuju sesuatu yang benar. Bila kesalahan terjadi berulang, artinya ketekunan dalam tahap pembelajaran diri tersebut harus ditingkatkan. Agar kebutuhan kita akan kebenaran itu terpenuhi dengan pasti.
Dewasa itu pilihan. Pilihan hidup untuk mendewasakan diri. Agar mampu mensosialisasikan diri di lingkungan masyatakat dalam menjalin hubungan antar sesamanya. Karna manusia adalah makhluk social. Yang harus selalu berinteraksi dengan sekitarnya. Dengan dunia dan alamnya.
Apakah hidup hanya antara hitam dan putih?
Entahlah. Banyak orang yang berbeda pandangan akan hal ini. Karna masing2 kita melihat dari sudut pandang yang berbeda. Ibarat pyramid, semuanya mengerucut pada satu tujuan, yaitu kepada TUhan.
“TIdak AKU ciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka menyembahKU”. (QS. Adz Dzariyat: 56)
Tataplah matahari lekat-lekat
Rasakan sengatnya yang begitu pekat.
Dan kau akan tau, ada rasa nikmat dibalik sekarat.
Sebab, rasa pahit pada akhirnya pun akan memunculkan rasa manis,
Bagi insan yang mau berfikir dan yang masih memiliki rasa syukur.
Bila kufur, perasan air tebu pun serasa empedu.

“AKU”
Aku hanyalah orang yang mencari tau apa yang tidak aku tau
Hingga akhirnya aku tau di ketidaktahuanku.
Bak mengemis air di padang yang gersang
Jalan kita tidaklah panjang
Cukupkan bekal untuk kita sandang
Lalu bersama bergandengan tangan
Memasuki awal kehidupan yang berkekalan.
Sedab disana, ketentraman abadi.

Medan, 19 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...