13 Feb 2009

YANG BERNAMA KEHIDUPAN





Hidup membawa aku dalam nuansa harmoninya. Ditemani matahari pagi, embun, kicauan beburung, dan bebintang dilangit malam yang mengiringi langkahku menyusuri jalan panjang ini. Waktu terus memaksaku berjalan diatasnya, memaksaku tertawa, menangis, atau diam diantara keduanya. Sorotan mata-mata terkadang menjadikan ku sebuah batu, segenangan air, sehelai kapas, atau butiran-butiran pasir dipadang sahara.

Belum waktuku untuk tidur, karena suara-suara masih begitu berisik. Alam masih asyik dengan nyanyian syahdunya. Tapi aku ingin pulang dan merebahkan punggungku diatas permadani merah yang selalu berkisah.

Aku benci dengan isyarat yang mencintaiku, atau aku harus mencintai isyarat yang membenciku? Yang selalu datang membawa suka dan lara dalam kehidupan panjangku.

Aku benci, kala bicara mereka diam dan kala diam, mereka bicara tanpa sela. Kala bahagia mereka nestapa dank ala nestapa mereka bahagia.

Jembatan panjang masih terbentang. Aku masih harus berjalan untuk menyebrang dan membutuhkan cahaya agar jalanku terang.

Aku ingin pulang . . dengan mengendarai kupu-kupu kertas yang aku buat tadi siang. Tak peduli panasnya gurun atau dinginnya salju yang merapuhkan pesawat kupu-kupu kertasku.

Terkadang aku mencari teman di kesunyian. Karena dia tak ku temukan ditengah keramaian. Ku cari ia dalam diam. Jauh dalam heningku. Berharap saat aku pulang, ada teman yang menghiburku.

Aku tahu jalanku masih panjang. Masih banyak lorong-lorong sempit yang harus aku lewati. Aku masih harus mencari sesuatu yang belum aku temui. Sampai akhirnya aku bisa menemukannya. Hingga aku sadar “Yang Bernama Kehidupan. . . “

Bersambung . . .

Medan, 3 February 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...