13 Jan 2009

TAKDIR???

*Jika aku melihat warna maka yang pertama ingin kutanyakan. Mengapa harus warna itu.
Mengapa bertanya? Karena aku tidak paham...
Dan . . .
Apakah saat dilahirkan kedunia ini kita juga harus bertanya,
“Mengapa aku dilahirkan?”
Tentu saja tidak kan! Justru seharusnya yang kita ucapkan adalah
“Maha suci ALLAH dan segala puji bagi-NYA yang telah menciptakan aku dengan sebaik-baik bentuk, . . . dsb.

Firman ALLAH:
“Dan ALLAH mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan DIA memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu berSyukur.”
(QS. An-Nahl: 78)

“Dan AKU tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKU.”
(QS. Az-Zariyat:56)

**Begitupun terkadang aku bertanya tentang takdir pada Rabb-ku. Karena terkadang tidak kupahami. Atau memang aku belum mengenal keindahan yang IA berikan dalam takdir itu...
Kenapa harus bingung dengan takdir yang diberikan ROBBuna?
Semoga kebingungan itu tidak membuat kita sebagai hamba-NYA mengingkari takdir itu. Karena, Qadhi Iyadh Rohimahullah berkata, “orang yang mengatakan ini-mengingkari takdir adalah kafir”
Diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya dari Ibnu Ad-Dailami, ia menuturkan:
“Aku datang kepada Ubay bin Ka’ab dan aku katakan padanya, “Ada suatu keraguan dalam diriku tentang masalah Qadar, maka tuturkanlah kepadaku suatu hadits, dengan harapan semoga ALLAH menghilangkan keraguan itu dalam hatiku.” Maka dia berkata, “Sekiranya ALLAH menyiksa penghuni langit dan bumi, maka DIA akan menyiksa mereka, sedang DIA tidak Zholim kepada mereka; dan sekiranya DIA mengasihi mereka, maka rahmat-NYA adalah lebih baik bagi mereka daripada perbuatan mereka. Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud, maka ALLAH tidak menerimanya darimu sebelum kamu beriman kepada qadar. Kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu. Kalau saja kamu meninggal dunia tidak dalam keyakinan ini, pasti kamu akan menjadi penghuni neraka.”

Ibnu Ad-Dailami melanjutkan perkataanya, “Lalu aku pun mendatangi Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah bin Al Yaman dan Zaid bin Tsabit, seluruhnya menuturkan kepadaku bahwa hadits itu dari Nabi SAW.”
(HR. Abu daud dalam As-Sunnah, no.699; Ibnu Majah dalam Al Mukadiamah, no.77; Ahmad, no. 21101. lihat pula Shohih Abu daud, no.46999.) 

Ibnu Abu Al Izz rohimahullah berkata dalam Syarh Ath-Thahawi,h. 201-202: Al Qurthubi menukil perkataan Ibnu Abdil Barr, ia berkata: “Barangsiapa menanyakan tentang takdir karena ingin mencari tahu dan menghilangkan ketidaktahuan dalam dirinya, dan ingin mencari sesuatu dalam rangka memantapkan agamanya, maka tidak apa-apa menanyakannya, karena obat dari kebodohan adalah bertanya. Sedangkan bila seseorang menanyakannya tanpa berniat ingin belajar dan mengetahui apa yang ia tidak tahu, maka tidak boleh dijawab pertanyaannya.”
Ingatlah bahwa takdir ALLAH itu meliputi segala sesuatu. Bukankah meyakini Qada’ dan Qadar ALLAH merupakan rukun iman?!

Perlu kita ketahui bahwa iman kepada takdir itu akan melahirkan dua sikap dalam diri seorang hamba. Jika ia benar-benar beriman terhadap takdir, maka ia tidak akan marah (tidak terima) ataupun mempermasalahkannya. Dua sikap tersebut adalah:
1. Sikap memuji dan bersyukur. Ia akan memuji RABBnya, mengingat keagungan dzat dan asma-NYA serta segala nikmat yang telah diberikan kepadanya
2. Sikap malu akan segala dosa dan kekurangannya, sehingga ia akan memohon ampun kepada-NYA.
“Dan kepunyaan ALLAH-lah apa yang ghaib dilangit dan dibumi dan kepada-NYA lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah DIA, dan bertaqwalah kepada-NYA. Dan sekali-kali RABB-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Hud: 123)

Imam Ibnu Qoyyim Rohimahullah berkata dalam syifa’ Al Alil ( h.214):
“Segala perbuatan ALLAH mengandung hikmah dan tujuan, sekalipun tidak diketahui oleh makhluk secara detail. Karena itu, sekalipun tidak mengetahuinya, mereka tidak patut menafikannya (mengingkarinya) dari diri mereka.”

“Jika ALLAH menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali DIA. Dan jika ALLAH menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-NYA. DIA memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-NYA diantara hamba-hamba-NYA dan DIA-lah YANG MahaPengampun lagi MahaPenyayang.”
(QS. Hud:107)

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum KAMI menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi ALLAH.” (QS. Al-Hadiid[57]: 22)

“ALLAH tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. . ”
(QS. Al-Baqarah: 286)

“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi KAMI-lah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
(QS.Al-Hijr[15]: 21)

“Sesungguhnya KAMI menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar[54]: 49)

“Dan jikalau ALLAH melapangkan rezki kepada hamba-hamba-NYA tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi ALLAH menurunkan apa yang dikehendaki-NYA dengan ukuran. Sesungguhnya DIA MahaMengetahui (keadaan) hamba-hamba-NYA lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura[42] :27)

“ . . . , Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; ALLAH MahaMengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)

Ketika Imam Syafi’I Rohimahullah ditanya tentang takdir, ia menjawab dengan beberapa bait syair:
Apa yang ENGKAU kehendaki itulah yang terjadi,
Sekalipun aku tidak menghendakinya
Dan apa yang kuhendaki tidak akan terjadi apabila ENGKAU tidak menghendakinya
ENGKAU ciptakan manusia dengan ilmu-MU, baik yang tua maupun yang muda
Kepada si fulan KAU beri ia anugrah, dan KAU hinakan yang lainya
Hamba ini KAU tolong dan yang itu tidak KAU tolong
Di antara manusia ada yang bahagia dan ada pula yang celaka.
Ada pula yang jelek di antara mereka
Dan demikian pula ada yang buruk.

***Dan aku kembali bertanya, bagaimana caranya agar setiap yang DIA berikan, berupa warna apapun dapat menyadarkanku bahwa sesungguhnya semua yang IA berikan adalah untuk mengindahkan kehidupanku?
Jadi teringat akan SMS yang pernah dikirim oleh sahabatku dulu, isinya subhanallah indah untuk dijadikan bahan perenungan.
“Seorang laki-laki berdoa pada ALLAH agar ia diberi bunga, namun ALLAH memberikannya sebuah kaktus. Laki-laki ini tidak paham mengapa yang ia dapat tidak sesuai dengan yang ia minta, lantas ia pun kecewa. Suatu ketika laki-laki ini sangat terkejut ketika melihat dari batang kaktus yang buruk dan berduri itu tumbuh bunga yang cantik dan dari ulat yang terselubung, telah menjelma menjadi kupu-kupu yang indah.
Itulah ciri ALLAH. Indah pada waktunya. ALLAH tidak memberikan apa yang kita minta, tetapi DIA memberikan apa yang sebenarnya kita butuhkan. :)

Pernah dengar kata-kata bijak ini ga?
“You are what you think”
ya. . . kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Kesadaran itu kamu sendiri yang buat. Bukan orang lain. Kita adalah produk dari pikiran kita. Jika pikiran berkata “Ya” maka kita pun akan berkata “ya”. Begitu juga sebaliknya.

Tok . . .tok . . . caranya mudah saja, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membuka kesadaran kamu melalui pikiranmu. Karena, segala sesuatu itu berawal dari pikiran.

Perhatikanlah pikiranmu; maka jadilah ia kata
Perhatikanlah kata-katamu; maka jadilah ia tindakan
Perhatikanlah tindakanmu; maka jadilah ia kebiasaan
Perhatikanlah kebiasaanmu; maka jadilah ia karakter
Perhatikanlah karaktermu; maka jadilah ia nasibmu.
(Frank Otlaw)

Jangan biarkan orang lain yang menentukan nasib kamu! Dan tetaplah bersabar dan bertahan, maka kamu akan mewujudkan mimpi-mimpi kamu menjadi nyata.
Kemudian, tetaplah berpikiran positif. Ini yang paling penting. Karena, satu-satunya kendala adalah apa yang kamu letakkan pada diri kamu.
Lalu. . yakinlah setiap apa yang kamu dapati, semuanya itu adalah hasil dari diri kamu sendiri, yakni dari pikiran kamu.
Kesadaran ada didalam hati dan pikiranmu, maka kendalikanlah mereka.

Nabi Muhammad bersabda, “Apapun yang anda pikir mudah adalah mudah”
“ALLAH tidak melihat jasad-jasadmu, tidak pula melihat mukamu, namun DIA melihat hatimu.” (Muttafak’alaih)

“Ketahuilah bahwa didalam tubuh manusia terdapat sebongkah daging; yang apabila dia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia buruk, maka buruklah seluruh anggota tubuhnya. Sebongkah daginng itu adalah hati.” (Muttafak’alaih)

Setelah itu . . . , buat tindakan. Karena sebuah pikiran tak akan berarti apa-apa jika tidak diiringi sebuah tindakkan atau perbuatan. Sama halnya ketika kita mendapatkan sebuah ilmu, maka yang kita lakukan dengan ilmu tersebut adalah mengamalkannya. Saya rasa semuanya setuju dengan ini.
Dan yang paling utama, selalu minta pertolongan ALLAH ya . . . :)

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. An-Naml[27]: 62)

*Mengenai doa. . .silahkan baca pada Artikel saya tentang “Doa”
Hanya penjelasan ini yang bisa saya haturkan. Untuk yang lebih lengkapnya lagi silahkan merujuk pada Qur’an dan sunnah, sebagaimana yang telah di syafa’atkan oleh Rasulullah pada kita ummatnya. Saya rasa, kamu udah tahu haditsnya. Jadi tidak perlu saya tuliskan lagi disini. Baca juga buku tentang Qadha dan qadar ALLAH, atau bisa juga cari di internet. Bertanyalah pada orang-orang alim yang lebih memahami hakikatnya, misalnya pada alim ulama, Murabbi kita (bagi yg punya. . ) or siapa saja yang sholeh dan mempunyai pengetahuan tentangnya.
Saya hanya manusia biasa yang terbatas ilmu pengetahuannya.
Jika ada kata-kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan.
Kepada ALLAH, saya memohon ampun.
Oke . . . semoga bermanfaat.


Maraaji:
# Al-Qur’an Al-Karim
# Abu Abdurrahman Ali bin As-Sayyid Al-Washifi, Qadha dan Qadar, cet.1, 2005, Jakarta, Pustaka Azzam.
# Faiez H. Seyal, Change your lens Change your world, cet.1, 2006, Jakarta, Nakhlah Pustaka.


LuLu Asy-Syifa’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...