13 Jan 2009

-BUNDA-

Bunda . . .

Sosok yang selalu sulit untuk ku jabarkan tentang dia. Sosok yang begitu fenomenal, luar biasa, Subhanallah dalam hidupku.

Berkali-kali aku selalu mencoba mengurai tentang sosoknya yang begitu mulia dalam puisi-puisi ku. Tapi lagi lagi aku tak pernah bisa menjabarkannya . . .

Bukan karena aku tidak mencintainya, tapi justru sebaliknya. Karena cintaku yang begitu besar kepada sosoknya lah sehingga aku tak mampu mengurai sesuatu yang begitu . . .

Ah . . . sudah ku bilang, aku tak mampu!

Kata orang, seseorang yang sangat kita cintai akan selalu ada dalam doa kita.

Ya . . . ada dalam doa. Bunda selalu ada didalam doaku. Sampai terkadang, aku lupa untuk mendoakan diriku sendiri.

Jasa bunda terlalu banyak buatku. Terlalu banyak!

Dia yang merawat ku ketika aku masih merah . . .

Dan akulah yang membangunkanya kala malam tlah melarutkannya dengan tangisan kecilku.

Dia yang menyekolahkanku . . membiayai hidupku sampai sekarang ini.

Dia yang mengantikan uangku dikala aku kehilangan.

Dengan lembut ia berkata “uang lulu berapa yang hilang?, ya udah mama aja yang gantikan!

Bunda. . .

Dia yang menegarkan aku dikala aku rapuh.

Saat aku mengecewakannya ketika aku tak dapat memenuhi apa yang diharapkannya.

Ya. Waktu itu aku gagal lagi SpMb. Untuk yang kedua kali. Aku menitikkan air mata ketika melihat wajahnya. Aku tahu ia kecewa, hanya saja ia cepat-cepat mengubur kekecewaan itu dan berusaha menghiburku.

Sering ia tersenyum, tapi aku tahu sebenarnya kala itu hatinya menangis.

Maha suci ALLAH yang telah membuat diriku peka akan keadaan orang-orang disekitarku. Khususnya bunda.

Terkadang aku selalu berselisih pendapat padanya. Tapi hal ini tak akan pernah mengurangkan rasa cintaku padanya.

Bunda termasuk sosok yang misterius, dan mungkin ini menurun padaku. Karna kata temanku, aku ini orangnya misterius (iiii….sereem,hehehe. . .ternyata turun dari bundaku lho ya . . . :)

Misterius. . . terkadang aku tidak tahu makanan apa yang ia suka. Jadi terkadang, kalau habis dari jalan-jalan mau bawa oleh-oleh untuk bunda, agak sedikit bingung. Beda dengan ayah, martabak telur. Itu makanan favoritnya.

Eh . . . jadi teringat ketika dulu masih kecil. Kira-kira saat itu usiaku dibawah 10 tahun. Setiap kali bunda pergi bekerja, aku dan saudara-saudaraku yang lainnya selalu mencium tangan bunda dan melambaikan tangan sampai ia tak nampak lagi diujung gang, begitu juga saat ia pulang bekerja, kami semua berbaris mencium tangannya dan juga selalu memeriksa tas plastik yang dibawanya pulang. Hmm. . .makanan apa yang hari ini ia bawa. Biasanya kami selalu berebutan mengambilnya, lalu bunda membaginya secara rata. Agar tidak terjadi keributan.

Namun, meskipun begitu, keributan kecil juga kadang terjadi lho . . . karna biasanya untuk anak yang paling kecil, jatahnya selalu ada bonusnya. alias dilebihkan.

(Hehehe. . . asyik juga ya jadi anak yang paling kecil ^_^)

Oiya. . . pernah dulu, ketika masih SD, kira-kira antara kelas 4-5 gitu, aku dan bunda baru saja keluar dari salah satu pusat perbelanjaan yang ada dikota Medan, tepatnya, lagi nunggu angkutan umum untuk pulang, suasana jalanan waktu itu lumayan padat. Karna udah sore hari, orang-orang ramai berlalu lalang, lalu bunda berpesan kepadaku, “nanti lulu kalau udah besar, jangan mau berpakaian yang kayak gitu ya. . .

(pesan bunda sambil menunjukkan tangannya kearah wanita ABG yang berpakaian kaos kuning dan celana jeans ketat)

“mana ma? Oo itu . . iya ma . . jawabku polos”

Ternyata Alhamdulillah dan Subhanallah. . . pesan sederhana itu begitu melekat di otakku.

Sehingga sekarang, aku berpakaian seperti yang diharapkannya.

Ya, berpakaian layaknya seorang muslimah. Insya ALLAH.

Dulu, tiap kali aku atau adikku berulang tahun, sepulang dari kerja, bunda selalu membawakan kami makanan. Biasanya sih, chiki rasa coklat/keju, beng-beng, coklat alpine, dll deh.

Namun, makanan itu ga’ boleh langsung disantap lho . . .

Padahal waktu itu kami udah ngiler banget sama makanan yang dibawa bunda.

Ada syaratnya kalau mau chiki-coklat ini!” kata bunda.

“apa ma? Iya . . iya . . kami mau ngikuti syaratnya. Seru aku dan adikku dengan semangatnya.

“nyanyi dulu lah . . rayu bunda.

Karena udah pengen banget makan tuh chiki-coklatnya, kami pun bernyanyi sama-sama dengan kompaknya. Potong bebek angsa. Ya. Lagu kebangsaan kami kala itu. Kemudian, setelah selesai berdendang sambil menari barulah bunda memberinya pada kami. Kami pun kegirangan mendapatkannya.

Bunda . . .

Begitu banyak orang yang dengan hebat menguraikan namamu disetiap ceritanya, puisinya, doa-doanya.

Namun maaf, aku tak mampu melakukannya. Aku tak mampu melukiskan kebaikkan-kebaikkanmu dengan indah.

Karna ku tahu kasihmu tiada terkira, tiada seorang anak pun didunia ini yang mampu membalas ketulusanmu, pengorbananmu. Tiada satu pun!

Jadi teringat lagu “kasih ibu”

“Kasih ibu . . . kepada beta,

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia.”

Ya, mereka yang bernama ibu adalah surya bagi keluarganya. Matahari bagi anak-anaknya.

Biarlah segala jasamu terpatri dihati ini bunda.

Biarlah hanya DIA yang tahu tentang rasa ini akan dirimu.

Rasa bangga, bahagia, haru, suka, cinta, terimakasih, . . ku tuliskan pada doa-doaku saat mata terbuka hingga mataku tertutup.

Bunda . . .

Maaf . . . jika aku pernah membuatmu marah

Maaf . . . jika aku pernah membuatmu terluka

Maaf . . . jika aku pernah membuatmu murka

Maaf . . . jika aku pernah membuatmu menitiskan air mata

Maaf . . . jika aku pernah membuatmu kecewa

Maaf . . . jika aku belum menjadi anak yang sholihah

Maaf . . . jika aku belum bisa membuatmu merasa bangga

Maaf . . . jika aku belum bisa memberimu harta yang melimpah

Maaf . . . jika aku belum bisa membuatmu bahagia

Bunda . . .

Kaulah wanita pertama yang aku cinta didunia

Kaulah orang pertama yang kan ku beri tahu tentang dia yang aku cinta

Kaulah orang pertama yang kan kupeluk saat ku telah lulus kuliah

Kaulah orang yang kan ku banggakan diseluruh dunia.

Kaulah wanita yang dirindukan syurga-NYA.

Bunda . . .

Inginku memberikanmu mahkota disyurga-NYA kelak.

Ku harap doa mu bunda . . .

Sebab ridhomu adalah ridho ALLAH azza wa jala.

Tsurayya Asy Syifa’

(bintang tinggi yang mempunyai cita-cita tinggi seperti Tsurayya)

Medan, 4 januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak dengan sejuta manfaat yang memotivasyifa^_^

Dua beda

 Terkadang luka ada baiknya datang diawal. Agar kau tau bahwa hidup tak hanya tentang cinta.  Gemerlap dunia hanya persinggahan yg fana.  Me...